BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, desa merupakan awal  bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum negara modern ini terbentuk, kesatuan
sosial sejenis desa atau masyarakat adat telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi sangat penting. Mereka ini merupakan institusi yang otonom
dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar kuat serta relatif mandiri dari campur tangan kekuasaan dari luar.
1
Kehadiran dan campur tangan negara modern ke dalam semua sektor pemerintahan  desa  membawa implikasi pada melemahnya kemandirian dan
kemampuan  pemerintahan  desa.  Kondisi ini sangat jelas terlihat selama masa kekuasaan pemerintahan Orde Baru. Saat itu, berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979,
penguasa melakukan kebijakan sentralisasi, birokratisasi dan uniformitas pemerintahan dan komunitas pada tingkatan desa.
Walaupun demikian, kenyataan sekarang ini di atas kesatuan sosial seperti desa itu kini telah berdiri suatu perangkat kehidupan modern yang kita sebut
“negara”. Pada akhirnya, desa juga tidak luput dari intervensi negara. Hal ini terlihat jelas ketika ditetapkannya  Undang-Undang  No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan kedudukan
Pemerintahan Desa.
2
Negara, yang dalam hal ini dipersonifikasikan sebagai pemerintah pusat, telah menjadi sumber dari semua kekuasaan  dan kebijakan yang ada, termasuk dalam
1
Purwo Santoso ed., Pembaharuan Desa Secara Partisipatif Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 2.
2
Ibid., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
2 pemerintahan desa. Selain itu, kehadiran dominasi negara dalam pemerintahan pada
tingkatan desa juga diwujudkan dengan adanya birokratisasi pada pemerintahan desa. Semua institusi dan individu lokal saat itu pada akhirnya mengalami negaraisasi
sehingga simbol negara menjadi sangat dominan dalam pemerintahan dan komunitas pada tingkatan desa.
3
Pada sisi yang lain, tanpa menghiraukan heterogenitas  masyarakat adat dan pemerintahan asli, undang-undang tersebut juga melakukan penyeragaman
pemerintahan pada level desa secara nasional.  Uniformitas  ini secara sederhana diwujudkan dengan pemberian nama “desa”  kepada semua bentuk pemerintahan  se-
level desa.
4
Seiring dengan berakhirnya rezim Orde Baru yang diikuti dengan reformasi politik dan pergantian pemerintahan di tahun 1998, kemudian  lahirlah Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, antara lain berisi mencabut UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No. 5 Tahun 1979 yang
tidak sesuai dengan jiwa Undang-Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui hak asal usul Daerah yang bersifat istimewa. Secara khusus UU ini juga mengatur tentang
desa pada Bab XI pasal 93.  Selanjutnya UU ini diikuti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan
Tentang Desa
5
Menurut UU No. 22 Tahun 1999, desa  atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan  asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
yang secara khusus mengatur tentang Desa.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 142.
Universitas Sumatera Utara
3 Kabupaten
6
.  Sesuatu yang baru  dengan lahirnya UU ini  adalah dengan dibentuknya Badan Perwakilan Desa BPD  sebagai wujud tata pemerintahan desa yang lebih
demokratis. Secara normatif, BPD dikonsepkan sebagai lembaga perwakilan masyarakat  desa parlemennya desa yang memiliki fungsi mengayomi adat istiadat,
membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.
7
Perubahan ini pada akhirnya juga membawa implikasi  pada kemungkinan munculnya kembali variasi antar daerah dalam model-model pemerintahan di tingkat
desa menjadi sangat besar. Dengan kata lain, undang-undang ini memungkinkan terjadinya beberapa perubahan seperti,  dari pengaturan desa tingkat nasional UU
menjadi pengaturan tingkat kabupatenkota perda, dari uniformitas  menjadi variatif dan dari dominasi birokrasi menjadi institusi masyarakat lokaladat.
8
Pada perkembangan selanjutnya, dikeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun
1999.  Menurut UU No. 32 Tahun 2004, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut  desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
batas  wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat  yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9
6
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60.
7
Jurnal “Pembaharuan Pemerintahan Desa” Yogyakarta:IRE Press, 2003 hal. 20
8
Santoso, Op. Cit., hal. 4.
9
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 125.
Universitas Sumatera Utara
4 Sama seperti sebelumnya, UU ini kemudian diikuti dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa
10
Pemerintahan  Desa  yang ada  di  Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 7
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa.
. Dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah ini, maka PP No. 76 Tahun 2001 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Selanjutnya pengaturan mengenai syarat dan tata cara pemilihan Kepala Desa dan BPD secara rinci untuk setiap Kabupaten  diatur berdasarkan Peraturan Daerah
yang dikeluarkan oleh Bupati selaku Kepala Daerah dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.
11
Pemerintah desa adalah bagian dari birokrasi negara dan sekaligus sebagai pemimpin lokal yang memiliki posisi dan peran yang signifikan dalam membangun
dan mengelola pemerintahan desa. Pemerintah desa mengemban tugas utama  dalam hal menciptakan kehidupan yang demokratis, mendorong pemberdayaan masyarakat
serta memberikan pelayanan publik yang baik. Menurut Perda Kabupaten Deli Serdang No. 7 Tahun
2007, Kepala Desa bertugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan.
Dalam konteks desa, Pemerintah Desa memegang peran yang sangat penting demi terciptanya tata pemerintahan yang baik di desa. Pemerintah Desa sebagai
eksekutif berfungsi menjalankan fungsi pemerintahan, pembangunan dan menciptakan kehidupan kemasyarakatan yang kondusif di desa.
12
Tetapi kondisi ideal belum tercapai sepenuhnya hingga saat ini. Ciri kebijakan sentralistis  pada masa Orde Baru yang menunjukkan  pola hubungan antara
10
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158.
11
Berita Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 Nomor 8.
12
Jurnal “Pembaharuan Pemerintahan Desa” Yogyakarta:IRE Press, 2003 hal. 15
Universitas Sumatera Utara
5 pemerintah pusat  dengan pemerintah  desa  lebih merupakan “intervensi” daripada
“interaksi”  masih terbawa-bawa hingga sekarang. Kepala Desa selaku penguasa tunggal di desa kemudian hanya dijadikan alat oleh pemerintah pusat untuk
menerapkan pola hubungan korporatis-sentralistic.
13
Selain itu, lemahnya konsolidasi internal, responsibilitas dan kompetensi perangkat desa akibat beberapa faktor,  sangat menghambat efektivitas  fungsi
pemerintah desa. Hal ini diperparah dengan minimnya budaya administrasi modern dan kurangnya kemampuan dalam hal mengelola keuangan desa.
Keadaan ini ternyata berdampak meski kini struktur pemerintahan desa telah dirubah. Masih kuat dan dominannya kepemimpinan Kepala Desa akibat kebijakan
sentralistis Orde Baru  ditambah budaya paternalistic  menghambat terciptanya akuntabilitas pemerintahan  desa. Pola hubungan Patron-Client  terkadang mematikan
daya kritis masyarakat desa terhadap Kepala Desa selaku tokoh yang  menjadi panutan.
14
Dengan efektifnya fungsi-fungsi dari Pemerintah Desa, maka pemerintahan di desa akan berjalan dalam sinergi dimana  setiap kebijakan yang diambil berbasis
masyarakat, sehingga masyarakat merasa memiliki dan mau ikut ambil bagian dalam Sehubungan dengan kenyataan di atas, pelaksanaan fungsi Pemerintah Desa
yang efektif mutlak diperlukan. Pemerintah Desa merupakan lembaga yang memiliki peran dan potensi yang cukup besar dalam membangun dan mengelola pemerintahan
di desa. Pemerintah Desa selaku eksekutif di desa, berperan aktif dalam menentukan kebijakan maupun pelaksanaan pembangunan  di desa. Selain itu, Pemerintah Desa
harus mampu membangun kemitraan, baik dengan Badan Permusyawaratan Desa BPD, pihak swasta maupun masyarakat itu sendiri.
13
Ibid.
14
Ibid., 15 et seqq.
Universitas Sumatera Utara
6 pembangunan desa. Setiap elemen di desa menjalankan peran secara proporsional
dalam mengontrol jalannya pemerintahan di  desa. Dan  pada akhirnya akan tercipta tata pemerintahan desa yang baik good local governance.
Untuk menciptakan hal tersebut, maka konsep pembaharuan desa yang diterapkan harusnya bukannya mengarah kepada penyeragaman bentuk dan nama
desa, melainkan lebih mengarah kepada upaya mendekatkan negara kepada masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam urusan lokal yang
pada akhirnya akan mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas dan responsivitas pemerintah lokal. Pembaharuan desa harus mampu memperkuat semua
elemen desa secara seimbang, baik itu pemerintah desa, masyarakat politik, masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi.
Good local governance  merupakan suatu konsep turunan dari konsep good governance  yang diterapkan di level desa, dimana prinsip-prinsip tata pemerintahan
yang baik di level negara diaplikasikan ke tingkatan desa dengan menekankan pada aspek penguatan potensi lokal dan kemandirian. Good local governance merupakan
konsep yang tepat untuk  diterapkan pada pemerintahan  desa demi meningkatkan keefektifan pemerintahan se-level desa.
Dengan melihat  berbagai  permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh  Penerapan Prinsip-Prinsip  Good Local Governance  Terhadap  Efektivitas Fungsi  Pemerintah Desa”.  Penelitian ini
dilaksanakan pada 5  desa di  Kec.  Namorambe  yaitu Desa Delitua, Desa Ujung Labuhan, Desa Batu Penjemuran, Desa Jati Kesuma dan Desa Kuta Tengah.
B. Perumusan Masalah