PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE

CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE

CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii


(5)

(6)

v MOTTO

“Sesuatu yang positif yang sudah diakui, jangan takut untuk mencobanya. Sama halnya seperti alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk keperluan hidup hamba-hambanya. (Indra Pratama).

“Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih”. (Lao Tse).


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Ibu dan Bapak, terima kasih atas do’a, kasih sayang, dukungan, dorongan dan perhatian yang penuh cinta selama ini diberikan.

2. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan segenap dukungan, perhatian dan kepedulian.

3. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan semangat dan perhatian.

4. Pemerintah Daerah Aceh Singkil yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan untuk putra daerah.

5. Almamater S1 PGSD Universitas Negeri Yogyakarta. 6. Nusa Bangsa dan Agama.


(8)

vii

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IPA DENGAN TIPE CLIS

(CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK WETAN SEWON BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh Indra Pratama NIM 12108249047

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif Model Pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan yang berjumlah 49 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes. Teknik analisis data terdiri atas 3 tahap, tahap deskripsi data, tahap uji prasyaratan analisis (uji homogenitas), dan tahap pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan mean yang diperoleh kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu mean yang diperoleh kelompok eksperimen dari 59,4 menjadi 60,2, dan rata-rata pre post kelompok kontrol 56,00 menjadi 58,4. Perbedaan mean kedua kelompok tersebut kemudian di uji dengan menggunakan uji-t, hasil pengujian dengan uji t pre test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar 0,659 dan sig 0,517. Nilai sig menyatakan < 0,01, dan hasil pengujian dengan uji t post test kelompok eksperimen dan kontrol telah diperoleh nilai t hitung sebesar nilai t sebesar -1,729 dan sig 0,097 nilai sig menyatakan > 0, 01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam peneliti sampaikan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS

(Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V

Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan pujian dan lancar alhamdulillah..

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak internal maupun eksternal akademik. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mempelancar proses penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi. 4. Direktorat jendral pendidikan tinggi yang bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan Aceh Singkil, yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di tanah pendidikan ini.

5. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab memotivasi peneliti selama penyusunan skripsi.


(10)

(11)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6


(12)

xi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2. Model Pembelajaran IPA ... 9

3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 11

4. Komponen Utama CLIS ... 11

5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS ... 14

6. Keunggulan dan Keterbatasannya ... 16

B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 16

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 18

1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA ... 18

2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar ... 19

3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar ... 21

D. Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 21

E. Penelitian Yang Relevan ... 26

F. Kerangka Pikir ... 28

G. Hipotesis ... 31

H. Definisi Operasional Variabel ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32


(13)

xii

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41

H. Uji Coba Instrumen ... 43

I. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran CLIS ... 48

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional ... 49

3. Deskripsi Instrumen Penelitian ... 50

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen ... 54

1. Deskripsi Pelaksanaan Pre Test Siswa Kelas Eksperimen... 54

2. Deskripsi Pelaksanaan Post Test Siswa Kelas Eksperimen ... 56

3. Deskripsi Hasil Penelitian Kelas Kontrol ... 60

a. Deskripsi Data Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 60

b. Deskripsi Data Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 61

C. Uji Hipotesis ... 64

1. Uji Prasyarat ... 64

a. Uji Homogenitas Varians ... 64


(14)

xiii

c. Uji Hipotesis ... 67

1) Uji t Pre Test Eksperimen dan Kontrol ... 67

2) Uji t Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS ... 14

Tabel 2. Daftar Keseluruhan kelas V SDN Krapyak Wetan ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru ... 37

Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa ... 37

Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa ... 39

Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom ... 40

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 44

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas ... 46

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test ... 47

Tabel 11. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 47

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Eksperimen... 58

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol... 60

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 63

Tabel 16. Uji homogenitas varians data hasil belajar ... 65

Tabel 17. Uji normalitas data hasil belajar... 66

Tabel 18. Uji t pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 68


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar ... 30

Gambar 2. Diagram batang hasil belajar pre test kelas eksperimen ... 55

Gambar 3. Diagram batang hasil belajar post test kelas eksperimen ... 59

Gambar 4. Diagram batang hasil belajar pre test kelas kontrol ... 61


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran ... 80

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 95

Lampiran 3 Dokumentasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 121

Lampiran 4 Hasil Penelitian ... 127

Lampiran 5 Skor Pre Post Hasil Test ... 144

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 154

Lampiran 7 Frequensi dan Uji T KE dan KK ... 159


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konteks Kurikulum adalah salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, di dalam sistem pendidikan kurikulum berfungsi sebagai pedoman utama yang memberikan arah dan tujuan bagi pendidikan. Disamping itu, kurikulum juga berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya, maka proses pengembangannya juga harus memerhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik.

Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, 1990: 10).

Kurikulum sekolah menciptakan pengalaman dan kegiatan siswa didalam pembelajaran, maka untuk memahaminya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, dan memperhatikan bagaimana proses pembelajaran peserta didik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Peserta didik adalah sasaran utama di dalam pembelajaran, pembelajaran yang dimaksud yaitu pembelajaran yang melibatkan antara guru dengan siswa atau siswa dengan guru. Pembelajaran ini berperan sebagai timbal balik berantai yang akan mensukseskan pendidikan. Guru tidak hanya sebagai pemateri didalam pembelajaran, guru harus bisa berperan sebagai motivator, organisator dan fasilitator bagi siswa. Untuk mewujudkan suatu pembelajaran


(19)

2

yang efektif, Dapat dilihat dari usaha guru yang berperan aktif dan tanggap dalam mengelola pembelajaran.

Dalam perkembangan yang membantu keberhasilan pendidikan terlaksana di dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, yang akan diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi pula interaksi antara kondisi-kondisi internal dan eksternal.

Model pembelajaran berperan penting untuk keberhasilan pembelajaran, Model pembelajaran tidak selalu tepat pada semua mata pelajaran. Mata pelajaran yang di pilih pun harus sesuai dengan model pembelajaran yang di ambil, tidak boleh sembarang mencocokkan antara model dengan mata pelajaran tanpa memperhatikan kesahihannya.

Media merupakan daya tarik perhatian peserta didik, yang digunakan untuk media harus menarik perhatian siswa agar tidak sibuk sendiri. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat menarik minat siswa untuk belajar.

Sains ( Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar khususnya di Kelas V. James Conant, (1997: 14) mendefinisikan sains sebagai Suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksprerimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.


(20)

3

Pendidikan IPA di SD hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.

Persoalan pembelajaran IPA di SD pada khususnya tertindihnya pola pikir anak terhadap konsepsi, konsep yang diajarkan guru tidak cukup hanya diberikan begitu saja. Perubahan konsep perlu diberikan kesempatan kepada anak untuk membangkitkan penjelasan ilmiah dengan cara anak didorong untuk mengembangkan cara berfikir logis agar alasan yang dikeluarkan bersifat hakiki dan praktis.

Model Children’s Learning In Science (CLIS) tentunya sesuatu yang diajarkan itu akan berdampak pada sasaran. Apabila Model CLIS diterapkan, pengaruh yang diperoleh dari pembelajaran tersebut adalah hasil belajar yang meningkat. Pemberian materi sifat-sifat cahaya akan memberikan pengetahuan kepada siswa, begitu juga dengan pembelajaran yang memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa. Namun, masalahnya dari sistem data tertulis belum ditemukan pengaruh positif pada siswa, mungkin dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan model CLIS akan memberikan data yang dapat disimpulkan bahwa pengaruh suatu pembelajaran dengan model CLIS akan memberikan hasil pada jumlah siswa-siswa di kelas.


(21)

4

Informasi yang dibagikan oleh Guru inisial P kelas V SDN Krapyak Wetan, bahwa kelas V dalam melakukan pembelajaran IPA dengan Model Tipe CLIS dalam satu kali semester tidak pernah digunakan. Secara umum diketahui bahwa pelaksanaan model tipe CLIS tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap siswa antara kelompok yang tidak diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan kelompok eksperimen, dapat di prediksi dari konsep dan cara pelaksanaannya. Selanjutnya Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, diperoleh temuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu: (1) pembelajaran yang dilakukan guru masih kekurangan pengetahuan mengenai model pembelajaran dan (2) siswa masih ada yang pasif dalam pembelajaran. Kelemahan tersebut menyebabkan nilai rata-rata hasil evaluasi mata pelajaran IPA rendah yaitu 58,46.

Pengetahuan itu memberikan hasil yang berbeda-beda walaupun menggunakan eksperimentasi yang sama. Kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. (Winaputra, 1992: 123).

Harapan anak pada umumnya adalah bersikap ilmiah didalam berinteraksi sesuai karakter yang dimilikanya. Bagian ini menunjukkan bahwa Sains merupakan salah satu inisiatif utama untuk membangun karakter ilmiah siswa.

Ditemui banyak anak yang masih ragu-ragu dalam mengeluarkan pendapat mereka masing-masing. Alasannya mereka kurang peracaya


(22)

5

terhadap apa yang mereka sampaikan berakibat mental yang belum kuat dalam menyampaikan pendapatnya dengan reaksi pengikut dan lebih kepada pasif.

Jadi pembelajaran IPA di kelas tinggi khususnyaa siswa kelas V termasuk dalam kategori belum optimal. Dibuktikan dari karakteristik para siswa dalam berinteraksi dengan temannya, adanya sikap ketidak pedulian antar teman, ragu-ragu dalam menolong dan bila ada teman kesusahan masih ada yang menertawakan. Selain itu dapat dilihat dari pemahaman siswa pada Alam. Dibuktikan dengan pengetahuan siswa terhadap lingkungan sekitar, kurang menyadari kegunaan alam untuk kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Menurut uraian latar belakang masalah diatas, menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang muncul diantaranya :

1. Belum tercapainya pembelajaran sains yang dibuktikan dari hasil belajar IPA siswa yang belum memenuhi KKM (>70)

2. Penggunaan model pembelajaran yang belum optimal, disebabkan kurangnya pengalaman guru mengenai model pembelajaran IPA

3. Kurangnya penekanan guru terhadap tujuan pembelajaran yang disampaikan, karena terpokus pada materi yang disampaikan

4. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi, tampak pada siswa yang masih ragu-ragu dalam mengeluarkan pendapatnya

5. Hasil belajar sains siswa kelas V belum optimal, karena tampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM (>70).


(23)

6 C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang dikemukakan bahwa tidak semua masalah diselesaikan karena keterbatasan dari peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe Children’s Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan di atas tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model Children’s Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Bagi Siswa

a. Sebagai usaha untuk membuat siswa membangun kembali pengetahuan yang telah dimilikinya


(24)

7

c. Sebagai pendorong siswa belajar agar memberikan hasil yang baik. 2. Bagi Guru

a. Memberikan manfaat bagi guru menambahkan kreativitasnya dan mengembangkan cara mengajarnya dengan menggunakan model CLIS agar membantu siswa berpikir kritis.

b. Sebagai pengenalan kepada guru agar menggunakan model CLIS yang akan dicocokkan pada pelajaran sains

c. Sebagai masukan kepada guru dalam rangka memberikan kualitas proses hasil belajar pada sains dan model CLIS.

3. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan sebagai acuan serta pegangan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada siswa dalam meningkatkan Kualitas kemampuan siswa.


(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran bisa diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam aplikasinya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai.

Pengertian model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Menurut Tytler (Usman Samatowa, 2010: 57) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu: (a) menggali gagasan siswa, (b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut, kemudian (c) merefleksikannya secara eksplisit.

Jadi model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model pembelajaran identik dengan istilah strategi untuk menggali gagasan siswa, mengklarifikasi dan mengembangkan gagasan tersebut, kemudian merefleksikkannya secara eksplisit. Model pembelajaran dan strategi merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri dapat diuraikan sebagai taktik atau sesuatu kegiatan pembelajaran yang


(26)

9

harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2. Model Pembelajaran IPA

Masa kini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.

Model pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivis ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Disarankan oleh Bell, (1993:16) agar pengetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa dalam sasaran pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila Guru tidak mempedulikan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.

Menurut pandangan kontruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.


(27)

10

Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentuk model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan saat model pembelajaran yang disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.

Pembentukan sistem konseptual bukan dengan cara memasangkan (match) dengan kenyataan di alam, melainkan dengan mencocokkan (fit) dengan kenyataan. Model konstruktivis menekankan pandangan instrumental tentang pengetahuan atau sistem konseptual. Pada proses pembentukannya sistem konseptual mengalami pengujian secara terus-menerus. Menurut Usman Samatowa, (2010: 64) Kerangka konseptual atau sistem konseptual IPA biasanya terdiri atas konsep-konsep. Pandangan hubungan-hubungan bermakna antar konsep-konsep yang dipelajari dengan yang telah ada. Karena itu pembentukan sistem konseptual IPA haruslah melalui hubungan kebermaknaan antar konsep yang telah dipelajari.

Hubungan bermakna ini dapat bersifat superordinat, subordinat, dan koordinat, sesuai dengan ruang lingkup konsep IPA yang dapat lebih luas, lebih sempit atau sama luas. Jadi hubungannya dapat bersifat vertikal dan horizontal. Antara konsep dengan materi subjek yang dibahas harus dapat dikaitkan dengan konsep IPA yang telah dimiliki Siswa.


(28)

11

3. Pengertian Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s Learning In

Science)

Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver dan Tytler (Usman Samatowa, 2010: 74). Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS oleh Driver (Usman Samatowa, 2010: 74) di beri nama General Structure

Of a Contructivist Teaching Sequence, sedangkan Tytler (Usman

Samatowa, 2010: 74) menyebutnya Constructivism and Conceptual Change Views Of Learning In Science.

Model pembelajaran tipe ini kegiatannya berkelompok kecil di dalam kelas, kelas yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan menyelesaikan tugas yang sama dan mungkin berbeda dari kreativitas gurunya. Interaksi didalam model ini sangat membutuhkan banyak orang untuk menjalankan fungsinya, fungsinya model ini merupakan komponen utama yang akan menyelesaikan jalannya urutan pembelajaran model CLIS ini.

4. Komponen Utama CLIS

Model CLIS ada lima tahap utama, memiliki urutan pembelajaran yakni: a. Orientasi

b. Permunculan gagasan c. Penyusunan ulang gagasan d. Penerapan gagasan, dan e. Pemantapan gagasan


(29)

12

Tahap penyusunan ulang gagasan masih dibedakan atas tiga bagian, yaitu pengungkapan dan pertukaran gagasan, Pembukaan pada situasi konflik dan konstruksi gagasan baru dan evaluasi.

a) Orientasi

Orientasi merupakan upaya guru untuk memusatkan perhatian siswa, misalnya dengan menyebutkan dan mempertontonkan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Upaya mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan fenomena lingkungan (misalnya produk teknologi) juga merupakan salah satu kegiatan dalam penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat.

b) Permunculan Gagasan

Permunculan gagasan merupakan upaya untuk memunculkan konsepsi awal siswa. Misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan apa saja yang telah diketahui tentang topik pembicaraan, atau dengan menjawab beberapa pertanyaan uraian terbuka. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini juga dilakukan melalui wawancara informal.

c) Penyusunan Ulang Gagasan

Pengungkapan dan pertukaran gagasan mendahului pembukaan ke situasi konflik. Tahap ini merupakan upaya untuk


(30)

13

memperjelas dan mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua (permunculan gagasan) dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi tersebut kepada seluruh kelas. Guru tidak membenarkan atau menyalahkan.

Pada tahap pembukaan ke situasi konflik siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks atau hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan.

Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan untuk mencocokan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagsan baru. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan observasi, kemudian mendiskusikannya dengan kelompoknya.

d) Penerapan Gagasan

Pada tahap ini siswa diminta menjawab pertanyaan yang disusun untuk menerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan siswa melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Gagasan yang sudah direkonstruksi ini dalam aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu dan


(31)

14

memecahkan masalah yang ada di lingkunga, misalnya isu yang berkaitan dengan topik pernapasan adalah mewabahnya influenza, isu kanker paru-paru sebagai penyakit yang menimbulkan kematian, dan adanya orang yang meninggal karena menggali sumur.

e) Pemantapan Gagasan

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, diharapkan siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah sadar akan mengubah konsepsi awalnya menjadi konsepsi ilmiah. Pada kesempatan ini dapat juga diberi kesempatan membandingkan konsep ilmiah yang sudah disusun dengan konsep awal pada tahap b.

5. Contoh Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe CLIS (Children’s

Learning In Science)

Contoh model CLIS untuk konsep pernapasan di kelas IV Caturwulan ke-2 Subkonsep: Makhluk Hidup memerlukan udara dan pernapasan (Usman Samatowa, 2010: 76).


(32)

15

Tabel 1. Tahapan model pembelajaran CLIS

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

1. Orientasi Menunjukkan Kantung Kresek Warna Hitam dan Mengajukan Pertanyaan: “jika kantung ini dipasang ke kepala ibu/ pak guru, apa yang akan terjadi??”

Siswa Menjawab bergantian, antara lain: “napas menjadi sesak, gelap, tidak bisa bernafas”

Guru meminta siswa

memperagakan

2. Pemunculan gagasan Menginstruksi siswa untuk menjawab pertanyaan no.1-4 dalam LKS Masing-masing siswa mengerjakan pertanyaan 1-4 di LKS Siswa ingin mengetahui alat pernapasan pada manusia, hewan dan tumbuhan 3a. Pertukaran

gagasan

Memberikan aba-aba untuk mendiskusikan jawaban pertanyaan di atas dalam kelompok masing-masing Diskusi kelompok untuk menentukan jawaban kelompok Jawaban kelompok ditulis di kertas tersendiri 3b. Situasi

konflik

Membimbing kegiatan percobaan 1 & 2di LKS 1

Mengerjakan kegiatan 1 & 2 secara

berkelompok

Semua anggota kelompok aktif berpartisipasi 3c. Konstruksi

gagasan baru

Membimbing siswa yang kurang mengerti dengan teknik bertanya “probing” Diskusi kelompok menjawab pertanyaan pada kegiatan 1&2 Beberapa siswa memerlukan bimbingan 4 Penerapan

gagasan Mengamati dan membimbing kegiatan siswa Diskusi menjawab pertanyaan no. 5-7 di LKS 1

Periksa jawaban yang belum konsisten dengan konsep ilmiah

5. Pemantapan gagasan

Mengungkapkan salah satu konsepsi awal siswa kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan Mengemukakan argumentasi Siswa dibimbing untuk membedakan oksigen dan udara


(33)

16 6. Keunggulan dan Keterbatasannya

Kejelasan setiap tahap dalam CLIS tidak selalu mudah dilaksanakan, walaupun semula direncanakan dengan baik. Kesulitan ini terutama untuk pindah dari satu fase ke fase lainnya, terutama dari pertukaran gagasan siswa, sehingga jika hal ini terjadi, tentunya siswa akan kembali kepada konsepsi awal (yang memang sulit diubah).

Demikian pembahasan tentang model-model pembelajaran serta contohnya telah diuraikan di depan, mudah-mudahan dapat membekali para guru SD dalam tugas kesehariannya. Dari berbagai model pembelajaran, model pembelajaran kognitif sangat cocok untuk pembelajaran IPA, khususnya model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivis. Model pembelajaran konstruktivis memili karakteristik tertentu, semuanya melibatkan proses berpikir. Walaupun terdapat banyak model pembelajaran IPA, model pembelajaran CLIS sangat menarik dicobakan di sekolah dasar secara realita dengan berlandasakan konstruktivis, sejumlah model pembelajaran telah dikembangkan secara khusus untuk kelas-kelas tertentu di sekolah dasar yang sudah melalui tahap uji coba.

B. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Kelas Tinggi

WHO, (Sunarto dan Agung Hastono, 2013: 57) membagi usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 dan remaja akhir 15-20 tahun. Jadi Karakteristik anak usia sekolah dasar kelas tinggi termasuk dalam kurun remaja awal, tentunya masih sangat labil. Ciri-ciri pada umumnya yaitu:


(34)

17 1. Kepribadian sudah mulai mandiri

Kepribadian sudah mulai mandiri, yaitu kepribadian yang mencoba dengan hal-hal yang baru, dan akan tertarik pada yang belum pernah dirasakan anak.

2. Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi

Mulai adanya rasa tanggung jawab pribadi, yaitu mulainya terbentuk sikap kepercayaan diri anak terhadap suatu keputusan yang dikeluarkan atas dasar mempertanggungjawabkan hal-hal yang ingin disampaikan anak.

3. Toleransi

Yaitu Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya di pandang dari dirinya sendiri, tetapi juga dilihat dari diri orang lain.

4. Sudah mulai menunjukkan sikap yang kritis dan rasional

Yaitu terbentuknya pola pikir anak terhadap hal-hal yang diperhatian dengan menganalisa setiap apa yang di lihat dengan cara memprediksi.

5. Sudah bisa merepleksi diri sendiri

Yaitu sudah bisa menempatkan diri dengan memperhatikan situasi dan keberadaan anak tersebut.


(35)

18 C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

1. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang lingkup pembelajaran IPA di usia sekolah dasar menggunakan materi sifat-sifat cahaya diberikan khususnya pada kelas V terdapat dua dimensi yaitu:

a. Kerja Ilmiah

Pendidikan IPA menekakan pada pemberian belajar langsung. Hal ini dijelaskan dalam Effendi dan Malihah, (2007: 120) bahwa

”pendidikan sains (IPA) menekankan pada pengalaman secara langsung”. Dalam pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan

sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Kerja ilmiah sains (IPA) dalam kurikulum SD terdiri dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.

b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya

Adapun dimensi pemahaman konsep dan penerapannya mencakup: 1. Sifat-sifat cahaya, yang terdiri dari cahaya merambat lurus, cahaya

dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat menembus benda bening.


(36)

19

a) Cahaya merambat lurus tidak dapat menghasilkan cahayanya sendiri seperti kayu, batu tembok, dan sebagainya yang termasuk benda gelap.

b) Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya terdiri atas pemantulan baur dan pemantulan teratur.

c) Cahaya dapat dibiaskan

Pembiasan adalah sebuah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya, cahaya merambat dengan melalui 2 zat yang mempunyai kerapatan yang berbeda. Apabila terdapat cahaya datang dari zat yang mempunyai kerapatan yang kurang menuju ke zat yang mempunyai kerapatan yang lebih, maka cahaya itu akan dibiaskan mendekati garis normal.

d) Cahaya dapat menembus benda bening

Cahaya matahari dapat masuk kerumah dengan menembus jendela yang berjenis kaca bening.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar

IPA untuk Sekolah Dasar sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh Karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, pada hal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan


(37)

20

yang perlu dimodifikasi sesusai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Berdasarkan permasalahan yaitu tidak pernah mengenal model pembelejaran CLIS dalam pembelajaran di kelas, tujuan pembelajaran IPA di usia Sekolah Dasar kelas tinggi sebagai berikut:

a. Untuk Mengenalkan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS Pada Sekolah Dasar

b. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

c. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah

d. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam

e. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya

f. Lebih jauh diungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.


(38)

21

3. Strategi Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar

Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini efisiensi pengalaman langsung pada pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Piaget (Usman Samatowa, 2010: 5) Mengatakan bahwa pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun.

Jadi berdasarkan strategi langsung ini anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.

D. Pengertian Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik, (2001: 159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Lalu Menurut Nasution, (2006: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Tes yang diberikan pun sebagai hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.


(39)

22

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Kognitif siswa kelas V sudah mulai terasah dan menerima pembelajaran yang diberikan. Nemun, masih kurang efektif dan diterima secara konsisten oleh siswa. Kemudian sikap siswa tidak menentu dalam menerima setiap materi pembelajaran yang diberikan guru, berkelanjutan dengan keterampilan yang ditunjukkan siswa sudah mulai tampak dan berekspresi dengan berkomunikasi terhadap guru dan teman sebayanya. Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan, (2009: 1-2) adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.


(40)

23 3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Santoso, 2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Hasil belajar dinilai melalui tes. Baik tes uraian maupun tes objektif. Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan, dan tindakan atau perbuatan.


(41)

24

Sedangkan Menurut Horward Kingsley bahwa: Tiga macam hasil belajar yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi bahan yang telah ditetapkan oleh dalam kurikulum.

Dari evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini yaitu:

1. Prinsip Keseluruhan

Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.

Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran IPA, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya.


(42)

25

Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.

2. Prinsip Kesinambungan

Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.

3. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di


(43)

26

sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.

Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.

E. Penelitian Yang Relevan

Solusi yang dapat ditawarkan untuk permasalahan tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang bisa diterapkan sebagai salah satu inovasi pembelajaran IPA. Salah satunya adalah model pembelajaran belajar IPA CLIS (Children Learning In Science). “Usman Samatowa, (2010: 74) menyatakan bahwa model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) termasuk dalam model yang menganut pandangan kontruktivisme. Model ini dikembangkan oleh Driver di Inggris tahun 1998. Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS oleh Driver diberi nama General Structure Of a Contructivism Teaching Sequence”.


(44)

27

Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan. Tujuan pembelajaran CLIS adalah meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa yang dilandasi pandangan kontruktivisme dengan memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa sebagai sumber belajar. (Handayani, 2004: 40). Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CLIS adalah situasi belajar yang terbuka dan kesempatan bertanya secara bebas. Kemudian Seperti Judul Skripsi dari Universitas Pendidikan Ganesha yang saya beri kode penelitian 1 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu”. Sementara peneliti sendiri memberi symbol 2 pada penelitiannya sendiri dan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd N Krapyak Wetan”.

Jadi adapun perbedaan dari penelitian 1 dengan penelitian 2 adalah, penelitian 1 dilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar, dengan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan kelompok konvensional, dan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014. Kemudian penelitian 2 dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Krapyak Wetan yang memberikan perbedaan hasil antara pre post kelompok control dengan kelompok eksperimen. Namun, perbedaan itu tidak terlalu meningkat tinggi tapi, akan tetapi meningkat di masing-masing antara pre


(45)

28

kontrol dengan post kontrol dan antara pre eksperimen dengan post eksperimen.

Model pembelajaran CLIS memiliki karakteristik yaitu, dilandasi oleh pandangan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa, melakukan aktivitas handson/mind-on, dan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Pembelajaran dengan menerapkan model CLIS berusaha menciptakan suasana bebas berpendapat dengan selalu berinteraksi dengan lingkungan serta aktivitas berpusat pada siswa. Hal ini membuat siswa lebih aktif, kreatif serta kritis dalam berpendapat. Dengan lingkungan sebagai sumber belajar, konsep yang diajarkan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa karena akan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal.

F. Kerangka Pikir

Penelitian terhadap model tipe Children’s Learning In Science (CLIS) ini akan membentuk suatu konsep, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan sampai pada hasil penelitian. Perolehan suatu data yang relevan memberikan suatu kejelasan terhadap perbaikan pendidikan di kelas, pengaruhnya melebihi tingkat data yang masih keliru yang tampak pada kualitas penelitian.

Pembahasan penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, dengan hasil yang berbeda-beda dan memberikan tantangan tersendiri bagi peneliti, selanjutnya yang


(46)

29

akan mencoba memperbaiki pendidikan kelas serta memperoleh hasil yang berbeda.

Perolehan pembelajaran IPA ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model CLIS, aktivitas siswa ketika diterapkan model CLIS, dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model CLIS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dilakukan dengan dua siklus masing-masing dua kali pertemuan.


(47)

30 Gambar 1. Skema Model CLIS Hasil Belajar

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Pengumpulan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes tertulis. Instrumen yang digunkan adalah lembar observasi penyususnan RPP dan penerapan model CLIS, lembar observasi aktivitas siswa, teknik dokumentasi dengan instrumen kamera, lembar catatan lapangan

Orientasi

Pemunculan Gagasan

CLIS

Penyusunan Ulang Gagasan

Penerapan Gagasan

Pemantapan Gagasan

Tujuan Pembelajaran


(48)

31

dan instrumen soal tes tertulis. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh positif dengan Model Tipe CLIS terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

H. Definisi Operasional Variabel 1. Model CLIS

Model pembelajaran tipe CLIS merupakan alternatif guru dalam melakukan pembelajaran dengan siswa untuk menumbuhkan gagasan siswa dalam berpendapat secara logis yang diperoleh dari pendekatan langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan guru di SD N Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.

2. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan menggunakan model CLIS adalah adanya perbedaan dari Pre Test dan Post Test kelompok eksperimen dan kontrol.


(49)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Kuasi eksperimen, dengan untuk mengetahui pengaruh sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Jenis penelitian ini digunakan pada pengaruh model pembelajaran IPA dengan Tipe CLIS (Children’s Learning In Science) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul DIY.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi peneliti untuk melakukan penelitian. Menurut Sukardi (2005: 53) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan demikian, Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY, mulai tanggal 01 Mei 2016 sampai 31 Mei 2016 di Kelas V di SDN Krapyak Wetan terdiri dari dua kelas yaitu kelas A, dan B. Penetapan tempat dalam penelitian ini dengan alasan kelas V belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian tentang pengaruh dari model pembelajaran IPA tipe CLIS.

C. Subjek Penelitian

Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan populasi atau universe adalah keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Dari pengertian di atas maka populasi dari


(50)

33

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Krapyak Wetan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY yang terdiri dari:

Tabel 2. Daftar Keseluruhan Kelas V SDN Krapyak Wetan

No Kelas Jumlah Siswa

1 V A 24 Siswa

2 V B 25 Siswa

Jumlah 49 Siswa

Kemudian Zainal Arifin (2012: 215) menyatakan sampel adalah sebagaian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini bersifat populatif. Zainal arifin, (2012: 217) menyatakan bahwa Dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini, Kelas VA dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelas VB dijadikan sebagai kelompok kontrol. Jumlah populasi penelitian ini adalah 49 siswa yang terdiri dari kelas VA sebanyak 24siswa dan kelas VB sebanyak 25 siswa. Jadi jumlah sampel penelitian yang pada akhirnya digunakan adalah seluruh siswa atau semua anggota populasi, dengan demikian penelitian ini bersifat populatif.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, variabel merupakan gejala fokus penelitian yang diamati. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh


(51)

34

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 2).

Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat. Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akbat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4).

Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini ada dua variabel yang menjadi titik tolak perhatian, yaitu:

a. Variabel bebas (X) : pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS b. Variabel terikat (Y): hasil belajar

Pengaruh model pembelajaran IPA tipe CLIS dilakukan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol, setalah melakukan kegiatan tersebut maka akan memperoleh hasil akhir berupa hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian quasi eksperimen, karena proses ini menentukan baik tidaknya proses penelitian. Oleh Karena itu harus menggunakan prinsip dan prosedur yang tepat. Data yang digunakan harus valid dan reliabel.


(52)

35

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah, Observasi dan Tes.

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengamati cara guru menyampaikan pelajaran IPA dengan menggunakan model Pembelajaran IPA dengan Tipe

Children’s Learning In Science dan mengamati aktivitas guru dan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA untuk kelompok eksperimen, dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.

b. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden (Zainal Arifin, 2012: 226). Tes yang digunakan dalam penelitian ini sangat diharapkan jawaban tertulis langsung dari sampel yang penelitian ini.

Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yang mengacu pada aspek kognitif. Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut jawaban responden dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif. Tes bentuk uraian ini dapat dibagi lagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Adapun jenis tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa pilihan ganda.


(53)

36 F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Alat yang digunakan sebagai alat ukur adalah:

1. Validitas Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk sebagai pedoman penilaian dalam proses pembelajaran, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Menurut Wina Sanjaya, (2011: 92-96) ada beberapa instrumen observasi yang bisa digunakan dalam penelitian yaitu Chek List, Anecdotal Record, dan Ranting Scale. Dalam penelitian ini lembar observasinya daftar cek dengan pilihan “ya” atau “tidak” terhadap kemunculan aspek pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama perlakuan berlangsung sikap guru dan siswa selama pembelajaran sangat penting untuk diamati. Dalam menentukan variabel yang diamati dan menyusun instrumen penelitian, perlu diingat bahwa semakin banyak obyek yang diamati maka pengamatan semakin sulit dan hasil menjadi tidak teliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 273). Penyusunan lembar observasi ini dikonsultasikan kepada Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Lembar observasi yang digunakan adalah observasi sikap guru dan siswa.

Lembar observasi ini meliputi, lembar observasi untuk guru dan siswa. Berikut lembar kisi-kisi observasi yang terlihat pada tabel 3 dan 4.


(54)

37 Tabel 3. Kisi-kisi observasi aktivitas guru

No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah

1 Kegiatan Awal a,b,c,d,e, 5

2 Kegiatan Inti f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q, 12

3 Kegiatan Akhir r,s. 2

Jumlah 18

(Sub Aspek Terlampir Pada Lampiran 2. Instrumen Penelitian) Tabel 4. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa

No Aspek Yang di Amati No Sub Aspek Jumlah

1 Antusias Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran

a,b,c,d,e, 5

2 Keterlibatan siswa/keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran

f,g,h,i,j,k,l,m,n 8

3 Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran

o,p 2

Jumlah 15


(55)

38

2. Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yaitu: tes berbentuk pilihan ganda yang disusun berdasarkan penduan kisi-kisi instrumen tes yang telah disiapkan. Tes tertulis ini akan diberikan kepada siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan tipe CLIS untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V.

Instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya yang ingin diketahui. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud sebelumnya.

Instrumen tes penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Soal tes yang akan digunakan pun untuk mengetahui apakah materi dari guru telah dipahami oleh siswa. Soal yang sama diberikan pada pre test dan post test. Materi tes yang digunakan yaitu tentang sifat-sifat cahaya.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa materi pembelajaran yang berkaitan dengan model pembelajaran IPA. Adapun kisi-kisi tes sebagai berikut.


(56)

39

Tabel 5. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa

Standar Kompetensi 6, Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan penemuan

Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya

No

Indikator

No Soal Jumlah

Item

C1 C2 C3

1 Mendeskripsikan sumber cahaya

2, 9 2

2 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening beserta contoh penerapnya dalam kehidupan sehari-hari

4 5, 15 3

3 Mengidentifikasi benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya

7, 18 19 3

4 Membedakan macam-macam pemantulan cahaya

1, 3, 16

3

5 Mendeskripsikan sifat cahaya dapat dipantulkan

11 6, 10, 12, 20

8

6 Mendeskripsikan cahaya dapat dibiasakan melalui percobaan-percobaan.

13, 14, 17

8 1

Jumlah 20

Bentuk soal menggunakan tes yaitu pilihan ganda sebanyak 20 soal, kriteria penilaiannya skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawabannya salah. Tes hasil belajar ini dibuat oleh peneliti yang


(57)

40

dikonsultasikan kepada dosen ahli IPA dari Fakultas Ilmu Pendidikan, yaitu Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. Setelah instrumen tersusun peneliti melakukan uji coba instrumen sebagai syarat menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan SPSS for windows 16,0. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2008: 187) bahwa suatu butir pertanyaan dinyatakan validapabila rtebel < r hitung, dimana df = n-2 dengan sig 5% atau 0,05. Sehingga dalam penelitian ini butir pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > dari r tabel atau r hitung > 0,291, selanjutnya item soal yang valid dapat digunakan sedangkan soal yang tidak valid dihilangkan.

Dari data hasil uji coba instrumen tes di SD Negeri Krapyak Wetan tersebut maka peneliti menggunakan semua butir soal yang valid yang berjumlah 20 soal yang akan diberikan kepada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.

Tabel 6. Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom

Tingkat taksonomi No Soal

Pengetahuan/Ingatan 1, 2, 3, 11, 16.

Pemahaman 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 17, 18, 20

Aplikasi 5, 8, 15, 19.

Analisis -

Sintesis -


(58)

41 G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Sedangkan mardapi, (Burhan Nurgiyantoro, 2011: 152) Menyatakan bahwa validitas adalah dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes.

Dalam penelitian ini, oleh karena instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan membaca pemahaman dengan mengkontruksi jawaban sendiri, maka validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). “Validitas isi merupakan derajad yang menunjukkan bahwa sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur” (Sukardi, 2011: 123). Materi sifat cahaya yang digunakan sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum yang dipakai, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas V di SD Negeri Krapyak Wetan.

Dalam pemberian tes di ujikan dengan 24 siswa yang sekelompok siswa itu bukan merupakan dari anggota subjek penelitian, pada uji soal tes ditawarkan 25 soal yang akan di jawab siswa, Hanya 20 dari 25 soal yang valid dan akan dilanjutkan untuk pengambilan data. Pengambilan butir tes dilakukan secara acak dan perlakuan yang sama diberikan kepada siswa dengan subjek secara keseluruhan dengan penentuan subjek yang heterogen.


(59)

42 2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Kriteria kepercayaan tes menunjuk pada pengertian tes mampu mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu.

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan angka 1 dan 0, yaitu satu dengan simbol (1) bila benar dan nol dengan simbol (0) bila salah. (lihat pada lampiran 4. skor pre post hasil penelitian).

Perhitungan reliabilitas hanya dilakukan hanya pada instrumen tes. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikanto, 2010: 221).

Sumarna surapranata (2009: 114) menyatakan bahwa tidak ada ukuran yang pasti mengenai berapa tinggi koefisien reliabilitas, namun untuk suatu penelitian dasar koefisien reliabilitas 0,7 sampai 0,8 dinyatakan sudah cukup tinggi. Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas yang dipakai adalah ≥ 0,70. (lihat di lampiran 5. hasil uji validitas dan reliabilitas).

Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini, sama halnya dengan perhitungan validitas, yaitu dengan menggunakan SPSS for windows 16,0. Hasil uji coba reliabilitas yang diperoleh dari uji coba instrumen di SD Negeri Krapyak Wetan adalah 0,743 hasil ini dikategorikan tinggi. Sehingga dapat dikatakan reliabel dan layak digunakan dalam penelitian.


(60)

43 H. Uji Coba Instrumen

Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus memenuhi beberapa persyaratan. Untuk memenuhi baik tidaknya suatu instrumen perlu diadakan uji coba instrumen. Dalam penelitian ini dilaksanakan uji coba observasi dan Tes. Observasi berbentuk pertanyaan terkait model, materi, dan media pembelajaran sebanyak, 19 butir untuk observasi guru dan 15 untuk observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa, dan 20 butir soal evaluasi hasil belajar dengan nama pkaet A untuk kelas eksperimen dan dengan nama paket B untuk kelas kontrol pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan Sewon Bantul Yogyakarta.

I. Teknik Analisis Data

Data hasil Observasi guru dan siswa dianalisis melalui tiga tahap, yaitu: Tahap deskripsi data, tahap uji prasyarat, dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskripsi Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat rangkuman distribusi data pre test dan post test dari hasil statistic deskriptif program SPSS 16.0 for windows.

2. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahuiapakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah skor tiap-tiap variabel berdistribusi normal atau tidak, misalnya data dinyatakan


(61)

44

berdistribusi normal jika nilai taraf signifikan lebih besar 0,05 (p>5%) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

kolmogorov-Smirnov, yaitu:

Keterangan:

Kd: harga kolmogorov-smirnov

N1: jumlah sampel yang diobservasi

N2: jumlah sampel yang diharapkan.

(Sugiyono, 2010: 159).

Perhatikan Hasil Uji Normalitas Pada Tabel 7 dan 8 berikut ini: Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol

NPar Tests

One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test

24 24 11.88 12.04 1.727 1.781 .154 .246 .109 .136 -.154 -.246 .754 1.207 .621 .108 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Pre-Test KE Post-Test KE

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(62)

45

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi memiliki varian yang sama dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus levene dengan menggunakan bantuan jasa komputer program SPSS versi 16.0 for windows.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian homogenitas ini yaitu, apabila nilai uji levene lebih kecil dari nilai tabel. Atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat homogen atau memiliki kesamaan. Apabila nilai uji levene lebih besar dari nilai tabel, atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka populasi dalam kelompok bersifat tidak homogen.

One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test

25 25 11.20 11.68 1.555 1.651 .180 .220 .180 .220 -.177 -.120 .900 1.099 .393 .179 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Pre-Test KK Post-Test KK

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(63)

46

Perhatikan tabel 9 berikut ini merupakan hasil dari uji homogenitas.

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas

3. Tahapan Pengujian Hipotesis

Melihat tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan model CLIS dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Krapyak Wetan dan besarnya pengaruh penggunaan model CLIS maka, uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Uji t ini digunakan karena untuk membandingkan kedua mean dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga diketahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara kedua kelompok. Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

________ n (n-1)

Te st of Homogeneity of Variances

.000 1 47 .985 .330 1 47 .568 Pre-Test

Post-Test

Levene


(64)

47

Keterangan:

MA & Ma= masing-masing adalah mean dari kelompok kontrol dan mean dari kelompok eksperimen.

∑ (D-MD = jumlah kuadrat deviasi dari mean perbedaan n= jumlah replikasi

(Sutrisno Hadi, 2004: 491).

Perhatikan Hasil dari pre test dan post test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pre-Test

Tabel 11. Hasil Pengujian Hipotesis Post Test

Group Statistics

24 11.88 1.727 .353 25 11.20 1.555 .311 Kelompok

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Pre-Test

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Group Statistics

24 12.04 1.781 .364 25 11.68 1.651 .330 Kelompok

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Post-Test

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean


(65)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Beberapa data yang diperoleh di ambil dari hasil penelitian. Data-data tersebut meliputi Data-data hasil pre test dan post test siswa kelas kontrol dan data hasil belajar pre test dan post test kelas eksperimen, selain itu diperoleh data pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data-data tersebut dari sampel penelitian kelas eksperimen 24 dan sampel kelas kontrol yaitu 25 sampel.

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Model CLIS (Children’s

Learning In Science)

Pelaksanaan pembelajaran dengan model CLIS (Children’s Learning In Science) dengan tahapan-tahapan yang telah dilakukan yaitu Orientasi, pemunculan gagasan, pertukaran gagasan dengan situasi konflik dan kontruksi gagasan baru, penerapan gagasan, dan tahapan pemantapan gagasan.

a. Orientasi: interkasi yang dilakukan Guru yaitu menjelaskan tujuan dan hasil belajar yang ingin dicapai, kemudian menunjukkan pentingnya topik dalam kegiatan belajar. Kemudian dilengkapi guru dengan mengajukan pertanyaan dari pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa.

b. Pemunculan Gagasan: guru mengintruksi peserta didik untuk menjawab pertanyaan di lembar kerja siswa.


(66)

49 c. 3a. Pertukaran Gagasan

Dilakukan perlakuan Guru memberikan aba-aba untuk siswa supaya mendiskusikan jawaban atas pertanyaan dalam kelompok masing-masing.

3b. Situasi Konflik

Dalam situasi konflik ini guru mengontrol aktivitas siswa dengan pemberian perlakuan yang sama pada kelompok eksperimen dan melakukan pembimbingan terhadapat siswa atas kegiatan percobaan 1 dan percobaan 2 di lembar kerja siswa 1. 3c. Kontruksi Gagasan Baru

Guru Telah melakukan pembimbingan lanjutan dari situasi konflik dalam kontruksi gagasan baru ini yaitu membimbing siswa yang kurang menegerti dengan teknik bertanya “probling”.

d. Penerapan Gagasan: dengan menentukan jawaban yang tepat berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

e. Pemantapan Gagasan : dilakukan dalam 2 pokok yaitu:

1) Membimbing siswa untuk membuat keismpulan dari permasalahan yang dibahas.

2) Meyakinkan jawaban dari siswa dengan menentukan data-data yang relevan.

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Pelaksanaan pembelajaran secara umum dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab.


(67)

50

Perlakuan ini dilakukan pada subjek penelitian yang tujuannya untuk mendapatkan hasil sebelum dilakukannya model CLIS. Metode ceramah dilakukan dengan guru meminta mendengarkan atas penyampaian materi pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan penyimpulan guru tidak melakukan kesimpulan. Berdasarkan perlakuan tersebut hal yang muncul pertanyaan dari siswa masih ada siswa yang bingung terhadap pemahaman materi yang disampaikan, dan masih sedikit keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan metode pembelajaran konvensional ini guru menjawab atas pertanyaan yang dikeluarkan oleh siswa dengan sangat menoton dan siswa cukup menerima apa adanya atas apa yang disampaikan guru.

3. Deskripsi Instrumen Penelitian a. Tes

Deskripsi tes ini di berikan guru pada setiap kelompok kontrol dan eksperimen dengan tes sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan model CLIS dengan setiap soal berjumlah 20 butir pilihan ganda.

b. Deskripsi Observasi Guru

Pengajaran guru adalah salah satu kegiatan utama yang harus dilaksanakan, karena pengajaran Guru akan menciptakan hasil dari kegiatan yang disampaikan di kelas. Di kelas lima, pengajaran


(68)

51

sangat serius diberikan terhadap siswa sebagai sasaran dalam penelitian.

Pengajaran guru telah mengajarkan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS. Penerapannya dilaksanakan di kelas kontrol (VA) dan di kelas eksperimen (VB). Di dalam pembelajaran itu yang di harapkan adalah pengalaman belajar siswa dengan model yang diberikan, untuk mengenali pelatihan bergagasan atau pendapat secara percaya diri di terapkan di sekolah maupun di kehidupan sehari-hari. Materi yang disampaikan Guru adalah materi “Sifat-Sifat Cahaya” seperti cahaya dapat menembus benda bening, cahaya tidak dapat menembus benda bening, cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan dan lain sebagainya. Bahkan di masing-masing kelas VA dan VB mengikuti pembelajaran dengan baik.

Di masing-masing kelas di bagi menjadi kelompok kecil yaitu 4-5 orang. Di kelas VA satu kelompok yang secara bekerja tidak bersama dan sulit untuk menenangkan di dalam pembelajaran. Di kelas VB semua kelompok kecil mangikuti pembelajaran dengan baik, namun hanya beberapa siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Pengajaran yang diberikan guru dengan tipe CLIS dengan bantuan materi sifat-sifat cahaya juga merangsang keingingin tahuan siswa terhadap model yang baru mereka rasakan.


(69)

52

Penerapannya berdasarkan langkah-langkah yang sudah disiapkan peneliti berdasarkan teori yang relevan. Siswa hanya aktif ketika di panggil untuk maju ke depan oleh guru untuk mencoba media pembelajaran. Namun yang di jumpai di kelas adalah perhatian siswa terhadap menerima pembelajaran. Dalam hal ini yang digunakan untuk subjek penelitian adalah komunikasi siswa dan kepercayaan diri yang tampak pada hasil belajar siswa dalam menyampaikan pendapat dari rangsangan model yang diberikan (CLIS), sedangkan yang hanya untuk pancingan saja adalah soal

Pre Test (Sebelum). Peneliti dapat memahami

kelompok-kelompok yang serius dalam mengikuti pembelajaran dan mana yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran.

Jumlah sampel penelitian di kelas V SDN krapyak Wetan 49 siswa, karena semua populasi akan menjadi sampel. Keberadaan Guru dalam mengelola kelas sangat baik, mungkin hal ini karena terlalu serius dalam menyampaikan materi sehingga siswa tidak bisa fokus dalam setiap pertemuan 2 jam pembelajaran dengan 2 kali pertemuan. Model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS patut untuk dilanjutkan penerapannya karena kurangnya kebiasaan siswa dalam mendapatkan model seperti CLIS agar siswa kedepannya ada peningkatan dalam bergagasan dan menyampaikan pendapat di kehidupan sehari-hari nanti, bukan hanya disekolahnya saja.


(70)

53 c. Deskripsi Observasi Siswa

Perhatian siswa terlihat pada pembelajaran dengan mengikuti intruksi guru dengan baik seperti mengikuti berdo’a menjawab pertanyaan guru, memperhatikan media, mengikuti permainan pembelajaran dengan model CLIS, ikuti mencoba media dengan intruksi guru sampai terlihat juga pada rasa senang siswa saat mengikuti pembalajaran.

Antusias siswa adalah salah satu penerimaan yang terpenting, karena perhatian siswa akan berdampak pada hasil pembelajaran di kelas. Pada kelas lima, tindakan siswa terhadap guru sangat baik, perhatian siswa sangat serius tapi beberapa siswa sangat sulit untuk di tarik perhatiannya.

Perhatian siswa terhadap guru biasa saja di kelas V A dengan model konvensional, sementara di kelas V B yang mendapatkan perlakuan eksperimen dengan model CLIS siswa mengikuti intruksi yang diberikan. Materi yang diterima siswa adalah materi “Sifat-Sifat Cahaya” yang sudah pernah mereka dapatkan dikelas IV, namun tidak dibersamai dengan model CLIS.

Pembelajaran yang didapatkan siswa di kelas V ini dengan model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS adalah yang pertama kali (perdana) yang dirasakan siswa selama duduk di bangku sekolah formal ini. Siswa diberikan model dengan dukungan


(71)

54

materi dan media hanya untuk mendapatkan pengaruh setelah mengikuti pembelajaran di dalam kelas selama penelitian ini. Harapannya untuk jangka panjangnya setidaknya di kelas tinggi seperti 4,5, dan 6 siswa harus merasakan model pembelajaran IPA dengan tipe Children’s Learning In Science (CLIS), Model pembelajaran IPA dengan tipe CLIS walaupun tidak dapat pengaruhnya di data penelitian misalnya secara signifikan, tapi dapat pengaruhnya untuk kehidupan generasi penerus bangsa secara signifikan untuk membantu kualitas diri setiap anak bangsa indonesia. Dikarenakan model CLIS ini melatih dan mengembangkan ide dan gagasan siswa dalam bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari, selain itu didalam CLIS ini terkandung nilai-nilai karakter sosial yang dapat melekat pada jiwa peserta didik.

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen

1. Deskripsi Pelaksanaan Pre Test Siswa Kelas Eksperimen

Penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen sebelum pemberian treatment yaitu pertama dilakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, hasilnya telah diperoleh dari pre test digunakan untuk membandingkan apakah pemberian sebelum tratment dan susudah pemberian treatment berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.


(72)

55

Hasil dari data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan butir soal tes yang diberikan yaitu sebanyak 20 butir. Data penelitian menunjukkan nilai tertinggi sebesar 70, nilai terendah 40, mean 59,4 dan standar deviasi 1,727.

Distribusi frekuensi pre test siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)

Kurang 9 37,5

Cukup 15 62,5

Baik - -

Jumlah 24 100

Berdasarkan distrubusi frequensi hasil belajar siswa pre test kelas eksperimen, dapat digambarkan dengan diagram batang berikut.

Gambar 2. Diagram batang hasil belajar pre test kelas eksperimen 0

2 4 6 8 10 12 14 16

Kurang Cukup Baik

9

15

0 Pre-Test Kelompok Eksperimen


(1)

167

T-Test

Paired Samples Statistics

11.88

24

1.727

.353

12.04

24

1.781

.364

Pre-Test KE

Post-Test KE

Pair

1

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Paired Samples Correlations

24

.751

.000

Pre-Test KE &

Post-Test KE

Pair

1

N

Correlation

Sig.

Paired Samples Test

-.167

1.239

.253

-.690

.357

-.659

23

.517

PreTest KE

-Post-Test KE

Pair

1

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Lower

Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Paired Samples Statistics

11.20

25

1.555

.311

11.68

25

1.651

.330

Pre-Test KK

Post-Test KK

Pair

1

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Paired Samples Correlations

25

.627

.001

Pre-Test KK &

Post-Test KK

Pair

1

N

Correlation

Sig.

Paired Samples Test

-.480

1.388

.278

-1.053

.093

-1.729

24

.097

PreTest KK

-Post-Test KK

Pair

1

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Lower

Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

Paired Differences


(2)

168

T-Test

T-Test

Group Statistics

24

11.88

1.727

.353

25

11.20

1.555

.311

Kelompok

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Pre-Test

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Inde pendent Sample s Test

.000 .985 1.439 47 .157 .675 .469 -.269 1.619

1.436 46.013 .158 .675 .470 -.271 1.621 Equal variances assumed Equal variances not assumed Pre-Test F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

24

12.04

1.781

.364

25

11.68

1.651

.330

Kelompok

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Post-Test

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Inde pendent Sample s Te st

.330 .568 .738 47 .464 .362 .490 -.625 1.348

.736 46.364 .465 .362 .491 -.627 1.350 Equal variances assumed Equal variances not assumed Post-Test F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(3)

169


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 KOTA TEGAL

0 15 402

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 0 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 1 12

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

2 7 51

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Scinece (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngembatpadas I Kecamatan

0 1 18

Penerapan Model Pembelajaran (Clis) Children’s Learning In Science Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana.

0 3 34

PENERAPAN MODEL CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP IPA.

0 0 38

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS 3 SEKOLAH DASAR NEGERI JARAKAN, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 1 220

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN’S LEARNING IN

0 0 7