Definisi Klasifikasi Diagnosis DIABETES MELLITUS

Brault 2007; Viera 2003. Suatu studi lain membandingkan injeksi dengan OAINS dan bidai. Pada studi ini dilakukan penyuntikan 40 mg prednisolone 4 cm proksimal dari pergelangan tangan, pengukuran outcome nya dilakukan setelah 2 dan 8 minggu dengan symptom severity scale, VAS , tes Tinel’s dan Phalen’s. Brault 2007 Tindakan dekompresi bedah diindikasikan pada pasien-pasien yang simptomatik dan gagal dengan terapi konservatif. Tindakan bedah diindikasikan pada hampir semua pasien dengan CTS sedang-berat. Dua tipe pendekatan bedah adalah : open dan endoscopic release. Aroori dkk, 2008; Preston 2002; Viera 2003

II.2. DIABETES MELLITUS

II.2.1. Definisi

Menurut American Diabetes Association ADA tahun 2010, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011

II.2.2. Klasifikasi

Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 10. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011 Tipe 1 Destruksi sel beta umunya menjurus ke defisiensi insuliln absolut :  Autoimun  Idiopatik Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek seresi insulin disertai resistensi insulin Tipe lain  Defek genetik fungsi sel beta  Defek genetik kerja insulin  Penyakit endokrin pankreas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara  Endokrinopati  Karena obat atau zat kimia  Infeksi  Sebab imunologi yang jarang  Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM Diabetes melitus gestasional Tabel 10. Klasifikasi Diabetes Melitus Dikutip dari : Konsensus Pengelolaan dan pencegaha diabetes meliltus tipe 2 di Indonesia. 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

II.2.3. Diagnosis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,2011  Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya  Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara : 1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa  126 mgdL dengan adanya keluhan klasik 3. Tes toleransi glukosa oral TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. Tes toleransi glukosa oral sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Kriteria diagnostik DM dapat dilihat pada tabel berikut ini 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu  200 mgdL 11,1 mmolL. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memeprhatikan waktu makan terakhir Atau 2. Gejala klasik DM + kadar gluosa plasma puasa  126 mgdL 7.0 mmolL. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kaori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau 3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO  200 mgdL 1.1 mmolL. TTGO yangdilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang diarutkan ke dalam air Tabel 11. Kriteria diagnostik DM Dikutip dari : Konsensus Pengelolaan dan pencegaha diabetes meliltus tipe 2 di Indonesia. 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

II.2.4. Kriteria Pengendalian DM