Proses Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih

BAB VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Analisis yang digunakan pada usahatani ini adalah analisis pendapatan usahatani. Hal ini dikarenakan pendapatan usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Tamansari dalam beberapa musim tanam terakhir besarnya tidak terlalu berfluktuatif. Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan atas total biaya produksi yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Dalam usahatani jamur tiram putih yang termasuk ke dalam biaya tunai meliputi biaya sarana produksi bibit, serbuk kayu, kapur, bekatul, gips, kapas, plastik, karet, minyak tanah, dan tenaga kerja luar keluarga. Suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaaan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara penerimaan dan pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usahatani. Selisih tersebut akan dinamakan pendapatan atas biaya tunai jika penerimaan totalnya dikurangkan dengan pengeluaran tunai. Sedangkan pendapatan total usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan hasil produksi dengan pengeluaran total uasahatani total farm expense. Pengeluaran total usahatani usahatani jamur tiram ini terdiri dari pengeluaran tetap dan pengeluaran variabel Soekarwati, 1986.

6.1. Proses Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih

Proses produksi usahatani jamur tiram putih dimulai dari penyediaan input usahatani yang terdiri dari bibit jamur, media tanam serbuk gergaji, bekatul, kapur, gipsum, tepung kanji dan tepung jagung, sarana pendukung minyak tanah, spritus, kantong plastik, karet, kapas, alkohol, obat – obatan dan tenaga kerja. Bibit jamur tiram putih diperoleh dari petani kelompok tani jamur tiram itu sendiri yaitu untuk petani yang skala usaha 5000 dan 10000 mereka membeli bibit dari Ibu Cucu Komalasari atau Ibu Endjah Hodyah. Adapun alasan mereka adalah karena harga bibitnya lebih murah dibandingkan bibit petani kelompok tani lain. Untuk input lainnya diperoleh dari toko–toko sarana produksi yang ada di sekitar Pasar Bogor dan serbuk gergaji diperoleh dari pabrik–pabrik penggergajian kayu. Jarak antara sumber input dengan petani berbeda–beda sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan pada harga input tersebut. Input tenaga kerja diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Sebagian dari tenaga kerja luar keluarga masih memiliki hubungan keluarga dengan petani jamur tiram putih tersebut, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga umumnya mereka sekaligus sebagai pemilik. Berikut ini adalah tabel tentang rata- rata penggunaan input produksi usahatani jamur tiram putih yang ada di Kecamatan Tamansari. Tabel 13 Penggunaan Input Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Selama Satu Periode 3 bulan Skala Usaha log Rata-rata Input Produksi 5.000 10.000 11.000 12.000 14.000 15.000 21.000 12.571 Bibit Jamur btl 250 400 550 600 700 750 1.050 614,29 Media Tanam : Serbuk gergaji kg 4.000 8.000 8.800 9.600 11.200 12.000 16.800 10.057,14 Bekatul kg 250 500 550 600 700 750 1.050 628,57 Kapur kg 50 180 110 120 140 150 210 137,14 Gipsum kg 50 60 110 120 140 150 210 120,00 Tepung Kanji kg - - 1.375 - - - - 196,43 Serbuk jagung kg - - - - - - 2.625 375,00 Sarana Pendukung : Minyak tanah lt 625 1.250 1.375 1.500 1.750 1.875 2.625 1.571,43 Spritus lt 0,10 0,50 0,22 0,24 0,28 0,30 0,42 0,29 Kantong plastik kg 30 50 66 72 84 90 126 74,00 Karet kg 1,00 2,00 2,20 2,40 2,80 3,00 4,20 2,51 Kapas kg 10 20 22 24 28 30 42 25,14 Cincin buah 5.000 10.000 11.000 12.000 14.000 15.000 21.000 12.571,43 Alkohol lt 1,00 2,00 2,20 2,40 2,80 3,00 4,20 2,51 Pestisida lt 1,00 0,50 2,20 2,40 2,80 3,00 4,20 2,30 Berdasarkan Tabel 13, penggunaan input usahatani jamur tiram putih berbeda–beda tergantung dari penggunaan baglog dan formulasi media. Semakin besar jumlah log yang digunakan untuk budidaya jamur tiram, maka penggunaan inputnya cenderung lebih banyak dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan bibit jamur, media tanam, dan sarana pendukung yang berbeda – beda pada setiap skala penggunaan log. Perbedaan pada penggunaan input disebabkan juga oleh formulasi media yang dipakai oleh masing – masing petani, contoh pada media tanam ada yang menggunakan tambahan tepung kanji dan tepung jagung pada campuran media tanamnya. Pemakaian formulasi media ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh masing–masing petani. Formulasi media ini dapat mempengaruhi tingkat produktivitas, pertimbangan efisiensi dan efektivitas produksi serta biaya bahan baku. Memaksakan penggunaan bahan baku yang mahal dan sulit haruslah dihindari dan formulasi yang cocok adalah murah dan mudah didapat tentunya dengan tetap memperhatikan standar hasil panen.

6.2. Analisis Biaya Usahatani Jamur Tiram Putih