Dari Gambar 6.4 di atas, dapat dilihat Nilai T Selamat dari tahun 2010 dan tahun 2011 mengalami penurunan sedangkan untuk tahun 2012 terjadi
peningkatan. Nilai T Score positif menunjukkan keadaan yang memburuk
sedangkan angka negatif menunjukkan keadaan membaik. Tahun 2012 nilai T
selamat positif ini menandakan bahwa pada tahun 2012 keadaan memburuk ini ditandai dengan peningkatan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2011 sebesar
sebesar 10 kali sedangkan untuk tahun 2012 meningkat menjadi 15 kali kecelakaan kerja.
6.1.4 Analisis Hubungan Jam Kerja Hilang dengan Produktivitas .
Produktivitas di sebuah perusahaan terkait erat dengan kecelakaan kerja. Semakin tinggi kecelakaan kerja, semakin tinggi tinggi pula jam kerja hilang dan
akan semakin rendah atau menurun produktivitas. Jam kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada Gambar 6.5 berikut ini.
Gambar 6.6 Jumlah jam Hilang PT Apindowaja Ampuh Persada
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jam kerja karyawan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 semakin meningkat setiap tahunnya. Namun jumlah jam hilang
dari tahun ke tahun fluktuatif atau terjadi peningkatan dan terjadi penurunan untuk tahun yang lain. Peningkatan dan penurunan jam kerja hilang setiap tahunnnya
dipengaruhi oleh frekuensi kecelakaan kerja dan jenis kecelakaan kerja. Namun frekuensi kecelakaan kerja meningkat belum tentu jam kerja hilang semakin
meningkat ini terlihat dari data pada thun 2008 terjadi 12 kecelakaan kerja sama dengan tahun 2010. Namun jam kerja hilang pada tahun 2010 lebih besar dari
pada tahun 2008 yakni 560 jam untuk 2010 sedangkan 200 jam untuk tahun 2008. Jam kerja hilang dipengaruhi oleh jumlah hari kerja hilang. Satu kecelakaan kerja
bisa saja menyebabkan hari hilang yang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan kerja yang lain.
Gambar 6.7 Produktivitas Kerja Setiap Tahun
Terlihat bahwa semakin sedikit hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas dan begitu juga sebaliknya. Penurunan
Universitas Sumatera Utara
prodoktivitas pada tahun 2009 karena pada tahun tersebut jumlah hari kerja hilang sangat besar yakni 3184 dengan jumlah total waktu kerja sebesar 55200 jam.
6.1.5 Analisis Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja
Dari hasil pengukuran di pengolahan data dapat direkapitulasi data mengenai Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity
Keparahan Kecelakaan Kerja. Dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja
Tahun Jumlah
Kecelakaan Kerja Frekuensi
Rate Jumlah Jam Kerja
Hilang Jam Severity Rate
2008 12
250 200
4166,67 2009
13 236
3184 57681,16
2010 12
200 560
9333,33 2011
10 139
168 2333,33
2012 15
196 792
10312,50
Tabel 6.1 diatas diketahui bahwa frekuensi rate kekerapan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2008, 2009, 2010,2011, dan 2012 sebesar 250; 236; 200;
139; 196. Sedangkan untuk Tingkat severity rate keparahan kecelakaan kerja untuk tahun 2008 sampai tahun 2012 yakni 4166,67; 57681,16; 9333,33; 2333,33;
dan 10312,50.
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 6.1 juga dapat dianalisis beberapa elemen yakni:
6.1.5.1 Analisis perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Frekuensi Kecelakaan Kerja.
Pada Tabel 6.2. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan kerja dengan frekuensi kecelakaan kerja.
Tabel 6.2 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Frekuensi
Kecelakaan Kerja.
Tahun Jumlah
Kecelakaan Kerja Frekuensi
Rate Total Jumlah Jam
Kerja Orang
2008 12
250 48000
2009 13
236 55200
2010 12
200 60000
2011 10
139 72000
2012 15
196 76800
Dari tabel 6.2 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terdapat perbedaan kecelakaan kerja , dimana tahun 2011 merupakan
tahun paling sedikit terjadi kecelakaan kerja yakni 10 kasus. Sedangkan tahun 2012 merupaka yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yakni pada yakni 15
kasus kecelakaan kerja. Untuk frekuensi kecelakaan kerja, tahun 2011 merupakan tahun dimana tingkat frekuensi kecelakaan kerja terendah yakni sebesar 139.
Sedangkan untuk frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah kecelakaan kerja 12 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
berbanding lurus antara jumlah kecelakaan kerja dengan frekuensi kecelakaan kerja.
Faktor yang tidak bisa dipisahkan ialah jumlah jam kerja karyawan pertahunnya. Seperti pada tahun 2008 dengan 2009, kecelakaan kerja yang terjadi
pada 2008 ialah 12 kasus sedangkan untuk 2009 terjadi 13 kasus kecelakaan kerja. Tetapi nilai frekuensi kekerapan kecelakaan 2008 lebih tinggi dari pada nilai
frekuensi kekerapan kecelakaan 2009 karena jumlah jam kerja 2008 lebih jauh sedikit 48000 jam dibandingkan jam kerja tahun 2009 yakni 55200 jam sedangkan
selisih jumlah kecelakaan kerja hanya 1 kasus lebih sedikit tahun 2008.
6.1.5.2 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun.
Pada Tabel 6.3. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun.
Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun.
Tahun Jumlah Kecelakaan
Kerja Kasus Jumlah Jam Kerja Hilang
Jam
2008 12
200 2009
13 3184
2010 12
560
Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun Lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Tahun Jumlah Kecelakaan
Kerja Kasus Jumlah Jam Kerja Hilang
Jam
2011 10
168 2012
15 792
Dari tabel 6.3 di atas dapa dilihat bahwa jumlah jam kerja hilang yang paling tinggi yakni pada tahun 2009 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi
yakni sebesar 13 kasus. Sedangkan untuk jumlah jam kerja hilang terkecil yakni pada tahun 2011 yakni sebesar 168 dengan jumlah kecelakaan kerja 10 kasus.
Pada tahun 2009 terjada kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat sehingga hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut sebesar 320 hari.
Jam kerja hilang ditentukan juga oleh Standar Nasional Indonesia SNI 13-6618- 2001 untuk Kehilangan Anggota Tubuh - Luka atau Pembedahan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa belum tentu jumlah kecelakaan yang tinggi di imbangi juga dengan jam kerja hilang yang tinggi karena satu kecelakaan kerja bisa saja
menyebabkan jam kerja hilang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan lain.
6.1.5.3 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.
Pada Tabel 6.4. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan kerja dengan tingkat severity keparahan kecelakaan kerja pertahun.
Tabel 6.4 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.
Universitas Sumatera Utara
Tahun Jumlah
Kecelakaan Kerja Severity Rate
2008 12
4166,67 2009
13 57681,16
2010 12
9333,33 2011
10 2333,33
2012 15
10312,50
Tingkat severity rate keparahan kecelakaan kerja yang tertinggi terdapat pada tahun 2009 yakni 57681,16 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi
pada tahun tersebut yakni sebesar 13. Sedangkan untuk nilai severity rate terkecil terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 2333,33 dengan jumlah kecelakaan kerja 10
kasus. Tingkat severitykeparahan kecelakaan dalam setahun dipengaruhi oleh
Jumlah total jam kerja hilang karyawan dan Jumlah jam kerja karyawan dalam setahun hal ini didukung juga dari data yang terdapat pada tabel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk tingkat severity tidak dipengahi oleh jumlah kecelakaan kerja secara signifikan. Hubungan yang terjadi antara tingkat severitykeparahan
kecelakaan dengan jumlah kecelakaan kerja hanya ada jika kecelakaan kerja yang sama terjadi pada setiap tahunnya, jumlah hari hilang yang sama, dan jumlah jam
kerja karyawan yang linier dengan jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya. Karena tidak semua kecelakaan kerja sama atau dapat dikatakan satu kecelakaan
kerja dapat menyebabkan jumlah hari hilang dari dua kecelakaan kerja lain dan
Universitas Sumatera Utara
jumlah jam kerja setiap tahunnya tidak linier dengan kecelakaan kerja. Maka, disimpulkan hubungan antara jumlah kecelakaan kerja dengan Tingkat
severitykeparahan kecelakaan sangat kecil.
6.1.5.4 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun.
Pada Tabel 6.5 berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun.
Tabel 6.5 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun.
Tahun Frekuensi
Rate Jumlah Jam Kerja
Hilang Jam
2008 250
200 2009
236 3184
2010 200
560 2011
139 168
2012 196
792
Dari Tabel 6.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 250 dengan jumlah jam kerja hilang 200 jam. Sedangkan
untuk nilai frekuensi terendah yakni pada tahun2011 yakni sebesar 139 dan dengan jumlah jam kerja hilang terendah 168 jam. Untuk jumlah jam kerja hilang
tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan 3184 jam dengan nilai frekuensi
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan kerja sebesar 236. Penentuan jumlah jam kerja hilang selain ditentukan dari absen kerja yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja juga
ditentukan dari kefatalan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut sesuai Standar Nasional Indonesia SNI. Hampir sama dengan perbandingan antara
jumlah kecelakaan kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun tidak memberikan nilai yang berbanding lurus karena semakin tinggi frekuensi rate
belum tentu membuat nilai jumlah jam kerja hilang pertahun semakin tinggi pula.
6.1.5.5 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.
Pada Tabel 6.6. berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan kerja dengan tingkat severity keparahan kecelakaan kerja pertahun.
Tabel 6.6 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.
Tahun Frekuensi Rate
Severity Rate
2008 250
4166,67 2009
236 57681,16
2010 200
9333,33 2011
139 2333,33
2012 196
10312,50
Dari Tabel 6.6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat severity terjadi pada tahun 2009 sebesar 57681,16 dengan nilai frekunsi tertinggi juga yakni sebesar
Universitas Sumatera Utara
236. sedangkan tingkat severity terendah terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 2333,33 dan dengan nilai frekuensi terendah juga yakni sebesar 139. namun pada
tahun 2010 dengan nilai severity 9333,33 dan nilai frekuensi 200 tidak sesuai dengan tahun 2012 frekuensi hanya 196 namun tingkat severity lebih tinggi dari
pada tahun 2010 yakni 10312,50 Dari tabel di atas dapat disimpulakan bahwa hubungan antara frekuensi
kecelakaan kerja dengan tingkat severity keparahan kecelakaan kerja pertahun tidak terlalu signifikan hanya terjadi hubungan pada jumlah jam kerja karyawan
pertahun.
6.1.5.6 Analisis Perbandingan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan Tingkat
Severity Rate Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.
Pada Tabel 6.7. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah jam kerja hilang pertahun dengan tingkat severity Rate keparahan kecelakaan kerja
pertahun.
Tabel 6.7 Hubungan antara Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan Tingkat
Severity Rate Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun. Tahun
Jumlah Jam Kerja Severity Rate
Universitas Sumatera Utara
Hilang Jam
2008 200
4166,67 2009
3184 57681,16
2010 560
9333,33 2011
168 2333,33
2012 792
10312,50
Dari Tabel 6.7 dapat dilihat bahwa tingkat severity tertinggi terjadi pada tahun 2009 yakni 57681,16 dan dengan jumlah jam kerja hilang tertinggi juga
yakni sebesar 3184 jam. sedangkan nilai severity rate terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 2333,33 dan jumlah jam kerja hilang terendah juga sebesar 168 jam.
Dari Tabel dan rumus untuk menentukan tingkat severity rate keparahan kecelakaan kerja pertahun dapat disimpulkan bahwa tingkat severity rate
keparahan kecelakaan kerja dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah jam kerja hilang karyawan.
6.2. Metode 5S
Kaizen
Pendekatan perbaikan dengan metode 5S merupakan suatu program untuk meningkatkan kenyamanan tempat kerja, proses dan produk dengan melibatkan
operator yang bekerja selama proses produksi berlangsung. Metode 5S merupakan dasar perbaikan berkelanjutan kaizen yang terdiri dari serangkaian aktifitas
untuk menghilangkan pemborosan yang menyebabkan kesalahan, kecacatan dan
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan di tempat kerja. Adapun penjelasan mengenai metode 5S adalah sebagai berikut :
6.2.1 Seiri Pemilahan
Seiri Sort adalah kegiatan pemilahan, penyingkiran dan penyimpanan barang-barang yang diperlukan atau tidak diperlukan untuk kegiatan produksi di
tempat kerja.
Tabel 6.8 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di PT.
Apindowaja Ampuh Persada Program K3 di PT. Apindowaja
Ampuh Persada actual
condition Metode 5S
Seiri Keterangan
Scap berserakan di lantai Membuang barang yang tidak
digunakan lagi Tidak sesuai
Sisa potongan besi bahan baku berserakan
Menyimpan atau menyingkirkan barang yang
tidak digunakan lagi Tidak sesuai
Tabel 6.8 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di PT.
Apindowaja Ampuh Persada Lanjutan Program K3 di PT. Apindowaja
Ampuh Persada actual
Metode 5S Seiri
Keterangan
Universitas Sumatera Utara
condition
Tumpukan barang-barang sisa hasil produksi cacat tidak teratur
Menyimpan atau menyingkirkan barang yang
tidak digunakan lagi Tidak sesuai
Tumpukan barang-barang yang tidak digunakan tidak memiliki
tempat khusus Menyimpan atau
menyingkirkan barang yang tidak digunakan lagi
Tidak sesuai
Usulan perbaikan untuk bagian ini adalah sebagai berikut: Pada lantai lantai produks, barang-barang yang diidentifikasi sebagai barang yang
tidak diperlukan lagi atau tidak diperlukan untuk sementara waktu adalah : a. Mesin-mesin yang sudah tua dan sering rusak.
b. Besi kecil sisa-sisa potongan c. Scrapgram sisa potongan
d. Komponen mesin yang sudah tidak terpakai e. Minyak pelumas mesin yang terdapat di lantai
f. Tumpukan barang-barang sisa hasil produksi cacat Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk barang-barang yang tidak
diperlukan tersebut adalah a. Memisahkan barang tersebut dalam suatu area, kemudian dievaluasi kembali
dengan pertimbangan jika barang ditetapkan tidak diperlukan maka dapat dibuang ke tempat penampungan sampah sementara.
Universitas Sumatera Utara
b. Jika barang ditetapkan akan diperlukan maka dapat disimpan sementara misalnya sisa potongan bahan atau besi dan produk cacat dapat diletakan di
box ata lemari barang dan digunakan kembali pada proses produksi yang memerlukan barang tersebut.
6.2.2 Seiton Penataan