Motivasi belajar Prestasi belajar

66 Karena r hitung r tabel 0,7136010,343 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan nilai koefisien korelasi antara motivasi belajar dan prestasi belajar . Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil maka dapat berpedoman pada tabel interprestasi terhadap koefisien korelasi Sugiyono 2010: 231, dari tabel ini tingkat hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar sangat kuat.

B. Pembahasan

Kondisi awal penelitian diperoleh melalui wawancara guru mata pelajaran dan observasi langsung ke sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung tersebut diketahui bahwa peserta didik kelas X TPA mempunyai permasalahan siswa yang kurang aktif, kurang fokus dan kurang perhatian dalam pembelajaran dikelas, perhatian siswa masih terpecah dengan hal lain seperti bercanda dengan teman, bermain Handphone sehingga kurangnya perhatian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Sehingga peneliti melakukan pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran tipe STAD.

1. Motivasi belajar

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan skor setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran STAD, pada siklus I jumlah total skor motivasi sebesar 3519 dengan 67 rata-rata 109,97 sedangkan pada siklus II jumlah skor motivasi sebesar 4002 denga rata-rata 125,05. Dari data motivasi yang diperoleh peneliti menyimpulkan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan metode STAD. Untuk mengetahui peningkatan motivasi itu signifikan atau tidak maka dilakukan uji t. Dari uji t yang dilakukan menunjukan hasil sebesar 0,00585 dengan dk 62 dan taraf kesalahan 5. Nilai kritis dalam t tabel yaitu sekitar dk 60 dan dk 120. Nilai kritis dengan taraf kesalahan 5 dan dk 60 sebesar 1,671, sedangkan nilai kritis t dengan dk 120 pada taraf kesalahan 5 adalah 1,66. Karena dk 62 tidak ditemukan dalam tabel nilai-nilai dalam distribusi t maka dilakukan perhitungan interpolasi. Hasil interpolasi yang merupakan nilai kritis untuk dk 62 pada taraf kesalahan 5 sebesar 1,65. Keputusan pengujian ditentukan dengan kriteria jika t tabel ≤ t hitung maka terdapat perbedaan motivasi belajar yang signifikan pada siklus I dan siklus II menggunakan metode STAD. Berdasarkan perhitungan diatas ternyata nilai t hitung t tabel 0,005851,654. Dengan demikian peningkatan motivasi belajar siswa siklus I ke siklus II menggunakan metode pembelajaran STAD tidak signifikan, hal ini disebabkan karena ada beberapa siswa yang mengganggap angket itu tidak penting dan mengisinya sembarangan. 68

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar siswa didapat dari tes disetiap akhir siklus, jadi setiap siklus ada 1 nilai yang diperoleh. Setelah mendapatkan nilai siklus I dan siklus II diketahui bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II yang tadinya rata-rata siklus I 5,98 meningkat menjadi 7,4 di siklus II. Untuk mengetahui apakah peningkatan prestasi belajar itu signifikan atau tidak peniliti juga melakukan uji t untuk prestasi belajar siswa. Dari hasil uji t dihasilkan 1,151 dengan dk 62. Untuk mengetahui peningkatan motivasi itu signifikan atau tidak maka dilakukan uji t. Dari uji t yang dilakukan menunjukan hasil sebesar 1,151 dengan dk 62 dan taraf kesalahan 5. Nilai kritis dalam t tabel yaitu sekitar dk 60 dan dk 120. Nilai kritis dengan taraf kesalahan 5 dan dk 60 sebesar 1,67, sedangkan nilai kritis t dengan dk 120 pada taraf kesalahan 5 adalah 1,66. Karena dk 62 tidak ditemukan dalam tabel nilai-nilai dalam distribusi t maka dilakukan perhitungan interpolasi. Hasil interpolasi yang merupakan nilai kritis untuk dk 62 pada taraf kesalahan 5 sebesar 1,15 Keputusan pengujian ditentukan dengan kriteria jika t tabel ≤ t hitung maka terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan pada siklus I dan siklus II menggunakan metode STAD. Berdasarkan perhitungan diatas ternyata nilai t hitung t tabel 1,1511,654. Dengan demikian 69 peningkatan prestasi belajar siswa siklus I ke siklus II menggunakan metode pembelajaran STAD tidak signifikan.

3. Korelasi antara motivasi dengan prestasi belajar

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENERAPKAN DASAR �.

0 1 23

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) guna meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 302

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem.

1 1 237

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 0 300

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 1 239