1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah konstektual, karena berfokus dan bermuara pada hakikat siswa untuk
mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini, siswa merupakan subyek belajar. Proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan transfer of knowledge.
John Dewey Gentry, 1990, seorang filsuf dan reformator pendidikan, serta kritikus sosial yang berpengaruh sampai dengan pertengahan abad 20,
menjelaskan bahwa belajar itu dengan melakukan learning by doing, sehingga berlangsung melalui pengalaman. Sangatlah penting pengalaman di dalam proses
pendidikan. Ungkapan kuno menyatakan bahwa: Tell me and I forget, show me and I remember, involve me and I understand. Jadi, belajar merupakan kegiatan
aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritasnya dalam membangun tanggung jawab pada diri siswa. Namun pada umumnya, pengetahuan yang diterima siswa hanya bersifat sebagai informasi.
Siswa tidak dikondisikan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi tersebut. Akibatnya, pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan
sehari-hari dan cepat terlupakan. Metode ceramah sering dipakai guru tanpa
banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan serta alat yang tersedia.
Pembelajaran fisika di SMAN 2 Ngaglik masih berpusat pada guru, meskipun sudah menerapkan kurikulum 2013. Hal itu peneliti temukan ketika
melakukan observasi di SMAN 2 Ngaglik. Saat pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan materi dan siswa
hanya memperhatikan.
Jadi, keterlibatan
siswa menemukan
sendiri pengetahuannya secara langsung kurang optimal. Seharusnya, siswa diajak aktif
dalam menemukan pengetahuannya dan informasi baru. Kenyataan tersebut perlu menjadi perhatian berbagai pihak yang terkait, salah satunya adalah guru. Guru
memiliki peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dalam pembelajaran
meliputi kemampuan menguasai materi, menyampaikan materi, dan menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi. Salah satu metode yang
kontruktivistik dalam pembelajaran fisika adalah eksperimen. Penelitian yang dilakukan Sartika 2012 menemukan bahwa penerapan
metode eksperimen mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar. Nilai kinerja produk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol,
sedangkan nilai kinerja proses yaitu aspek afektif dan psikomotorik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih tinggi dari nilai aspek kognitifnya. Siswa
masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan matematis. Siswa lebih senang terlibat aktif dalam melakukan kegiatan. Guru dan siswa terlibat aktif
dalam kegiatan eksperimen, diskusi, dan presentasi hasil eksperimen, sedangkan
aktivitas guru dan siswa pada kelas kontrol yang sering teramati yaitu guru dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi materi dan presentasi hasil diskusi.
Menurut Suparno 2007, 77-82, metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas. Dalam pembelajaran
fisika di SMA, guru cenderung menggunakan eksperimen terbimbing dibandingkan dengan eksperimen bebas, karena proses pembelajaran dalam model
eksperimen terbimbing berlangsung terarah dan teratur. Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti kebenaran dari teori yang dipelajarinya. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek keadaan atau proses tertentu.
Berdasarkan uraian latar belakang dan asumsi-asumsi yang ada, peneliti mengadakan penelitia
n tentang “Efektivitas Metode Eksperimen Bebas dan Terbimbing terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 2
Ngaglik dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa. ”
B. Rumusan Masalah