42
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan adalah data time series runtun waktu dari tahun 2005 sampai 2010.
Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian yaitu Kota Tangerang dengan membandingkan keadaan perekonomian di Provinsi Banten. Data
yang digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Konstan dengan melihat Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas
yaitu terdiri dari sembilan sub sektor. Sub sektor industri pengolahan yang diperoleh dari Kota Tangerang dan Provinsi Banten.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini tidak memerlukan sampel karena seluruh populasi dapat dijangkau oleh penulis. Tetapi dalam penentuan objek
penelitian penulis menentukan sub sektor industri pengolahan untuk dianalisa sebagai penelitian karena Kota Tangerang merupakan wilayah maju di
Provinsi Banten dengan sektor industri yang berkembang. Oleh karena itu penulis menganalisa sub sektor industri pengolahan Kota tangerang yang
menjadi potensi bagi daerah dari tahun 2005-2010 dikarenakan pada tahun ini perkembangan Kota Tangerang semakin baik dibandingkan tahun
sebelumnya.
43
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data yang
diambil dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik BPS, dan Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. Data yang digunakan berupa PDRB
sub sektor industri pengolahan yang terdiri dari sembilan jenis industri periode 2005-2010 dan jumlah tenaga kerja dari masing-masing jenis industri
dalam sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.
D. Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan Analisis Kuantitatif yang merupakan suatu metode analisis yang bersifat
hitungan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang berbentuk angka. Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis Kualitatif
dengan mengadakan wawancara dan observasi terhadap objek penelitiannya. Data yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan Kota
Tangerang atas dasar harga konstan periode tahun 2005-2010 dan tenaga kerja dalam sembilan jenis industri. Dengan judul penelitian
“Analisis Potensi Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-
2010 ”. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Location Quotient LQ
Analisis ini merupakan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektorindustri di suatu daerahkota terhadap besarmya peranan suatu
sektorindustri tersebut secara provinsi Tarigan:2005,80. Ada dua cara untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perekonomian wilayah
44
yakni melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB Produk Domestik Regional Bruto dan tenaga kerja Arief Daryanto,2010:20. Berdasarkan
penelitian ini adalah membandingkan sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang dengan Provinsi Banten dengan pendekatan tenaga kerja.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sub sektor yang basis dan non basis di Kota Tangerang. Rumusnya adalah sebagai berikut Arief
Daryanto,2010:21 :
3.1 Di mana : Li : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor i di Kota Tangerang
Lt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Kota Tangerang Ni : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten
Nt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten Hasil dari analisis ini adalah apabila LQ 1 artinya peranan sektor
tersebut di daerah itu lebih menonjol dari pada sektor lain di daerah tersebut Sektor Basis Ekonomi dan sektor ini menjadi kekuatan daerah
untuk mengekspor produksnya ke luar daerah. Sebaliknya, apabila LQ 1 maka peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari pada sektor lain
Sektor Non Basis Ekonomi dan sektor ini hanya menjadi pengimpor dari luar daerah.
2. Analisis Shift Share
Berdasarkan Lina Suherty 2008 analisis Shift Share digunakan untuk menentukan kinerjaproduktifitas suatu daerah, pergeseran struktur,
posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi
45
potensial suatu daerah, kemudian membandingkananya dengan daerah yang lebih besar regionaldaerah. Rumus analisis Shift Share dalam Lina
Suherty Glasson, 1990:95-96 adalah sebagai berikut : Gj
= Yjt - Yjo = Nj + Pj + Dj
Nj = [Yjo YtYo] - Yjo
P+Dj = Yjt - [YtYo Yjo]
= Gj - Nj Pj
= [YitYio - YtYo] Yijo Dj
= Yijt - [YitYioYijo] = P+Dj - Pj
3.2 Keterangan :
Gj : Pertumbuhan PDRB Total Kota Tangerang
Nj : Komponen Share Kota Tangerang
P+Dj : Komponen Net Shift Kota Tangerang
Pj : Proportional Shift Kota Tangerang
Dj : Differential Shift Kota Tangerang
Yj : PDRB Sektor Total Kota Tangerang
Y : PDRB Sektor Total Provinsi Banten
o,t : periode awal dan periode akhir perhitungan
i : sub sektor pada PDRB
Jika Dj 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang lebih cepat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
46
Dan bila Dj 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
Bila Pj 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj 0, maka
Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat.
3. Analisis SWOT
Berdasarkan Rangkuti, 2002 dalam penelitian Rukhmi 2008, metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matriks SWOT untuk
menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantanghambatan tentang potensi industri dan peluang pasar di wilayah Kota Tangerang dengan
memperhatikan External Strategic Factors Analysis Summary EFAS untuk menganalisis peluang dan ancaman dalam mengembangkan potensi
industri yang sudah ada. Internal Strategic Factors Analysis Summary IFAS untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sehingga dapat
menciptakan peluang pasar untuk produk yang tersedia. Kegiatan industri yang dijalankan para pengusaha di Kota
Tangerang memberikan pendapatan bagi Kota Tangerang sendiri. Identifikasi faktor-faktor baik secara internal yang berasal dari dalam
industri-industri di Kota Tangerang. Kekuatan dan kelemahan kegiatan industri di Kota Tangerang bila dibandingkan dengan kegiatan industri di
luar Kota Tangerang dalam lingkup Provinsi Banten yaitu dapat dilihat dalam tabel :
47
Tabel 3.1 Faktor-faktor Strategi Internal Industri-Industri Kota Tangerang
No Faktor-Faktor Strategi Internal
KEKUATAN
1. Ketersediaan SDM yang banyak dan berpotensi dalam skill dan
keterampilan 2.
Sarana transportasi yang terjangkau bagi pihak pengusaha 3.
Tingkat pembayaran upah yang tinggi dibandingkan dengan daerah lain
4. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara
5. Kelancaran kegiatan keluar masuk bahan baku, dan barang jadi
6. Keunggulan produk yang dihasilkan oleh industri di Kota
Tangerang
KELEMAHAN
1. Keterbatasan lahan bagi industri-industri dalam berdirinya dan
pengembangannya 2.
Biaya Produksi yang tinggi dikeluarkan oleh pengusaha
Tabel 3.2 Faktor-faktor Strategi Eksternal Industri-industri Kota Tangerang
No Faktor-Faktor Strategi Internal
PELUANG
1. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara Indonesia
2. Proses perizinan pendirian Industri yang mudah dan terjangkau
3. Kegiatan pemasaran hasil produk industri terjangkau
4. Akses informasi yang terjangkau dan mudah
5. Adanya dukungan dari pemerintah Kota Tangerang
HAMBATAN
1. Kebijakan mengenai industri dapat mempengaruhi industri di Kota
Tangerang 2.
Persaingan produk dari industri-industri di luar Kota Tangerang Berdasarkan faktor-faktor strategi internal dan eksternal dapat
menunjukkan di mana kegiatan industri di Kota Tangerang dapat dengan mudah berdiri dan berkembang di daerah kemudian mereka pun dapat
bersaing dengan industri di luar daerah. Berikut akan disajikan matriks dari faktor-faktor di atas sehingga memunculkan kombinasi dari faktor
internal dan eksternal :
42
Tabel 3.3 Matriks SWOT Industri-Industri Kota Tangerang
Eksternal Internal
OPPORTUNITY PELUANG
THREATHS ANCAMAN
STRENGTH KEKUATAN
Dalam kajian ini dapat dilihat dari kombinasi eksternal dan internal dalam pengembangan Industri-industri di Kota
Tangerang. Dengan memiliki factor kekuatan dari industry dikombinasikan dengan adanya peluang akan memberikan
keuntungan komparatif bagi Kota Tangerang. Pengembangan industri di Kota Tangerang pun dapat dilakukan dengan :
1. Kegiatan industri Kota Tangerang sangat menarik dilihat
karena berbatasan langsung dengan pusat Kota Jakarta. Atas dasar ini kegiatan industri di Kota Tangerang sangat
erat hubungannya dengan kegiatan di pusat Kota Jakarta. Industri yang berdiri di Kota Tangerang dengan pusatnya
di Kota Jakarta, hal ini berkaitan dengan kegiatan industri dapat lancar dilaksanakan.
2. Dengan berdekatannya Kota Tangerang dengan Kota
Jakarta memberikan peluang bagi akses-akses informasi masuk mempengaruhi kegiatan industri di Kota Tangerang.
Sehingga akses informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri ke depannya agar
lebih baik. Kemudian sarana dan prasarana transportasi umum, dan fasilitas yang mendukung arus masuk dan
keluar produk dan bahan baku lebih mudah. Ditambah dengan adanya transportasi antar daerah yang terintegrasi.
Kajian ini melihat kombinasi antara faktor kekuatan yang dimiliki oleh industri-industri dan ancamanhambatan yang
dihadapi oleh industri di Kota Tangerang. Bila faktor tersebut dilakukan akan menjadi sebuah mobilisasi bagi daerah dalam
menghadapi persaingan. Dalam pengembangannya yaitu : 1.
Peningkatan kualitas dari SDM memberikan kesempatan kepada SDM mendapatkan upah yang sesuai. Sehingga bila
kebijakan dari luar mempengaruhi keadaan internal dari perusahaan, perusahaan pun akan mempertimbangkan untuk
melihat skill dan kemampuan dari SDM yang berkualitas tadi.
2. Peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pun menjadi poin utama sehingga para konsumen tidak pindah ke lain produk selain produk
perusahaan kita. Kemudian produk yang dihasilkan harus terdiferensiasi dari produk yang sudah ada sebelumnya
sehingga adanya inovasi diperlukan agar perkembangan industri dapat tercapai.
3. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
haruslah mendukung dari kegiatan industri di dalam daerah itu sehingga tidak menghambat kegiatan arus masuk dan
keluar barang-barang modal maupun jadi ke luardalam.
48
46
WEAKNESS KELEMAHAN
Kajian ini melihat antara faktor adanya peluang dari kegiatan industri dapat berkembang tetapi potensi kelemahan membuat
para pengusaha untuk melakukan investasi di Kota Tangerang ataupun sebaliknya bila kelemahan tidak dapat dikendalikan
maka investasi akan diambil oleh pihak investor. Dalam kaitan tersebut dalam pengembangannya yaitu :
1. Proses perizinan yang mudah dan berada dekat dengan
pusat pemerintahan Negara memberikan kesempatan bagi investor melirik kegiatan industri di Kota Tangerang
sehingga dapat berkembang.
2. Keterbatasan
lahan memberikan
dampak bagi
perkembangan industri sehingga investasi ini dapat dilakukan dengan pihak asing ataupun pemerintah sehingga
dapat dilakukan di luar daerah Kota Tangerang dalam mengembangkan industri yang berpotensial.
3. Sebagai pengatur jalannya perekonomian, pemerintah
daerah tetap mengawasi, mengatur dan mengambil segala kebijakan yang berkaitan dengan industri sehingga
investasi yang ditanamkan tidak ditarik kembali agar rasa kepercayaan pihak asing tidak berubah kepada industri di
dalam daerah. Kajian
yang mempertemukan
faktor kelemahan
dari perkembangan industri dengan faktor hambatanancaman dari
luar daerah. Hal ini akan memperlihatkan bagaimana kontrol dari pemerintah sehingga tidak berdampak buruk bagi
kerusakan di dalam daerah. Dalam pengembangannya yaitu :
1. Pembenahan kepada industri-industri yang kurang
berkembang menjadi prioritas utama bagi pemerintah daerah sehingga mereka dapat lebih berkembang lagi.
2. Pembinaan juga dilakukan kepada industri yang lebih maju
agar mereka dapat mengembangkan kegiatan di luar daerah sehingga menjadi pendapatan bagi daerah dan perusahaan
tersebut.
3. Pelatihan-pelatihan kepada SDM dapat dilakukan untuk
menambah nilai manfaat dan kemampuan dari tenaga kerja sehingga mereka pun dapat lebih memajukan daerahnya
dengan keahliannya.
4. Pengendali perizinan pendirian industri yang dilakukan
oleh pemerintah daerah sehingga tidak dapat merusak kegiatan ekonomi di masyarakat. Dan justru diharapkan
sebaliknya industri yang berdiri menjadi lahan pembukaan lapangan pekerjaan.
49
42
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan variabel yang
terlibat adalah sebagai berikut : 1.
Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan produksi barang
dan jasa dalam suatu Negara atau daerah. Indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat perkembangan nilai dari
Produk Domestik Regional Bruto PDRB. 2.
Pertumbuhan sektor ekonomi Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang
dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dengan angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 ADHK yang dinyatakan dalam
jutaan rupiah. PDRB ADHK merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan.
Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena
harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu tahun dasar = 2000. 3.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB Pengertian PDRB menurut
Badan Pusat Statistik BPS, bila dipandang dari sudut produksi, PDRB
merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama jangka
waktu tertentu yaitu satu tahun.
50
51
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi
9 sembilan kelompok lapangan usaha sektor.
Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap
harga konstan, yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun
dasar yang dipilih, yakni tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga
konstan ini dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi
.
4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan 2010:4, Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-
putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya.
Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan
pengembangan sektor potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk
mengubahmenaikkan keadaan yang ada mengganti keseimbangan yang
telah ada pada sub sektor industri pengolahan non migas potensial unggul, mampu, dan
strategis guna meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang.
5. Tenaga kerja
Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia BPS, tenaga kerja adalah Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang
memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan
52
bekerja. Dalam kaitann penelitian ini tenaga kerja digunakan dalam pengukuran sub sektor yang potensial untuk dikembangkan oleh daerah.
6. Komponen Share Nj
Komponen Share adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja daerah seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju
pertambahan provinsi selama jangka waktu tertentu. 7.
Komponen Net Shift P+Dj Komponen Net Shift P+Dj adalah penyimpangan deviation
dari komponen Share Nj dalam pertumbuhan lapangan kerja daerah. 8.
Komponen Proportional Shift Pj Komponen Proportional Shift adalah komponen yang digunakan
untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh perubahan PDRB di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-
daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam
sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
9. Komponen Differential Shift Dj
Komponen Differential Shift adalah Komponen yang digunakan untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh sektor
tertentu yang lebih cepat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat Provinsi.
53
10. Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial
Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial dapat dilakukan dengan mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Tantangan dari sektor yang potensial.
Tabel 3.4 Tabel Opersional Variabel Penelitian
Variabel Indikator pengukuran Data dan
Sumber data Data tahun Skala
Pertumbuhan Ekonomi
PDRB BPS
2005-2010 Nominal
Sektor Basis dan non basis
LQ Location Quatient Jumlah Tenaga
Kerja Sub Sektor Industri
Pengolahan Non Migas Kota
Tangerang dan Jumlah Tenaga
Kerja Sub Sektor Industri
Pengolahan Non Migas Provinsi
Banten BPS 2005-2010
Nominal
Sektor Potensial
LQ Location Quatient Shift Share:
Komponen Share Nj
Komponen net shift P+Dj
Differential Shift Dj
Proportional Shift Pj
Jumlah Tenaga Kerja Sub
Sektor Industri Pengolahan Non
Migas Kota Tangerang dan
Jumlah Tenaga Kerja Sub
Sektor Industri Pengolahan Non
Migas di Provinsi Banten
BPS 2005-2010
Nominal
Kinerja Sub Sektor Industri
Pengolahan Non Migas
SWOT Strenght, Weakness, Opportunity,
dan Threath Faktor-faktor
yang berada di Internal dan
Eksternal Industri dengan
melakukan Survei ke
Industri terkait -
Nominal
54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang
1. Keadaan Geografi
a. Letak Geografi
Kota Tangerang merupakan salah satu Kota yang berada di Provinsi Banten. Secara astronomis Kota Tangerang berada pada garis
06
o
06’00”-06
o
13’00” Lintang Selatan dan 106
o
36’00”-103
o
42’00” Bujur Timur. Batas-batas Kota Tangerang secara administrasi yaitu
berbatasan langsung dengan : Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan.
b. Keadaan Iklim
Keadaan iklim di suatu daerah dapat terlihat dari suhu udara, kecepatan angin, curah hujan yang melanda daerah, serta kelembaban
udara di daerah tersebut. Diagram 4.1
Suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara Kota Tangerang 2010
Sumber : Badan Meteorologi Kimatologi Geofisika Kota Tangerang 2010