31
7. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Bruto adalah total nilai atau harga pasar dari seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian
dalam suatu negara dalam kurun satu tahun. Sedangkan pada daerah dapat dihitung dengan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Untuk
menghitung PDRB yang didapat dari suatu daerah, ada 3 pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari suatu
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, dengan cara mengurangkan biaya dari masing-masing
total produksi produk bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.
b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu
tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu gaji dan upah, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainya. c.
Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti:
1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung. 2
Konsumsi pemerintah.
32
3 Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4 Perubahan stock.
5 Ekspor netto. Dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.
Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor.
8. Pengembangan Sub Sektor Industri Potensial
Chenery dalam Sukirno 2007,250 mengenai corak perubahan struktur sektor industri dalam proses pembangunan. Dalam analisis
Chenery yaitu menganalisis perubahan peranan industri-industri yang tergolong dalam sub sektor industri pengolahan dalam menciptakan
produk nasional. Pola ekonomi yang bergeser menjadi sektor industri yang dulunya
sektor pertanian menyebabkan masyarakat terjun dalam sektor ini. Ditambah sektor industri yang menjadi penyumbang dalam perekonomian
suatu Negara dan daerah. Kemudian sektor industri itu banyak jenisnya baik yang migas dan non migas. Sektor non migas pun banyak jenisnya
sehingga menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat. Hal demikian menunjukkan bahwa dalam pengembangan sub sektor industri harus
disiapkan dengan perencanaan yang matang agar tujuannya dalam memajukan masyarakat dapat tercapai.
Sedangkan dikenal pula istilah mengenai competitive advantage keunggulan kompetitif di mana keunggulan ini diperoleh melalui usaha,
kerja, karya dan cipta suatu daerah dengan menciptakan karya baru yang memberikan pengaruh kepada daerah ditambah dengan daerah tersebut
33
memiliki potensi dari kekayaan alamnya. Kegiatan perekonomian yang berada di daerah akan berpengaruh kepada suatu kegiatan tersebut dapat
dikatakan maju atau tidak. Perubahan struktur yang dikemukakan oleh Chenery menunjukkan
kegiatan ekonomi yang makin beragam ditambah dengan keunggulan yang dihasilkan tiap daerah dengan mengolah sumber daya masing-masing
sehingga timbullah pengembangan dari sub sektor yang ada. Kaitan hal tersebut untuk keberlanjutan dari kegiatan produksi suatu daerah dengan
potensi yang dimiliki sehingga akhirnya masyarakat akan maju dan sejahtera.
B. Penelitian Terdahulu
Kartika Hendra Titi Sari 2010 dengan judul penelitian Indentifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Rasio Pertumbuhan MRP, Analisis Tipologi Klasen dan Analisis Location
Quotient LQ. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto. Objek penelitian ini berada pada daerah
Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Hasil penelitian ini adalah sektor pertanian, perdagangan dan industri menduduki urutan pertama sektor yang
basis di Boyolali. Sektor industri dan perdagangan menduduki urutan pertama sektor yang basis di Karanganyar. Sektor jasa menduduki urutan pertama yang
menjadi sektor basis di Sragen. Lina Suherty 2011 dengan judul penelitian Analisis Pengembangan
Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala periode 2005-2009.