75 strategi pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, seperti
pelaksanaan games dan kuis dalam diskusi kelompok.
D. Tindakan Pembelajaran Siklus II
1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pada siklus II ini RPP dibuat untuk 2 kali pertemuan
, yaitu tanggal 19 dan 26 Mei 2011 dengan 2 kali pertemuan untuk pembahasan materi, diskusi kelompok dengan model pembelajaran
kooperatif tipe kepala bernomor struktur dan memberikan pretest pada pertemuan pertama dan posttest pada pertemuan kedua.
Berdasarkan hasil dari refleksi siklus I, pada siklus II proses pembelajaran harus lebih diarahkan kepada perbaikan yang telah disusun
pada siklus I. Perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa peraturan pembelajaran pada siklus I.
Contohnya, pengarahan kepada setiap siswa untuk tetap percaya diri dalam mencari jawabannya pada saat berlangsungnya diskusi ataupun pada saat
pembelajaran biasa, dan perbaikan pada kualitas mengajar peneliti. Target yang ingin dicapai pada silus II ini adalah meningkatkan hasil
belajar siswa dilihat dari nilai pretest dan posttest yang telah dilakukan di siklus I dan siklus II.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus II ini berlangsung selama 2 kali pertemuan.
Perbaikan-perbaikan pada siklus I mulai diterapkan pada awal pertemuan. Preetest masih dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
3. Analisis Data Tes Objektif preetest dan posttest Observasi dan Wawancara
Pada siklus II ini, berdasarkan preetest dan postest dan juga observasi yang dilakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini
dilihat antara nilai preetest dan posttest siswa. Hasil belajar pada siklus II
76 menunjukkan seluruh siswa memperoleh nilai di atas KKM, khususnya
posttest. Hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II ini
menunjukkan perubahan yang positif, hasil wawancara pada siklus II ini dirangkum sebagai berikut:
a. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini cocok diterapkan pada pelajaran IPS dan dapat diterapkan pada semua
materi pelajaran. b. Keaktifan siswa sangat jauh berbeda dengan pembelajaran sebelum
tindakan yang hanya menggunakan model ceramah. c. Siswa terlihat selalu senang saat belajar IPS. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya saran dari siswa agar model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini terus diterapkan pada
setiap pertemuan, walaupun model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur memerlukan waktu yang cukup banyak untuk
menerapkannya. d. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur sangat
membantu siswa menjadi lebih semangat dalam belajar. e. Seluruh siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terutama pada saat penugasan masing-masing kelompok.
f. Semua siswa berharap belajar dengan metode ini dilaksanakan terus menerus karena siswa lebih mudah menerima pelajaran dan suasana
belajar menjadi lebih menyenangkan. g. Siswa menjadi terbiasa dengan soal-soal yang banyak sehingga mereka
tidak khawatir lagi jika menghadapi ujian karena sudah mendapat latihan sebelumnya.
Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya hasil belajar siswa dalam belajar IPS, maka penelitian ini dihentikan pada siklus
II dan dianggap model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dapat meningkatkan hasils belajar siswa dalam belajar IPS.
77 4. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakuakan setelah melakukan analisis pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis pada observasi dan wawancara ditemukan
beberapa kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada siklus II. 1. Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus II
a. Peneliti belum melakukan motivasi awal secara rutin pada setiap kali pertemuan. Penyebab kekurangan ini adalah peneliti masih
merasa kesulitan dalam Memberikan motivasi kepada siswa sehingga lebih sering langsung menjeaskan materi kepada siswa.
Kekurangan ini hanya terletak pada intensitas pemberian motivasi kepada siswa sehingga perbaikan yang harus dilakukan adalah
dengan memberikan motivasi pada setiap pertemuan. b. Pengaturan waktu yang masih kurang dan bahan diskusi yang
terlalu banyak bagi kelompok, sehingga waktu 2 jam pelajaran merasa tidak cukup. Tapi pertemuan selanjutnya, peneliti sudah
bisa mengatur waktu dengan baik sehingga waktu bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
c. Peneliti masih susah untuk mengatur siswa karena mereka banyak dan sedikit berisik, tapi hal ini bisa diatasi dengan memberikan
tugas individu mereka dalam kelompok. Hal ini masih membuat mereka berisik, tapi keberisikan adalah untuk mendiskusikan tugas
mereka dengan teman yang bernomor sama. d. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kepala bernomor
struktur, tapi lama kelamaan siswa mulai paham dan mengikutinya dengan antusias.
e. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa kadang-kadang sama dengan pertanyaan yang sudah diajukan oleh siswa lain, sehingga peneliti
sering memberikan penjelasan ulang. Penyebabnya adalah siswa bertanya secara individu sehingga
peneliti hanya memberikan jawaban kepada siswa yang bertanya dan tidak menjelaskan jawaban tersebut kepada seluruh siswa.
78 Sehingga siswa yang lain sering menanyakan hal yang sama
kepada peneliti. Hal ini dapat diatasi dengan memeberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan siswa di depan kelas sehingga
seluruh siswa dapat mengetahui pertanyaan dan jawaban yang diberikan peneliti.
2. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus II a. Siswa semakin semangat dalam belajar IPS
Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yang
membuat siswa menjadi semangat. Selain itu, pada setiap pertemuan diberikan soal-soal, gambar dan wacana yang menarik
yang berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengerjakan soal-soal
IPS dibandingkan
dengan mengerjakan soal-soal IPS pada buku paket.
b. Meningkatnya pemahaman siswa dalam pelajaran IPS dan mengurangi sifat sering lupa terhadap materi pelajaran.
Hal ini dipengaruhi oleh perasaan senang siswa dalam belajar IPS sehingga siswa dapat berkonsentrasi dengan baik pada saat belajar
IPS. Dengan adanya konsentrasi yang baik dalam belajar membuat siswa semakin paham dengan materi yang diajarkan. Kebiasaan
siswa yang mudah melupakan materi pelajaran semakin berkurang karena siswa merasa menguasai materi yang diajarkan dan dengan
banyaknya latihan serta adanya diskusi kelompok. Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh data bahwa hasil belajar
IPS siswa meningkat dibandingkan pada siklus I. Begitu juga aktifivitas belajar siswa yang positif dengan model pembelajaran kooperatif tipe
kepala bernomor struktur, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan siswa dalam menguasai materi permintaan dan penawaran
sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan lagi ke tindakan pembelajaran siklus III.
79 Sebagai bahan perbandingan, berikut disajikan tabel perbandingan
hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II:
Tabel 4.8
Perbandingan Hasli Belajar Siswa Siklus I dan II Nilai Rata-rata
Siklus I Siklus II
Pretes Postes
Pretes Postes
52,8 71,2
64,1 81,02
E. Analisis Data