48
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Ngaglik pada tanggal 24 April - 27 Mei 2015. Peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas X MIA 2 sebagai kelas
eksperimen I dan X MIA 4 sebagai kelas eksperimen II. Pada kelas eksperimen I, peneliti menggunakan metode eksperimen bebas, sedangkan kelas eksperimen II
menggunakan eksperimen terbimbing. Jadwal pelajaran Fisika kelas X MIA dilaksanakan satu kali pertemuan 3x45 menit dalam satu minggu. Kegiatan
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4. 1. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No Kelas
Jumlah Waktu
Pelaksanaan Kegiatan
Siswa Siswa
hadir Siswa
tidak hadir
1 X MIA 2
29 27
2 4 Mei 2015
11.00-11.45 -
Perkenalan -
Pre-test 29
28 1
11 Mei 2015 08.30-11.00
- Peneliti menjelaskan materi pembiasan
- Eksperimen bebas lensa cembung
- Latihan soal
29 28
1 18 Mei 2015
09.30-11.45 -
Eksperimen bebas lensa cekung -
Latihan soal -
Post-test
2 X MIA 4
30 30
- 6 Mei 2015
10.00-11.00 -
Perkenalan -
Pre-test 30
30 -
13 Mei 2015 08.30-11.00
- Peneliti menjelaskan materi pembiasan
- Eksperimen terbimbing lensa cembung
- Latihan soal
30 29
1 20 Mei 2015
08.30-11.00 -
Eksperimen terbimbing lensa cekung -
Latihan soal -
Post-test
B. Data dan Analisa Data
1. Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar berupa nilai pre-test dan post-test untuk pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode eksperimen bebas di kelas
eksperimen I X MIA 2 dan metode eksperimen terbimbing di kelas eksperimen II X MIA 4 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Nilai pre-test - post-test kelas eksperimen I dan II
No Eksperimen I
Eksperimen II Pre-Test
Post-Test Pre-Test
Post-Test
1 30.00
73.75 37.50
82.50 2
30.00 85.00
42.50 87.50
3 30.00
81.25 50.00
92.50 4
35.00 77.50
49.38 87.50
5 40.00
85.00 47.50
87.50 6
30.00 78.75
45.00 90.00
7 60.00
72.50 47.50
67.50 8
50.00 77.50
41.88 82.50
9 25.00
80.00 50.00
92.50 10
27.50 82.50
45.00 81.25
11 30.00
75.00 37.50
87.50 12
28.75 72.50
40.00 85.00
13 30.00
80.00 55.00
92.50 14
27.50 70.00
25.00 77.50
15 32.50
80.00 25.00
85.00 16
52.50 80.00
5.00 85.00
17 27.50
75.00 15.00
77.50 18
25.00 77.50
50.00 85.00
19 12.50
80.00 59.38
75.00 20
67.50 75.00
32.50 80.00
21 15.00
85.00 50.00
92.50 22
63.75 85.00
22.50 85.00
23 25.00
75.00 50.00
77.50 24
40.00 85.00
27.50 75.00
25 72.50
85.00 25.00
75.00 26
50.00 72.50
14.38 73.75
27 30.00
76.25 40.00
87.50 28
25.00 82.50
29 12.50
77.50
Rata-rata
36.57 78.75
36.92 83.02
Untuk mengetahui efektivitas metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap prestasi belajar siswa, maka peneliti menggunakan pre-
test dan post-test pada kelas eksperimen I dan II yang dianalisa secara statistik. Adapun statistik yang digunakan untuk menganalisa pre-test dan post-test pada
kelas eksperimen I dan II adalah menggunakan uji t.
a. Uji t independen pre-test kelas eksperimen I dan II
Uji t independen pre-test dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas tersebut memiliki varian yang sama atau tidak. Dengan kata
lain, uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel kelompok eksperimen I eksperimen bebas dengan kelompok eksperimen II
eksperimen terbimbing sama dalam hal prestasi awal tentang materi pembiasan cahaya pada lensa. Perhitungan uji t independen pre-test
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22. Hasil analisa data pre- test dapat dilihat pada Tabel 4.3 seperti berikut:
Tabel 4.3. Perbandingan pre-test kelas eksperimen I dan II
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.3, nilai mean pre-test kelas eksperimen I = 36.57 dan nilai mean
pre-test kelas eksperimen II = 36.92. Oleh karena nilai t = -.087, p = .0931 = .05, maka tidak signifikan. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
hasil pre-test pada kelas eksperimen I dan II. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa untuk kedua kelas adalah sama.
b. Uji t dependen pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I
Untuk menguji apakah metode eksperimen bebas pada materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
maka pre-test dan post-test dianalisa dengan uji t untuk kelompok dependen. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.4, nilai mean pre-test = 36.57 dan nilai mean post-test = 78.61. Oleh
karena nilai t = -13.73, p = .000 = .05, maka signifikan. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan hasil pre-test dan post-test. Dengan kata lain ada peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen bebas.
c. Uji t dependen pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II
Untuk menguji apakah metode eksperimen terbimbing pada materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
maka pre-test dan post-test dianalisa dengan uji test-t untuk kelompok dependen. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat dilihat
pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.5, nilai mean pre-test = 36.81 dan nilai mean post-test = 83.02. Oleh
karena nilai t = -18.54, p = .000 = .05, maka signifikan. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan hasil pre-test dan post-test. Dengan kata lain ada peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen terbimbing.
d. Uji t independen post-test kelas eksperimen I dan II
Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar fisika baik yang menggunakan metode eksperimen bebas maupun
eksperimen terbimbing. Maka, untuk mengetahui metode eksperimen mana yang lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, pengujian mean post-test
dianalisa dengan statistik uji-t dua sampel independen Independent- Samples T test. Hasil output analisa menggunakan SPSS dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perbandingan post-test kelas eksperimen I dan II
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.6, nilai mean post-test kelas eksperimen I = 78.75 dan nilai mean
post-test kelas eksperimen II = 83.02. Oleh karena nilai t = -2.86, p = .006 = .05, maka signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan hasil post-test kelas
eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing.
Oleh karena mean post-test kelas eksperimen I lebih kecil daripada kelas eksperimen II, maka menandakan prestasi belajar menggunakan
metode eksperimen terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas.
2. Keaktifan Siswa
Data keaktifan siswa selama proses belajar mengajar diperoleh melalui rekaman video. Agar memudahkan dalam menganalisa keaktifan siswa,
rekaman video tersebut ditranskrip atau dideskripsikan terlebih dahulu dalam bentuk tulisan. Hasil transkrip video dapat dilihat pada Lampiran 18.
Berdasarkan data rekaman video yang sudah ditranskrip, peneliti mendeskripsikan secara umum bagaimana keaktifan siswa selama proses
pembelajaran sesuai dengan indikator keaktifan pada bab 3. Kemudian deskripsi untuk setiap indikator pada kelas eksperimen I dan II dibandingkan
serta ditarik kesimpulan secara deskriptif. Hasil analisa keaktifan belajar sesuai dengan indikator seperti berikut:
1 Mengungkapkan gagasan
Selama pembelajaran pada kelas eksperimen I, hanya beberapa siswa yang menyampaikan gagasan terkait materi kepada peneliti. Namun yang
terlihat lebih sering adalah ketika siswa menyampaikan gagasan kepada temannya. Misalnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu
ketika siswa ada yang mencoba meletakkan lensa cembung terlalu dekat lilin, kemudian siswa itu mencari bayangannya dengan menggeser layar.
Siswa lainnya langsung memberi tahu jika jarak antara lensa cembung dan lilin terlalu dekat maka tidak bisa atau tidak ada hasil bayangannya. Begitu
pula pada Gambar 4.2 yang menunjukkan salah satu siswa yang memberikan pendapat kepada temannya tentang hasil bayangan yang
terbentuk bisa sedemikian karena permukaan lensa yang cekung. Pada kelas eksperimen II, siswa menyampaikan gagasan ketika ada
perbedaan hasil yang siswa dapatkan dengan siswa lain. Sebagai contoh ketika ada kelompok siswa yang menyampaikan hasil percobaan tentang
sifat bayangan yang terbentuk, ternyata ada kelompok lain yang mendapatkan sifat bayangan yang berbeda. Beberapa dari mereka juga
menyampaikan pendapat ketika peneliti memberikan suatu contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari terkait materi pembiasan.
Gambar 4.1. Siswa yang memberikan gagasan kepada teman sekelompok.
Gambar 4.2. Siswa yang memberi tahu pendapatnya kepada teman kelompok.
Berdasarkan deskripsi di atas, siswa pada kelas eksperimen I dan II terkadang mengungkapkan gagasannya kepada peneliti. Meskipun
sebenarnya ketika di dalam kelompok, siswa berdiskusi dan saling menyampaikan pendapatnya. Bahkan ketika peneliti berada di kelompok,
sebagian siswa juga menyampaikan gagasannya kepada peneliti. Hal ini karena yang tertangkap dan terdengar pada rekaman video hanyalah
beberapa momen saat siswa berdiskusi dengan siswa lain. Terutama kelompok siswa yang paling dekat dengan posisi handycam. Oleh karena
itu, siswa di bagian yang jauh terhadap handycam, terlihat sedang melakukan diskusi, namun apa yang mereka diskusikan tidak terdengar
pada rekaman video. 2
Menyampaikan hasil percobaan Setelah selesai percobaan, peneliti menyuruh siswa menyampaikan
hasil percobaan. Pada kelas eksperimen I, hasil percobaan berbeda-beda karena data yang diambil memang berbeda. Peneliti mempersilahkan
perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya. Akhirnya ada salah satu siswa yang mau untuk menyampaikan hasil percobaan di
depan kelas seperti pada Gambar 4.3. Begitu pula pada kelas eksperimen II. Peneliti mempersilahkan kepada siswa untuk menyampaikan hasil
percobaannya. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa beberapa siswa di kelas eksperimen
II mengangkat
tangan untuk
menyampaikan hasil
percobaannya. Pada kelas eksperimen II, semua kelompok memperoleh hasil yang sama karena sesuai dengan prosedur LKS.
Dari penjelasan tersebut, siswa kelas eksperimen II lebih terlihat antusias. Sebagian siswa sampai berebutan untuk menyampaikan hasil
percobaan. Pada kelas eksperimen, hanya beberapa siswa saja yang mau mempresentasikan hasil percobaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa
yang menyampaikan hasil percobaan pada kelas eksperimen II lebih aktif dibandingkan dengan kelas eksperimen I.
3 Melakukan percobaan
Pada kelas eksperimen I dan II, semua siswa berpartisipasi saat melakukan percobaan. Hal yang terlihat jelas selama eksperimen adalah
siswa kelas eksperimen I terlihat bingung ketika melakukan percobaan. Hal tersebut karena siswa harus mencari sendiri prosedur percobaan.
Kebanyakan dari mereka menggunakan buku paket serta modul yang telah mereka miliki dari guru Fisika. Mereka harus memahami sendiri prosedur
yang telah mereka dapatkan dari sumbernya. Kemudian mempraktikkan
Gambar 4.4. Antusiasme siswa untuk menyampaikan hasil percobaan.
Gambar 4.3. Siswa yang mempresentasikan dan menjelaskan hasil percobaan.
percobaan tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5, siswa masih mencoba-coba memposisikan alat untuk mendapatkan bayangan
yang jelas. Selama percobaan, setiap kelompok siswa membagi tugasnya. Ada siswa yang memposisikan alat-alat percobaan, menggeser-geser lensa,
membaca skala yang ditunjuk pada penggaris serta ada yang mencatat data.
Pada kelas eksperimen II, siswa langsung dapat mempraktikkan percobaanya karena sudah ada prosedur pada LKSnya. Awalnya sebagian
siswa mengambil alat percobaan di depan kelas. Setelah mendapatkan alat percobaan, sebagian siswa dari setiap kelompok membaca prosedur di
LKS dan langsung memposisikan alat sesuai dengan prosedur. Pada Gambar 4.6 memperlihatkan kelompok siswa yang menempatkan alat dan
mengukur jarak benda sesuai dengan prosedur di LKS. Siswa pada kelas ini juga membagi tugasnya ketika percobaan. Ada siswa yang
memposisikan alat-alat percobaan, menggeser-geser lensa, membaca skala yang ditunjuk pada penggaris serta ada yang mencatat data.
Gambar 4.6. Kelompok siswa yang sedang mengukur jarak lilin dan lensa secara bersama-sama.
Gambar 4.5. Siswa yang mencoba-coba melakukan eksperimen untuk mencari bayangan paling fokus.
Dari penjelasan tersebut, terlihat jika siswa pada kedua kelas tidak terlalu berbeda saat melakukan percobaan. Mereka sama-sama membagi
tugas untuk kepada setiap anggota kelompok. Perbedaan terjadi karena memang kelas eksperimen I lebih diberi kebebasan dalam melakukan
percobaan dibandingkan dengan kelas eksperimen II. Sebagian besar siswa terlibat aktif dalam melaksanakan percobaan.
4 Mengerjakan latihan soal
Selama peneliti memberikan latihan soal, sebagian siswa langsung mencoba untuk menyelesaikan persoalan, baik siswa kelas eksperimen I
dan II. Beberapa dari mereka mengerjakan secara bersama teman satu kelompoknya dan ada juga yang mengerjakan sendiri. Meskipun demikian,
ada juga beberapa siswa yang tidak mengerjakan soal latihan. Hal ini peneliti dapati ketika mengecek pekerjaan siswa. Jumlah siswa yang
mengerjakan soal di papan tulis pada masing-masing kelas adalah tiga siswa. Dari kelas eksperimen I, ada beberapa siswa yang menawarkan diri
untuk mengerjakan dan akhirnya maju mengerjakan di papan tulis seperti pada Gambar 4.7. Sama halnya dengan siswa kelas eksperimen II yang
mengangkat tangan supaya dipilih peneliti mengerjakan latihan soal di depan kelas. Kemudian dua siswapun mengerjakan soal di papan tulis
yang ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Berdasarkan gambaran di atas, siswa pada kelas eksperimen I dan II tidak berbeda dalam hal mengerjakan latihan soal. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah siswa yang mengerjakan soalpun hampir sama dan yang mengerjakan soal latihan di depan kelaspun sama.
5 Mengajukan Pertanyaan
Pada kelas eksperimen I, siswa sering menanyakan atau mengkonfirmasi kepada peneliti tentang prosedur atau hasil percobaan
yang mereka dapatkan sudah benar apa belum. Namun juga banyak dari siswa tersebut yang bertanya karena tidak tahu apa yang harus mereka
lakukan selanjutnya. Sebagian siswa bahkan sering berjalan mendatangi peneliti untuk bertanya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.9. Mereka
juga sering melihat kelompok lain saat ada yang mereka tidak tahu. Pada kelas eksperimen II, siswa jarang bertanya kepada peneliti.
Hanya beberapa siswa saja yang terkadang bertanya menghampiri peneliti. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 dimana siswa yang
mengangkat tangan sedang memanggil peneliti dan bertanya tentang hasil percobaan yang telah siswa tersebut lakukan.
Gambar 4.8. Siswa kelas eksperimen I yang sedang menyelesaikan soal di depan kelas.
Gambar 4.7. Siswa kelas eksperimen II yang sedang mengerjakan soal di depan kelas.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen I lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada peneliti
maupun siswa lainnya daripada siswa di kelas eksperimen II.
6 Menjawab pertanyaan
Sebelum percobaan dan setelah percobaan peneliti selalu memberikan pertanyaan kepada siswa kelas eksperimen I dan II. Pada
Gambar 4.11 terlihat kondisi siswa kelas eksperimen II yang berebutan menjawab pertanyaan peneliti. Pada Gambar 4.12 ditunjukkan bagaimana
siswa kelas eksperimen I mendengarkan pertanyaan peneliti tapi tidak berusaha menjawab. Namun jika ada salah satu siswa menjawab, siswa
lainpun juga mulai ikutan menjawab. Selama percobaan pun terkadang peneliti bertanya kepada setiap kelompok dan sebagian dari anggota
kelompok menjawab pertanyaan dari peneliti.
Gambar 4.10. Siswa yang sedang bertanya kepada peneliti.
Gambar 4.9. Siswa yang sedang memanggil peneliti untuk bertanya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen II lebih aktif dalam menjawab pertanyaan daripada siswa di
kelas eksperimen I.
Berdasarkan analisa data keaktifan di atas, dibuat tabel perbandingan keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II seperti pada Tabel 4.7. Secara umum
keaktifan siswa antara kelas eksperimen I dan II selama proses pembelajaran tidak terlalu berbeda karena selama proses pembelajaran kedua kelas sama-
sama menggunakan metode eksperimen. Keaktifan siswa yang sama pada kedua kelas sesuai dengan indikator adalah mengungkapkan gagasan dan
latihan soal. Dalam hal menyampaikan hasil percobaan dan menjawab pertanyaan, siswa kelas eksperimen II terlihat lebih antusias dan aktif
dibandingkan dengan kelas eksperimen I. Kemudian bahwa siswa kelas eksperimen I memang lebih aktif dalam hal mengajukan pertanyaan dan
melakukan percobaan dibandingkan kelas eksperimen II.
Gambar 4.11. Suasana kelas eksperimen I ketika siswa sedang ditanya oleh peneliti.
Gambar 4.12. Antusiasme siswa yang mau menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen II.
Tabel 4. 7. Perbandingan keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II.
No Indikator
Kelas Eksperimen I
Eksperimen II
1 Mengungkapkan gagasan
Cukup aktif Cukup aktif
2 Menyampaikan hasil percobaan
Cukup aktif Aktif
3 Melakukan percobaan
Aktif Cukup aktif
4 Mengerjakan latihan soal
Cukup aktif Cukup aktif
5 Mengajukan pertanyaan
Aktif Cukup aktif
6 Menjawab pertanyaan
Cukup aktif Aktif
Perbedaan itu salah satunya adalah karena jenis metode eksperimen yang berbeda. Kelas eksperimen I lebih diberi kebebasan dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan kelas eksperimen II lebih mengacu pada LKS. Jadi, meskipun secara psikomotorik siswa kelas eksperimen I lebih terlibat aktif
dalam percobaan, namun keterlibatan siswa tidak dikonstruksikan dengan baik. Artinya hanya fisik siswa yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif,
sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara maksimal. Berdasarkan analisa data tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan metode eksperimen
terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas.
3. Kaitan Keaktifan dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil analisa keaktifan dan prestasi belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang lebih aktif dalam melakukan percobaan dan
bertanya kelas eksperimen I memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
dengan siswa pada kelas eksperimen II. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rozaq 2009, dimana nilai rata-rata prestasi belajar fisika post-test
kelas eksperimen konstruktivis lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen terbimbing. Padahal, jika dilihat dari teori konstruktivisme, metode
eksperimen bebas tentu saja lebih konstruktivis dibandingkan dengan metode eksperimen terbimbing, karena siswa dapat lebih aktif dalam menemukan
pengetahuannya sendiri. Meskipun siswa kelas eksperimen bebas lebih aktif dari kelas eksperimen
terbimbing saat
melakukan percobaan,
keterlibatan mereka
tidak dikonstruksikan dengan baik. Jadi, prestasi belajar siswa tersebut tidak
maksimal. Beberapa alasan yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah 1
Siswa pada kelas eksperimen bebas kebingungan ketika memahami dan melakukan percobaan. Siswa pada kelas eksperimen terbimbing mendapat
LKS, sehingga lebih terstruktur selama proses pembelajaran. 2
Siswa kelas eksperimen bebas lebih mementingkan hasil akhir dibandingkan dengan proses. Jadi, siswa sekedar melakukan percobaan
saja tanpa disertai dengan pemahaman pengetahuan pada dirinya. Seharusnya keterlibatan siswa di dalam belajar tidak diartikan keterlibatan
fisik semata.
Namun keterlibatan
kognitif dalam
memperoleh pengetahuan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas X MIA SMAN 2 Ngaglik dari pada menggunakan metode eksperimen bebas.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan treatment yang berbeda dengan
yang guru gunakan selama pembelajaran. Artinya, siswa tidak terbiasa dengan treatment yang diberikan peneliti. Siswapun terkadang bingung dan
peneliti harus menjelaskan, sehingga waktu pelajaran tidak dapat digunakan secara maksimal. Oleh karena itu, perlu diberikan latihan treatment terlebih
dahulu sebelum mengambil data penelitian, agar siswa terbiasa dengan
treatment yang digunakan.
2. Evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar siswa saat
pre-test dan post-test adalah tes tertulis. Namun bentuk tes tertulis ini hanya mengukur kemampuan kognitif siswa saja. Evaluasi yang digunakan dalam
instrumen ini kurang lengkap, karena kedua kelas menggunakan metode eksperimen yang lebih menekankan keterampilan dalam melakukan
percobaan.
3. Saat mengamati keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II, peneliti
menggunakan handycam
untuk merekam
aktivitas siswa
selama pembelajaran. Namun penggunaan handycam ini membatasi ruang observasi
pada siswa. Artinya, hanya yang terekam pada video recorder saja yang dapat dianalisa. Misalnya, kelompok siswa yang berada paling jauh pada posisi
handycam, terkadang tertutupi oleh kelompok siswa yang berada di depannya, sehingga apa yang sedang dilakukan siswa tidak diketahui. Begitu
juga saat siswa saling berbicara satu sama lain. Suara siswa pada hasil rekaman video pun kurang jelas. Jadi, apa yang didiskusikan siswa dalam
kelompok sulit dimengerti.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing tidak
berbeda. 2.
Prestasi belajar siswa pada kelas yang menggunakan metode eksperimen terbimbing lebih baik daripada metode eksperimen bebas.
3. Penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan
keaktifan siswa kelas X MIA SMA N 2 Ngaglik daripada metode eksperimen bebas.
4. Penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X MIA SMA N 2 Ngaglik daripada metode eksperimen bebas.
B. Saran
1. Perlu diberikan treatment pendahuluan sebelum mengambil data penelitian,
agar siswa terbiasa dan tidak kebingungan dengan treatment yang digunakan.
2. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa tidak hanya
berupa tes tertulis, namun juga tes keterampilan siswa dalam melakukan
percobaan.
3. Dalam penggunaan video recorder perlu diperhatikan luas area observasi,
posisi, kapasitas video, dan jumlah video recorder yang diperlukan. Bahkan
jika perlu menggunakan audio recorder sebagai pelengkap.