Farmer’s Share Rasio Keuntungan dan Biaya Efisiensi Tataniaga

Gambar 2 Hubungan Antara Marjin Tataniaga, Nilai Marjin Tataniaga serta Marketing Cost and Charge Sumber : Dahl dan Hammond 1977 Keterangan : A = Nilai marjin tataniaga Pr-Pf.Qr,f B = Marketing cost and Marketing charge C = Marjin tataniaga Pr-Pf Pr = Harga di tingkat pedagang pengecer Pf = Harga di tingkat petani Sr = Supply di tingkat pengecer derived supply Sf = Supply di tingkat petani primary supply Dr = Demand di tingkat pengecer derived demand Df = Demand di tingkat petani primary demand Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat pengecer Besarnya marjin tataniaga pada suatu saluran tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi.

2.2.6. Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani farmer’s share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima B A Pr Pf C Sr Sf Dr Df Qr,f Harga lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase Limbong dan Sitorus, 1987.

2.2.7. Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga mendefenisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien Limbong dan Sitorus, 1987.

2.2.8. Efisiensi Tataniaga

Memahami efisiensi tataniaga harus terlebih dahulu memahami tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang ditujukan untuk menyampaikan suatu produk kepada konsumen. Output dari aktivitas tataniaga adalah kepuasan konsumen terhadap suatu produk dan jasa, sedangkan inputnya adalah semua sumber daya usaha yang meliputi tenaga kerja, kapital, dan manajemen yang digunakan perusahaan dalam proses produksi. Sehingga efisiensi tataniaga dapat diartikan sebagai maksimisasi dari rasio input-output, atau efisiensi dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang menyebabkan berkurangnya biaya input pada suatu pekerjaan tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari keluaran suatu produk atau jasa Kohls, 1967. Tataniaga disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga tataniaga maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniaga tersebut Limbong dan Sitorus, 1987. Menurut Mubyarto 1991 sistem tataniaga dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil bagi seluruh harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir dalam kegiatan produksi. Indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi tataniaga adalah marjin tataniaga, harga tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik tataniaga, dan intensitas persaingan pasar. Marjin tataniaga besar tidak selamanya menunjukkan saluran tidak efisien, maka perlu mempertimbangkan aspek-aspek berikut : 1. Penggunaan teknologi baru dalam proses produksi dapat menekan biaya produksi, sehingga marjin tataniaga menjadi lebih besar. 2. Adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi yang lebih siap dinikmati, walaupun harga lebih mahal. 3. Adanya spesialisasi produksi dari suatu daerah sehingga membentuk daerah- daerah sentral produksi, sehingga akan menaikkan daerah tataniaga. 4. Adanya tambahan biaya pengolahan dan penyimpanan untuk meningkatkan kegunaan bentuk. 5. Meningkatkan upah buruh dan tenaga kerja. Kenaikan harga ditingkat konsumen sering digunakan sebagai ukuran ketidakefisienan proses tataniaga, harga tingkat konsumen sebenarnya merupakan fungsi dari pendapatan konsumen, musim, ketersediaan penawaran dibanding permintaan efektif, harga barang substitusi, dan harga barang komplementer. Sehingga dalam menyimpulkan bahwa harga komoditi dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga harus mempertimbangkan pengaruh variabel- variabel tersebut terhadap harga di tingkat konsumen. Penyediaan fasilitas untuk pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi tataniaga. Kurangnya ketersediaan fasilitas fisik terutama pengangkutan diidentikkan dengan ketidakefisienan proses tataniaga.

2.3. Tinjauan Empiris Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih