21
3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar
Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini efisiensi pengalaman langsung pada pada anak tergantung pada konsistensi
antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Piaget Usman Samatowa, 2010: 5 Mengatakan bahwa
pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil sejak lahir sampai berumur 12 tahun.
Jadi berdasarkan strategi langsung ini anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur
kognitif skemata yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.
D. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik, 2001: 159
menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan
tingkah laku siswa. Lalu Menurut Nasution, 2006: 36 hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru. Tes yang diberikan pun sebagai hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, 2002: 36 hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
22 Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Kognitif siswa kelas V sudah mulai terasah dan menerima pembelajaran yang diberikan. Nemun, masih kurang efektif dan diterima secara konsisten
oleh siswa. Kemudian sikap siswa tidak menentu dalam menerima setiap materi pembelajaran yang diberikan guru, berkelanjutan dengan keterampilan
yang ditunjukkan siswa sudah mulai tampak dan berekspresi dengan berkomunikasi terhadap guru dan teman sebayanya. Teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan, 2009: 1-2 adalah
sebagai berikut : 1.
Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2.
Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
23 3.
Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular menghubungkan, mengamati. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun
hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara Nawawi dalam K. Brahim Ahmad Santoso, 2013: 5
mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang baik. Hasil belajar dinilai melalui tes. Baik tes uraian maupun tes objektif.
Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan, dan tindakan atau perbuatan.
24 Sedangkan Menurut Horward Kingsley bahwa: Tiga macam hasil belajar
yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi bahan yang telah
ditetapkan oleh dalam kurikulum. Dari evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik
apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini yaitu:
1. Prinsip Keseluruhan
Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan
secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah,
tetapi mencakup
berbagai aspek
yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam
hubungan ini,
evaluasi diharapkan
tidak hanya
menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata
pelajaran IPA, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah
sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya.
25 Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh
bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran
evaluasi. 2.
Prinsip Kesinambungan Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang
berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara
berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau
perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan
yang mereka tempuh. 3.
Prinsip Objektivitas Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil
belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah
apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau
sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung
pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri
tester
. Di
26 sini
tester
harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan- kemungkinan
“hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih
jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya
menghasilkan nilai-nilai yang objektif. Dengan kata lain,
tester
harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap
masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
E. Penelitian Yang Relevan