Pandangan Islam terhadap Reward Dan Punishment

Setiap apapun yang dikerjakan oleh manusia pasti akan mendapat balasan dari Allah swt. Baik itu perbuatan baik maupun buruk akan mendapat balasan yang setimpal. Seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 97, Al- Kahfi ayat 30 dan At-Taubah ayat 105 berikut: ฀                     Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik apa yang telah mereka kerjakan.” An Nahl : 97.              Artinya: “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalannya dengan baik.” Al Kahfi : 30.                   Artinya: “Dan katakanlah,”Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” At Taubah : 105. Tafsir dari balasan dalam keterangan di atas adalah balasan di dunia dan di akhirat. Ayat ini menegaskan bahwa balasan atau imbalan bagi mereka yang beramal saleh adalah imbalan dunia dan imbalan akhirat. Amal Saleh sendiri oleh Syeikh Muhammad Abduh didefenisikan sebagai segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok dan manusia secara keseluruhan. Sementara menurut Syeikh Az-Zamakhsari, Amal Saleh adalah segala perbuatan yang sesuai dengan dalil akal, al- Qur’an dan atau Sunnah Nabi Muhammad Saw. Menurut Defenisi Muhammad Abduh dan Zamakhsari diatas, maka seorang yang bekerja pada suatu badan usaha perusahaan dapat dikategorikan sebagai amal saleh, dengan syarat perusahaannya tidak memproduksimenjual atau mengusahakan barang-barang yang haram. Dengan demikian, maka seorang karyawan yang bekerja dengan benar, akan menerima dua imbalan, yaitu imbalan di dunia dan imbalan di akhirat. 50 Berdasarkan tiga ayat diatas, yaitu At-Taubah ayat 105, An-Nahl ayat 97 dan Al-Kahfi ayat 30, maka imbalan dalam konsep Islam menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan akhirat. Tetapi hal yang paling penting adalah bahwa penekanan kepada akhirat itu lebih penting daripada penekanan terhadap dunia dalam hal ini materi. Surat At Taubah ayat 105 menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah pasti membalas semua apa yang telah kita kerjakan. Yang paling unik dalam ayat ini adalah penegasan Allah bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar. Sebab kalau motivasi bekerja tidak benar, Allah akan membalas dengan cara memberi azab. Sebaliknya, kalau motivasi itu benar, maka 50 www.babinrohis-nakertrans.orgartikel-islamkonsep-bekerja-dalam-islam Allah akan membalas pekerjaan itu dengan balasan yang lebih baik dari apa yang kita kerjakan. Lebih jauh Surat An-Nahl ayat 97 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan gender dalam menerima upah balasan dari Allah. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada diskriminasi upah dalam Islam, jika mereka mengerjakan pekerjaan yang sama. Hal yang menarik dari ayat ini, adalah balasan Allah langsung di dunia kehidupan yang baikrezeki yang halal dan balasan di akhirat dalam bentuk pahala. Sementara itu, Surat Al-Kahfi ayat 30 menegaskan bahwa balasan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan manusia, pasti Allah balas dengan adil. Allah tidak akan berlaku zalim dengan cara menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Konsep keadilan dalam upah inilah yang sangat mendominasi dalam setiap praktek yang pernah terjadi di negeri Islam. Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri. Dalam bahasa Arab, reward ganjaran diistilahkan dengan tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam Al-Quran, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya. Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah pada surat Ali Imran ayat 145 dan 148, An-Nisa ayat 134.                            Artinya: “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu, dan Kami akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur. ”Al-Imran:145             Artinya: “Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. ” Al-Imran:148                 Artinya: “Barang siapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. ”An-Nisa:134 Dari ketiga ayat di atas, kata tsawab identik dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan kata tsawab dalam kaitannya pekerjaan adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari karyawan. 51 P unishment hukuman dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ‘iqab. Al- Qur’an memakai kata „iqab sebanyak 20 kali dalam 11 surat. Bila memperhatikan masing-masing ayat tersebut terlihat bahwa kata „iqab mayoritasnya didahului 51 Azirahma.blogspot.com200902reward-dan-punishment.html oleh kata syadiid yang paling, amat, dan sangat, dan kesemuanya menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 11 dan Al-Anfal ayat 13.                  Artinya: “Keadaan mereka seperti keadaan pengikut Fir‟aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Allah sangat berat hukuman- Nya.” Al-Imran:11                Artinya: “Ketentuan yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, sungguh, Allah sangat keras siksa- Nya.” Al-Anfal:13 Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa kata „iqab ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Selain kata tsawab dan „iqob, Al-Quran juga menggunakan kata targhib dan tarhib. Perbedaannya, kalau tsawab dan „iqob lebih berkonotasi pada bentuk aktivitas dalam memberikan ganjaran dan hukuman seperti memuji dan memukul, sedangkan kata targhib dan tarhib lebih berhubungan dengan janji atau harapan untuk mendapatkan kesenangan jika melakukan suatu kebajikan atau ancaman untuk mendapatkan siksaan kalau melakukan perbuatan tercela. Selain berupa konseptual, ajaran Islam juga telah memberikan penjelasan tentang teknik penerapan reward dan punishment dalam upaya pembentukan perilaku. Berbagai teknik penggunaan reward yang diajarkan Islam diantaranya adalah: 52 1. Dengan ungkapan kata. Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika memuji cucunya, al-Hasan dan al-Husein yang menunggangi punggungnya seraya beliau berkata, “Sebaik-baik unta adalah unta kalian, dan sebaik- baik penunggang adalah kalian.” 2. Dengan memberikan suatu materi. Rasulullah telah mengajarkan hal tersebut dengan mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian saling mencintai.” 3. Dengan memberikan senyuman atau tepukan. Senyuman merupakan sedekah sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah: “Senyumanmu terhadap saudaramu adalah sedekah.” Selanjutnya, pelaksanaan hukuman kepada karyawan yang bersalah dapat dilakukan sepanjang tidak menyinggung perasaan karyawan tersebut dihadapan teman kerjanya. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan karyawan dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Pemberian hukuman harus dimulai dari tindakan sebelumnya yang dimulai dari teguran langsung, melalui sindiran, melalui celaan, dan melalui pukulan. Terdapat beberapa cara yang telah digunakan Rasulullah dalam menjalankan hukuman, diantaranya: 52 Ibid 1. Melalui teguran langsung. 2. Melalui pukulan. Sistem pengawasan yang baik tidak terlepas dari pemberian punishment hukuman dan reward imbalan. Jika seorang karyawan melakukan pekerjaannya dengan baik, maka karyawan tersebut diberi reward. Bentuk reward itu tidak mesti materi, namun dapat pula dalam bentuk pujian, penghargaan yang diutarakan dihadapan karyawan yang lain,atau bahkan promosi baik promosi belajar ataupun promosi naik pangkat atau jabatan. Allah juga memberikan reward atau pahala bagi bawahan yang mampu memberi nasihat pada atasannya, sebagaimana hadist dibawah ini 53 : Nabi bersabda: ”Seorang hamba apabila melakukan dengan baik dalam ibadah pada Tuhannya maka akan diberkahi, dan yang menasihati tuannya akan diberi pahala dua kali.” Dari hadist diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan saling memberi akan timbul rasa saling mencintai. Demikian juga dengan hubungan antara karyawan dengan perusahaan harus ditumbuhkan rasa saling memikili dan mencintai. Caranya dengan memberikan reward kepada karyawan agar karyawan merasa dihargai dan dihormati dalam perusahaan. Selain itu perlu ditumbuhkan rasa saling memiliki antara satu sama lain, dimana karyawan merasa memiki perusahaan sehingga ia akan rela berkorban demi untuk 53 Ilfi Nur Diana, Hadist-hadist Ekonomi, Malang:UIN Malang Press,2008, h.168-169. kemajuan perusahaan. Dan perusahaan merasa memiliki karyawan sehingga mau memberi sesuatu agar karyawan tersebut lebih giat lagi bekerja untuk perkembangan perusahaan.

D. Sumber Daya Manusia Perbankan Syariah

Sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya, sumber daya manusia perbankan syariah selain harus mempunyai kemampuan teknis dibidang perbankan, juga menuntut mengetahui pengetahuan mengenai ketentuan dan prinsip syariah secara baik serta memiliki akhlak dan moral yang Islami. Akhlak dan moral Islami dalam bekerja dapat disarikan dalam empat ciri pokok utama yaitu: shiddiq benar dan jujur, tabligh mengembangkan lingkungan bawaan menuju kebaikan, amanah dapat dipercaya, dan fathonah kompeten dan profesional. Keempat ciri pokok tersebut hendaknya dapat menjadi ketentuan umum yang bersifat normatif dalam penetapan kualitas sumber daya manusia baik pimpinan maupun pelaksanaan pada bank syariah. 54 Menurut Syafi’I Antonio seperti dikutip M. Ishman Al Maududi arti penting sumber daya insani bagi bank syariah adalah menciptakan bank syariah yang mampu mengejar pertumbuhan dan kreasi produk. Menurutnya mayoritas sumber daya manusia yang berasal dari banker professional dengan latar belakang umum lalu didik mengenai bank syariah dalam waktu singkat berakibat sisi penghayatan dan semangat kurang terasa. Karena tidak mendalam sisi syariahnya, 54 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004 cet-4, hal. 188. maka sumber daya manusia sdm kesulitan dalam pengembangan produk, sebab diperlukan kompetensi khusus. Karenanya, mereka hanya berkutat pada murabahah, sementara skim-skim lainnya seperti ijarah, istisna dan lainnya kurang berkembang. 55 Sumber daya manusia bank Islam memiliki karakteristik sebagai berikut: 56 1. Uluhiyah, yaitu kualitas ketuhanan kepada Allah secara benar. Prinsip-prinsip Islam beerpangkal pada iman dan ketaatan kepada Allah swt. Segala kegiatan manusia yang beriman harus berlandaskan pada motivasi untuk memperoleh keridhoan Allah dan berorientasi jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat tanpa melupakan bagiannya di dunia. 2. Tazkia, yaitu pensucian diri. Sistem lembaga keuangan berbasis bunga telah merupakan satu-satunya sistem yang dipahami dan bahkan telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat muslim, apalagi karyawan dan bekas karyawan bank. Konsep lembaga keuangan syariah relatif baru bagi kalangan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat muslim itu sendiri. Mereka sama sekali belum pernah belajar, apalagi memahami sistem lembaga keuangan syariah secara benar. Tetapi hal itu hendaknya tidak menjadi kendala bagi mereka, apalagi berputus asa dari harapan Allah. Untuk memperoleh berkah dari waktu yang masih ada untuk mempelajari, memahami,, dan 55 Muhammad Ishman Al Maududi, Pengelolaan Sumber Daya ManusiaPada Perbankan Syariah Perspektif Syariah Studi Kasus Bank Syariah Mandiri, Fakultas Syariah dan Hukum UIN