Prinsip-Prinsip Syariah Perbankan Syariah

Tabel 4 Lanjutan Bunga Bagi Hasil 4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jmlah pendapatan. 5. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama, termasuk Islam. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

2.8.4 Prinsip-Prinsip Syariah

Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 Dendawijaya 2004, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana danatau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain: 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil Mudharabah 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan Musyarakah 3. Prinsip jual beli barang dengan mendapat keuntungan Murabahah 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah 5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina 2.8.4a Prinsip Titipan atau Simpanan Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al- wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki Antonio 2001. Dalam aktivitas perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin akan meng-idle-kan aset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu. Karenanya, ia harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan ia menjamin akan mengembalikan aset tersebut secara utuh, dan bertanggung jawab atas segala kehilangankerusakan yang terjadi pada barang tersebut. 2.8.4b Prinsip Bagi Hasil Antonio 2001 menyatakan bahwa prinsip bagi hasil dalam perbankan Syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: 1. Al-Musyarakah Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana amalexpertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 2. Al-Mudharabah Akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. 3. Al- Muzara’ah Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu persentase dari hasil panen. 4. Al-Musaqah Bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

2.9. Kajian Penelitian Terdahulu