19 membuat terobosan-terobosan baru yang sejalan dengan semangat perubahan ketika
berbenturan dengan kebijakan seorang Kepala Desa.
38
Kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh lemahnya human resources di desa yang populasinya relatif kecil dan sangat terbatas. Sebab itu guna
mendobrak kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar untuk bermitra atau saling bekerja sama dengan aktor-aktor dan lembaga-lembaga
potensial di desa dalam melakukan perubahan sosial menuju ke arah situasi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
39
a. Struktur Pemerintah Desa
Semangat otonomi daerah dan desentralisasi memang berhembus demikian kuat di dalam masyarakat dan juga di lingkungan pemerintahan, khususnya kabupaten
yang menjadi basis dari pelaksanaan otonomi daerah. Kondisi ini setidaknya membawa angin segar serta harapan akan realisasi otonomi desa, meskipun otonomi
desa tidak disebutkan secara jelas di dalam UU No. 22 Tahun 1999 maupun UU No. 32 Tahun 2004.
Di dalam UU No. 22 Tahun 1999, pemerintahan desa masih diposisikan dalam kondisi agar memiliki ketergantungan pada pemerintahan di level kabupaten dan
provinsi. Hal ini mengakibatkan implementasi pasal-pasal tentang desa dalam UU produk reformasi itu demikian bergantung terhadap proses legislatif di tingkat
kabupaten, bahkan mungkin demikian tergantung pada tarik-ulur politik otonomi daerah di tingkat provinsi.
40
38
Peter L. Berger, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan Jakarta: LP3S, 1990.
39
Dwipayana, Loc. Cit.
40
Dwipayana, Op. Cit., hal. 35.
Sementara pada UU No. 32 Tahun 2004, desa tidak lagi dinyatakan berada di daerah kabupaten namun Kepala Desa tetap bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Camat dan BPD.
Universitas Sumatera Utara
20
Bagan 1. Organisasi Pemerintahan Desa menurut UU No. 51979
Bagan 2. Organisasi Pemerintahan Desa menurut UU No. 322004
Di atas disajikan kedua bagan organisasi pemerintahan desa menurut aturan lama UU No. 5 Tahun 1979 dan aturan baru menurut UU No. 32 Tahun 2004.
Perbedaan mendasar antara kedua model bagan tersebut terletak pada lembaga penyeimbang Kepala Desa, sekaligus hubungan antara Kepala Desa dengan lembaga
tersebut. Dalam pola lama, lembaga tersebut adalah Lembaga Musyawarah Desa LMD, dimana Kepala Desa adalah ketuanya.
Sementara dalam pola baru, lembaga dimaksud adalah Badan Permusyawaratan Desa BPD, yang sama sekali tak berkaitan langsung dengan
Kepala Desa, dan berfungsi sebagai lembaga legislatif sekaligus representatif di
Kepala Desa BPD
Sekretaris Desa
Para Kepala Urusan
Para Kepala Dusun
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Para Kepala Urusan
Para Kepala Dusun
LMD
Universitas Sumatera Utara
21 tingkat desa. Dengan demikian, pola baru ini diidealkan paling tidak secara
konseptual lebih demokratis daripada pola lama.
b. Fungsi Pemerintah Desa