29
pengelolaan proses pembelajaran serta hal-hal nyata yang dirasakan oleh guru. 3 Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas
terletak pada guru. 4 Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sedang berjalan. Jadi, penelitian
tindakan kelas memiliki karakteristik bermula dari masalah praktis tentang keprihatinan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas, yang
bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Peningkatan proses pembelajaran di kelas dapat memberikan hasil belajar siswa yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.5.3. Prinsip Dasar PTK
Menurut Kunandar 2011: 67 ada beberapa prinsip dalam Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya adalah Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan. Permasalahan
dalam PTK dimulai dari masalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas, dan tajam. Sedangkan masalah yang dikaji adalah masalah yang
benar-benar ada dan dihadapi oleh guru. Selain itu, dalam pengumpulan data atau informasi dalam penelitian, tidak boleh terlalu banyak menyita
waktu dan terlalu rumit karena dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.
2.6. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang ditulis oleh Purbatin 2010 dengan judul Efektifitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode
Inquiri Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan Dalam Hal
30
Pencapaian Hasil Belajar , bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui metode inquiry terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan
di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta, dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V yang terdiri dari 30 siswa.
Penelitian ini berisi tentang masalah pembelajaran yang terjadi masih dalam satu arah. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara
langsung, sedangkan siswa mendengarkan materi yang sedang diajarkan. Proses pembelajaran yang secara langsung memberikan materi pelajaran
kepada siswa mengakibatkan rendahnya prestasi belajar IPA dalam materi sifat-sifat cahaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Inquiry terbimbing. Metode Inquiry terbimbing menurut Sarosa Purwadi
merupakan suatu prosedur mengajar yang ditekankan dalam studi individual, memanipulasi objek, dan melakukan eksperimen oleh siswa
sendiri sebelum diambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran mata pelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya
menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM yang
ditetapkan sekolah yaitu 75 mencapai 27 siswa 90 sedangkan sebelumnya hanya 14 siswa 46.
Penelitian yang ditulis oleh Widyaningsih 2010 berisi tentang permasalahan pembelajaran yang ada di sekolah dasar yang lebih banyak
menyampaikan materi ajar secara langsung dalam proses pembelajaran di
31
kelas. Materi yang disampaikan secara langsung kepada siswa mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kurang
terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilaksanakan di SD Kanisius
Kintelan I menggunakan metode inkuiri terbimbing. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan yang terdiri dari 32 siswa
dengan KKM mata pelajaran IPA adalah 62. Penelitian ini dilaksanakan pada materi pembentukan tanah karena pelapukan batuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pretes sebanyak 75 atau 24 siswa tidak mencapai KKM. Hasil postes setelah dilakukan
pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing sebanyak 84,37 atau 27 siswa tuntas KKM. Hasil dari pretes dan postes menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan sebesar 59,37 atau 19 siswa dari 32 siswa dapat mencapai KKM. Peningkatan ketuntasan siswa dalam mencapai KKM
menunjukkan bahwa pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang ditulis oleh Zubaidah 2008 berisi tentang penerapan metode inkuiri dan Reciprocal Teaching untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa kelas V MI Wahid Hasyim III Malang. Penelitian yang ditilis oleh Zubaidah dilatar belakangi oleh permasalahan
dalam pembelajaran sains atau IPA di kelas V MI Wahid Hasyim III. Permasalahan dalam pembelajaran sains atai IPA yaitu 1 pembelajaran
IPA yang dilakukan selama ini masih cenderung bersifat content based, 2 dalam kegiatan pembelajaran guru masih sering menggunakan ceramah,
32
sehingga siswa datang dengan kesiapan untuk menerima materi dari guru 3 jarang melakukan kerja praktikum atau demonstrasi karena keterbatasan
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, 4 aktivitas belajar rendah yang ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam mencari pengetahuan
sendiri, siswa hanya menunggu pemberian materi oleh guru, 5 diperkirakan kemampuan berpikir siswa masih rendah, dengan salah satu
indikatornya adalah jarang mengajukan pertanyaan kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru.
Masalah yang ditemukan di kelas V MI Wahid Hasyim dapat diidentifikasi menjadi beberapa masalah yaitu rendahnya keterlibatan
siswa dalam mencari pengetahuan sendiri, pembelajaran belum berdasarkan filosofi konstruktivisme. Masalah ini berdampak pada
rendahnya kemampuan berpikir siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
metode inkuiri yang dipadukan dengan metode reciprocal teaching. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi 1 skor tes
dengan bentuk soal esai pada setiap akhir siklus, 2 skor aktivitas bertanya dan memberi jawaban selama pelaksanaan pembelajaran, dan 3
catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
atau mengemukakan pendapat diidentifikasi selama proses pembelajaran berlangsung dan diperoleh secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dipadu dengan reciprocal teaching
meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas V MI
33
Wahid Hasyim III Malang, dengan kenaikan skor skor dari siklus I ke siklus II sebesar 8,93. Selain itu penerapan metode inkuiri juga dapat
mengurangi dominasi guru dalam proses pembelajaran, dimana guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas.
Sedangkan aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan dan jawaban selama proses pembelajaran juga mengalami perubahan dari siklus I ke
siklus II. Untuk kategori pertanyaan nomor 5, pada siklus I 0 menjadi 14,3 pada siklus II sedangkan untuk kategori pertanyaan nomr 6 pada
siklus I 2,4 menjadi 14,3
2.7. DesainPenelitian yang Relevan