Fungsi Pemerintah Desa Pemerintah Desa

21 tingkat desa. Dengan demikian, pola baru ini diidealkan paling tidak secara konseptual lebih demokratis daripada pola lama.

b. Fungsi Pemerintah Desa

Menurut Perda Kabupaten Deli Serdang No. 7 Tahun 2007, tugas utama seorang Kepala Desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa diberi serangkaian wewenang dan kewajiban. 41 Dalam kegiatan sehari-hari, secara umum pemerintah desa menjalankan empat fungsi utama. Keempat fungsi itu antara lain: 42 a. Sebagai kepanjangan tangan birokrasi pemerintah dengan memberi pelayanan administratif surat-menyurat kepada warga. Sudah lama birokratisasi surat- menyurat itu mereka anggap sebagai pelayanan publik, meskipun hal itu yang membutuhkan adalah negara, bukan masyarakat. b. Fungsi sosial yang bercampur aduk dengan fungsi pribadi, yaitu beranjangsana dengan warga masyarakat melalui silaturahmi layat, jagong dan sanja. Fungsi sosial ini secara empirik merupakan indikator legitimasi sosial perangkat desa di hadapan warga masyarakat. Anjangsana sosial adalah kearifan lokal yang mempunyai makna simbolik, mendekatkan pamong dan rakyatnya secara personal, membiasakan komunikasi antarpersonal dan sebagainya. Sebagai bentuk kearifan lokal, anjangsana sosial tidak boleh dibunuh. Tetapi problemnya, anjangsana hanya berlangsung dalam area privat. Pemerintah desa, terutama kepala desa tidak melembagakan anjangsana dan komunikasi yang intensif dalam proses pemerintahan dan pengambilan keputusan desa. 41 Baca Perda Deli Serdang No. 7 Tahun 2007 pasal 30 ayat 2 dan pasal 31 ayat 1. 42 “Pembaharuan Pemerintahan Desa”, Op. Cit., hal. 11 et seq. Universitas Sumatera Utara 22 c. Fungsi pembangunan seperti menggerakkan perencanaan dari bawah, merancang proposal yang disampaikan ke pemerintah supra desa, mengalokasikan bantuan kepada masyarakat, serta memobilisasi dana dan tenaga masyarakat melalui gotong royong. Umumnya fungsi pembangunan ini dikerahkan untuk pembangunan sarana fisik desa, bukan pemberdayaan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. d. Mengumpulkan pungutan seperti pajak bumi dan bangunan PBB. Untuk urusan yang satu ini, pemerintah desa sangat giat, sebab pengumpulan PBB yang tinggi dan cepat merupakan “prestasi” di hadapan pemerintah supra desa. Pelaksanaan tugas birokrasi negara inilah yang membuat pamong desa, semisal kepala dusun, tercerabut dari akarnya. Kalau dulu kepala dusun adalah pamong yang melindungi dan mengayomi yang dipercaya oleh rakyatnya, sekarang ia hadir sebagai “musuh” yang mengganggu dan memungut uang warga untuk kepentingan negara. Keempat fungsi ini mempunyai implikasi terhadap legitimasi dan akuntabilitas pemerintah desa. Kepala Desa tidak merasa perlu merawat vitalitas legitimasi dari sisi kinerja, tetapi cukup dengan tampil jujur dan tampil populis dengan anjangsana di berbagai komunitas. Kepala Desa tetap punya citra diri sebagai “orang kuat” omnipotent dan pemurah hati benevolent di hadapan warganya. Warga masyarakat cenderung punya citra diri sebagai obedient, yang menganggap Kepala Desa sebagai panutan, pengayom dan pemimpin. Yang terjadi bukanlah pola hubungan citizenship, melainkan clientelistic. Masyarakat menilai kinerja pemimpinnya dalam kerangka sosial personal, daripada kerangka politik dan teknokratis. 43

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Pemerintah Desa