Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 16 – 22 C dengan kelembaban 80 – 90 persen. 12. Pemanenan Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, yaitu cukup besar tetapi belum mekar penuh. Pemanenan biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata–rata 5 – 10 cm. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan untuk mempermudah tataniaganya. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja. Sehingga disamping kebersihannya lebih terjaga, daya simpan jamur pun akan lebih lama.

2.1.3. Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

Menurut soekartawi 1986, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan keuntungan pendapatan dan keuntungan usahatani yaitu : 1. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani. 2. Pendapatan kotor tunai didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. 3. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. 4. Pengeluaran total usahatani didefenisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. 6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Contoh keluaran ini adalah nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit. 7. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani net farm income. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat penggunaan faktor – faktor produksi. 8. Untuk mengukur atau menilai penampilan usahatani kecil adalah dengan penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan, dan penyusutan. 9. Imbalan terhadap tenaga kerja keluarga return to family labor yaitu pendapatan bersih dikurangi bunga modal dan dibagi jumlah HOK. 10. Imbalan kepada seluruh modal return to total capital yaitu pendapatan bersih dikurangi dengan nilai kerja keluarga dan dibagi modal rata – rata petani dikali seratus persen. Menurut Hernanto 1991, bentuk penerimaan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya pendapatan tunai atau proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan yang masuk dapat digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu terhadap yang lainnya. Untuk keperluan analisis pendapatan usahatani diperlukan 4 unsur, yaitu rata–rata inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani, dan penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata–rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal ditambah nilai inventaris akhir dibagi dua. Untuk menilai aset benda pada usahatani dapat dilakukan dengan : harga pembelian, nilai penjualan setelah waktu tertentu, nilai penjualan pada saat pencatatan atau perhitungan, dan harga pembelian dikurangi dengan penyusutan. Penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi: jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah, serta barang yang dikonsumsi. Pengeluaran usahatani adalah semua biaya operasional tanpa memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi : pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan benda inventaris, dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. Dengan memperhatikan pengertian yang telah disebutkan, maka diharapkan dapat dikembangkan analisis terhadap usahatani. Analisis tersebut adalah analisis pendapatan dan analisis RC rasio. Adapun tujuan dari kegiatan usahatani ini adalah untuk mencapai produksi pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang. Nilai tersebut diperoleh setelah mengurangkan atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani yang dimaksud adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah, dan lain – lain yang dibebankan pada proses produksi. Menurut Hernanto 1991 biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas : A. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan, terdiri dari : 1. Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat – alat pertanian, dan bunga pinjaman. 2. Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya : pengeluaran – pengeluaran untuk biaya sarana produksi seperti bibit dan tenaga kerja. B. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari: 1. Biaya tunai , adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. 2. Biaya tidak tunai adalah biaya penyusutan alat – alat pertanian, sewa lahan milik sendiri biaya tetap, dan tenaga kerja dalam keluarga biaya variabel.

2.2. Konsep Tataniaga