VI . STRATEGI DAYA SAI NG I NDUSTRI NATA DE COCO
Berdasarkan hasil analisis klaster, maka perusahaan yang menjadi fokus untuk dianalisa faktor lingkungan, kelembagaan terkait dan strategi peningkatan
daya saingnya adalah Perusahaan EB.
6.1. Faktor-faktor Lingkungan Internal
Faktor-faktor lingkungan internal pada industri nata de coco diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan para pakar dan tinjauan
langsung di lokasi penelitian. Perusahaan mempunyai kontrol langsung terhadap faktor-faktor internal dan perusahaan dapat memanfaatkan faktor-faktor internal
yang menjadi kekuatan guna meningkatkan keuntungan serta mengatasi kelemahan agar tidak merugikan bagi perusahaan. Faktor-faktor ini dilihat dari
berbagai aspek internal, yaitu pemasaran, produksi dan operasi, keuangan dan sumberdaya manusia. Adapun faktor-faktor lingkungan internal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Faktor-faktor Lingkungan Internal
No Faktor-faktor Lingkungan Internal
Bobot Kekuatan
1. Alat angkut pemasaran milik sendiri 0.0715
2. Lokasi usaha yang strategis
0.2376
3. Pengiriman produk tepat waktu 0.0800
4. Kegiatan promosi produk melalui pameran 0.0243
5. Modal yang digunakan milik sendiri 0.1011
6. Sistem operasi dan produksi yang baku
0.1861
7. Terjaminnya ketersediaan bahan baku
0.1567
8. Penanganan bahan baku yang baik 0.0710
9. Tenaga kerja produksi berpengalaman 0.0717
Kelemahan
1. Harga jual produk yang belum sesuai
0.1613
2. Merek produk belum dikenal
0.3644
3. Keterbatasan dalam pendanaan 0.1287
4. Teknologi produksi masih sederhana 0.0607
5. Kualitas produk belum memuaskan
0.2244
6. Tenaga penjual yang terbatas 0.0605
Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa terdapat 15 faktor lingkungan internal yang terdiri dari 9 faktor menjadi kekuatan dan 6 faktor menjadi kelemahan.
Kekuatan yang dimiliki perusahaan menjadi faktor yang sangat menguntungkan bagi aktivitas perusahaan, sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan
merupakan faktor yang bisa merugikan aktivitas perusahaan jika tidak ditangani dengan baik. Penilaian faktor lingkungan dilakukan dengan metode fuzzy
pairwise comparison . Contoh perhitungan manual metode ini dapat dilihat pada
Lampiran 16. Perhitungan bobot untuk faktor lingkungan ini dilakukan dengan bantuan software Fuzzy PC RHB. Tampilan software ini dapat dilihat pada
Lampiran 17. Tiga faktor kekuatan yang memiliki bobot tertinggi secara berurutan
adalah lokasi usaha yang strategis 0.2376, sistem operasi dan produksi yang baku 0.1861 dan terjaminnya ketersediaan bahan baku 0.1567. Sedangkan
untuk faktor kelemahan adalah merek produk belum dikenal 0.3644, kualitas produk belum memuaskan 0.2244 dan harga jual produk yang belum sesuai
0.1613. Hasil penilaian kekuatan dan kelemahan oleh masing-masing pakar dengan variabel linguistik dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19.
Keluaran hasil perhitungan bobot kekuatan dan kelemahan yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21.
Alat angkut pemasaran yang digunakan berupa mobil engkel sehingga produk lebih terjamin kondisinya dan pemasaran produk dapat lebih kontinyu
karena alat angkut tersebut milik perusahaan sendiri. Lokasi perusahaan EB terletak di tempat strategis yang dekat dengan jalur lalu lintas, dengan lokasi ini
memungkinkan perusahaan untuk akses lebih cepat ke wilayah Kota dan Kabupater Bogor serta ke Jakarta. Kepemilikan alat angkut pemasaran dan
lokasi yang strategis memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk sehingga produk perusahaan dapat dikirim tepat waktu, berdasarkan tinjauan di
lapangan, biasanya produk dikirim 1-2 kali seminggu. Frekwensi pengiriman ini tergantung kepada stok dan pemesanan dari retail perusahaan. Untuk promosi
produk perusahaan, selama ini dilakukan melalui pameran yang diadakan oleh Dinas Peridustrian dan Perdagangan, baik yang dilaksanakan di Wilayah Bogor
maupun yang dilaksanakan di luar Wilayah Bogor. Promosi ini menjadikan produk lebih dikenal oleh konsumen dan merupakan wadah untuk mencari pasar
baru. Perusahaan menggunakan modal milik sendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya, hal ini membuat kelangsungan hidup perusahaan lebih
terjamin dan perusahaan lebih fleksibel dalam menjalankan usahanya. Kegagalan ataupun kesalahan dalam produksi dapat dihindari oleh perusahaan
karena perusahaan memiliki sistem operasi dan produksi yang baku serta tenaga produksi yang berpengalaman. Selain itu, produksi produk dapat lebih kontinyu
dan terjamin karena terjaminnya pasokan bahan baku dan adanya penanganan bahan baku yang baik. Pasokan bahan baku perusahaan berasal dari Wilayah
Bogor, biasanya perusahaan memperoleh pasokan bahan baku dari Kedung Halang atau Cibeurem. Bahan baku yang telah diterima perusahaan langsung
diproses untuk produksi, bahan baku tersebut tidak pernah dibiarkan menumpuk. Biasanya perusahaan menerima bahan baku setiap kali produksi untuk satu kali
periode produksi. Selain kekuatan, perusahaan juga memiliki kelemahan dalam
menjalankan aktivitasnya. Harga jual produk yang belum sesuai karena berdasarkan hasil QFD banyak konsumen yang berpendapat bahwa harga
produk masih belum memuaskan. Harga jual produk dianggap mahal karena kemasannya yang kecil dan isinya sedikit. Berdasarkan tinjauan di lapangan,
sebenarnya harga jual produk per-dus dari perusahaan lebih rendah dibandingkan pesaingnya, namun jika dikonversikan kepada berat produk per
gelas plastik, maka harga jual produk perusahaan lebih mahal dibandingkan pesaingnya. Produk perusahaan diberi merek CB, untuk daerah dan kalangan
tertentu konsumen tidak terlalu memperhatikan merek dalam mengkonsumsi nata de coco, namun jika ditinjau dari daya ingat terhadap merek produk nata de
coco, umumnya orang akan lebih mengenal merek produk seperti Inaco dan Wong Coco. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki
modal yang terbatas sehingga jumlah produk yang dapat dihasilkan juga terbatas. Teknologi produksi yang digunakan masih sederhana, dimana dalam
pengepakan masih menggunakan sealer manual dan dalam perebusan masih menggunakan kompor biasa serta dandang biasa. Hal ini sangat mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil survei konsumen, ada beberapa atribut kualitas produk yang belum memuaskan konsumen, seperti
rasa, warna, kemasan dan nilai gizi. Selain dari kelemahan-kelemahan tersebut, perusahaan juga memiliki keterbatasan dalam tenaga penjual, dimana tenaga
penjualnya hanya satu orang, sehingga cakupan wilayah pemasaran yang bisa dijangkau oleh perusahaan menjadi terbatas.
6.2. Faktor-faktor Lingkungan Eksternal