Teknik-teknik Variasi Stimulus Urgensi penggunaan variasi stimulasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ips ekonomi di Madrasah aliyah Putri Annuqayah Sumenep Madura
15 4
Mengadakan kontak pandang dan gerak eye contact and movement
Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke
mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka, sedangkan kontak pandang dapat digunakan
untuk menyampaikan informasi dan unutuk mengetahui perhatian atau pemahaman siswa.
5 Gerakan badan mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi,
gunanya ialah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.Ekspresi wajah misalnya
tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata, untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran. Gerakan kepala
dapat dilakukan
dengan bermacam-macam,
misalnya menganggukkan, menggeleng, mengangkat atau menganggukkan
kepala untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak arah ataupun
menjentik untuk menarik perhatian serta menggoyangkan tangan dapat berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat
berarti”apa lagi”.
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran:
1 Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat visual aids;
Alat atau media yang termasuk kedalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, antara lain grafik, bagan, poster, diorama, spesimen,
gambar, film, dan slide. 2
Variasi alat atau bahan yang dapat didengar auditif aids; Suara guru termasuk kedalam media komunikasi yang utama
didalam kelas, seperti; rekaman suara, suara radio, musik, dan lain
16 sebagainya dapat dipakai sebagai pengunaan indera dengar yang
divariasikan dengan indera yang lain. 3
Variasi alat atau bahan yang dapat diraba motorik; Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat
menarik perhatian siswa dan dapat membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perorangan ataupun secara kelompok.
4 Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba
audio-visual aids Penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi
karena melibatkan semua indera yang kita miliki, media yang termasuk disini ialah film, televisi radio, slide projector yang
diiringi penjelasan guru dan cara penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa:
1 Pola guru-murid
Merupakan komunikasi sebagai aksi [satu arah] 2
Pola guru-murid-guru Ada balikan [feedback] bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa
komunikasi sebagai interaksi. 3
Pola guru-murid-murid Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4 Pola guru-murid,murid-guru,murid-murid
Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid komunikasi sebagai transaksi, multiarah.
5 Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap
siswa belum mendapat giliran.
13
13
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm 85-88
17 Teknik-teknik variasi stimulus di atas sama dengan pendapat Wina
Sanjaya, yang menjelaskan berbagai teknik variasi stimulus sebagai berikut:
a. Variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran, meliputi; 1
penggunaan variasi suara; 2 pemusatan perhatian; 3 kebisuan guru; 4 mengadakan kontak pandang; dan 5 gerak guru.
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran, meliputi: 1
dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat; 2 variasi alat atau media yang dapat didengar; dan 3 variasi alat atau media yang
dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan.
c. Variasi dalam berinteraksi, meliputi bentuk-bentuk sebagai berikut:
1 pola interaksi satu arah; 2 pola interaksi dua arah; dan 3 pola interaksi multi-arah.
14
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, teknik-teknik variasi stimulus adalah sebagai berikut:
a. “Variasi gaya mengajar, yang mencakup; variasi suara, penekanan, ,
kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi; b.
Variasi media dan bahan ajaran, yang mencakup; variasi media pandang, variasi media dengar, dan variasi media taktil
c. Variasi interaksi.”
15
Dari berbagai teknik-teknik keterampilan variasi stimulus yang telah dipaparkan diatas dapat dipahami bahwa seorang guru dituntut untuk benar-benar
menguasai teknik-teknik yang akan digunakan dalam memberikan variasi stimulus dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar situasi pembelajaran
khususnya siswa lebih menunjukkan rasa antusias, penuh gairah, dan terhindar dari kebosanan serta tidak mudah jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
14
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam implementasi Kurukulum Berbasis Kompetensi, hal. 167-170.
15
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, hlm. 126
18
B .
Tinjauan Teoritis Tentang Motivasi Belajar 1.
Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum membahas masalah pengertian motivasi, penulis terlebih dahulu menjelaskan asal dari kata motivasi tersebut yakni kata motif. Kata motif dapat
dikatakan sebagai “daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tetentu demi mencapai suatu tujuan, bahkan motif
diartikan sebagai suatu kondisi intern”
16
Dengan demikian motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winardi istilah “Motivasi motivation, berasal dari bahasa latin,
yakni Movere yang berarti menggerakkan to move ”.
17
Sedangkan Makmun mengartikan
“motivasi itu adalah suatu kekuatan power atau tenaga forces atau daya energi atau suatu keadaan yang komplek a complec state dan kesiap
sediaan preparatory set dalam diri individu organisme untuk bergerak to move, motion, mitive kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari
”.
18
Menurut Thomas M. Risk, “motivasi adalah usaha yang disadari oleh
pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar
”.
19
Sedangkan, Padil dan Trio Supriyatno mendefinisikan motivasi dengan kekuatan diri dalam individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat.
20
17
J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam manageman, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 1.
18
Makmun, bin Syamsuddin, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: PT. Rosda Karya, 1998, hal. 28-29.
19
Dikutif oleh Drajat Zakiah, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 , hal. 140.
20
Padil, Triyo Supriyatno, Sosiologi Pendidikan, Malang: UIN Malang Press, 2007, hal. 83.
19 Sedangkan menurut Abin Syamsudin,
“motivasi adalah suatu keadaan yang kompleksdan kesiapsediaan dalam diri individuuntuk bergerak kearah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak disadari ”.
21
Jadi, istilah motivasi berasal dari kata ” motif” yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiap siagaan
. Berasal dari kata “Motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif.
Menurut Donald “motivasi adalah perubahan energi dalam dari diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “ feeling “ dan didahului oleh tanggapan dengan adanya tujuan
”.
22
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Donald ini mengandung tiga elemen penting.
a. bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
individu manusia; b.
motivasi ditandai dengan munculnya rasafeeling, afeksi sesorang. dalam hal-ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menetukan tingkah laku manusia; c.
motivasi dapat dirangsang karena adanya tujuan. jadi motivasi dalam hal ini merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi
memang moncul dari dalam diri manusia, tewtapi kemunculannya karena terangsangterrdorong oleh adanya unsur lain.
23
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatan bahwa motivasi itu adalah sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi belajar akan menyebabkan
sesutu perubahan adanya energi yang ada pada diri manusia untuk melaksanakan
21
Abin Syamsudin Psilkologi Kependidikan Remaja Rosdakarya 2003 Bandung , hal. 37
22
Zainal Aqib, Prifesionalisme Guru Surabaya. Ihsan Cendikia 2002, hal 34
23
Suardiman, Ny. Siti Partini, SU, Psikologi …hal. 74
20 aktifitas-aktifitas belajar, sehingga bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan emosi untuk kemudian melakukan sesuatu. Dimyati dan Mujiono, mengartikan
“motivasi dengan dorongan atau kekuatan mental. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kamauan atau
cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya
belajar tersebut sebagai motivasi belajar ”.
24
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi,
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mangarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
Hamalik mengartikan “motivasi dengan gejala yang terkandung dalam
stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau
internal dan intensif diluar individu atau hadiah ”.
25
Poerwanto mengartikan “motivasi dengan “Pendorongan” yaitu suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu ”.
26
Az-Zahrani memberikan definisi “motivasi dengan dorongan diri atau
kekuatan yang mampu memunculkan kreativitas dalam diri manusia ”.
27
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahani bahwa motivasi adalah timbulnya dorongan yang merangsang seseorang untuk melakukan keinginan atau
aktivitas untuk tercapainya suatu kebutuhan. Sedangkan pengertian belajar, menurut Dimyati,
“adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan
24
Dimyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rinika Cipta, 2006, hal. 80.
25
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Al- Gensindo Offset, 2009, hal. 173.
26
Ngalim Poerwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990, hal. 71.
27
Az- Zahrani, Musfir bin Sa’id, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005, hal.
96.
21 informasi, menjadi kapabilitas baru
”.
28
Sedangkan Sukardi mendefinisikan belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melaui prosedur latihan. Perubahan itu baik terjadi dalam suatu
laboratorium ataupun terjadi dalam lingkungan yang lebih luas. Perubahan-perubahan
itu dapat
berbentuk penggunaan
atau pengevaluasian mengenai sikap kebiasaan dan nilai-nilai, pengetahuan
dan kecakapan. Peubahan itu berangsur-angsur akan dimulai dari suatu yang tidak dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau
dimilikinya, dipergunakan sampai kepada suatu saat untuk di evaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.
29
Omar Hamalik mengartikan “belajar adalah terjadinya perubahan dari
persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan-perbaikan, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap
”.
30
Hilgard dan Bower, mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam
perbuatan melalui aktifitas, praktek, dan pengalaman ”.
31
Melihat dari pengertian motivasi dan pengertian belajar, maka penulis dapat menegaskan bahwa motivasi belajar adalah suatu usaha untuk mendorong
seseorang melakukan perubahan-perubahan dalam rangka penambahan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pendidikan, guru supaya melakukan upaya-upaya memotivasi kepada siswa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
pemberian motivasi belajar adalah menyediakan kondisi yang menyenangkan dan merangsang murid untuk belajar. Dalam kenyataanya, memberi motivasi belajar
adalah bukan pekerjaan yang mudah, akan tetapi memerlukan seni atau kiat sendiri untuk memotivasi anak agar supaya menyenangi terhadap pelajaran di
sekolah. Secara teoritis, salah satu teknik dalam meberikan motivasi kepada siswa
adalah menyadarkan siswa akan kebutuhannya sendiri untuk melakukan hal-hal pekerjaan yang berguna.
28
Dimyati, Belajar dan…, hal. 10.
29
Sukardi Dewa Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, hal. 17.
30
Hamalik, Psikologi…, hal. 45.
31
Ibid…,hal. 45.
22