Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Pengembangan agroindustri menunjang pengembangan komoditas pertanian andalan utama sebagian besar petani dan mampu memenuhi standar mutu permintaan pasar. Agroindustri memegang peranan penting dalam menopang perekonomian Indonesia, baik dalam penyerapan tenaga kerja, penyediaan bahan baku industri, pembangunan daerah, maupun sebagai sumber perolehan devisa yang berasal dari sektor non- migas. Dalam mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, pembangunan sistem agribisnis ke depan disamping mengembangkan berbagai komoditas yang memiliki keunggulan komparatif perlu didorong untuk mempercepat pendalaman deepening struktur industri baik ke hilir down- stream maupun ke hulu up-stream. Karakteristik khusus produk pertanian primer yang berbeda dari produk non-pertanian adalah sifatnya yang mudah rusak perishable, beragam kualitas dan kuantitas variability, memiliki ukuran yang luas bulky, dengan resiko fluktuasi harga yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan daya saing produk- produk pertanian dengan karakteristik tersebut memerlukan pengembangan industri hilir maupun hulunya. Jika hanya mengandalkan komoditas pertanian primer, Indonesia akan cenderung senantiasa berperan sebagai pene rima harga price taker dalam pasar internasional. Seperti halnya agribisnis berbasis karet alam yang merupakan komoditas pertanian primer memerlukan pendalaman deepening industri hilir dengan mengembangkan industri pengolahan karet lanjutan seperti industri ban. Industri ban merupakan salah satu komoditi agroindustri yang berorientasi ekspor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara. Dibandingkan sektor lain, industri ban termasuk salah satu industri yang paling kokoh saat ini. Hal ini disebabkan pertumbuhan produksi dan penjualan industri ban setiap tahunnya mengalami peningkatan karena cepatnya pertumbuhan industri otomotif dewasa ini. Berikut ditunjukkan pada Tabel 1 perkembangan produksi dan penjualan ekspor ban di Indonesia. Tabel 1. Produksi dan Penjualan Ekspor Ban Indonesia Tahun 1999-2004 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Produksi juta unit 22.1 35.7 37.6 41.4 47.5 54.2 Penjualan ekspor US juta 194.6 197.3 198 274.4 370 455 Sumber : APBI, 2005 Diolah Laju kenaikan perkembangan produksi ban Indonesia periode tahun 1999- 2004 memang cukup menggembirakan. Perkembangan produksi ban Indonesia selama periode tersebut naik secara signifikan. Demikian halnya dengan laju ekspor ban Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan selama periode tahun 1999 sampai tahun 2004. Volumenya sejak 1999 terus meningkat, meskipun selama tiga tahun pertama 1999-2001 tidak tumbuh secara signifikan. Namun, selepas 2001, ekspor ban Indonesia tumbuh cukup berarti Benua Asia merupakan pasar yang menggiurkan perusahaan-perusahaan otomotif dunia. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jumlah penduduk yang besar, dan era perdagangan bebas merangsang para pengusaha otomotif dunia berlomba merebut pasar kawasan ini. Di Indonesia, perebutan pasar ban berlangsung dengan sangat ketat. Produsen ban Bridgestone Jepang, Michelin Perancis, Goodyear, Intirub, dan gajah tunggal terus melakukan inovasi teknologi demi mendekatkan diri dengan konsumen. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, serbuan ban Cina yang harganya jauh lebih murah juga cukup mencemaskan produsen-produsen yang secara tradisional menguasai pasar Indone sia. Berikut ditunjukkan oleh Tabel 2 volume penjualan ban di dalam negeri pada tahun 2004. Tabel 2. Volume Penjua lan Ban Lima Besar di Dalam Negeri, 2004 juta unit PT. Gajah Tunggal PT. Bridgestone PT. Sumi Rubber PT. Industri Karet Deli PT. Mega Sofe Tyre Lain -lain Volume penjualan 13,9 4,6 3,6 1,3 0,7 5,7 Sumber : APBI, 2005 Diolah Kondisi yang mewarnai industri ban saat ini mengindikasikan tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ban Indonesia. Hal ini menjadi faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja dan melahirkan inovasi yang berkualitas serta melahirkan strategi pemasaran yang tepat dalam mengatasi krisis bahan bakar, persaingan industri, dan ketidakpastian kondisi lingkungan usaha. PT. INTIRUB yang merupakan salah satu produsen ban mobil pelopor di Indonesia telah mengalami pasang surut dalam menjalankan usahanya. Melihat kondisi persaingan industri dalam negeri yang semakin ketat dan tingginya harga bahan bakar minyak yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi hingga mencapai 40 persen membawa perubahan pada kondisi lingkungan usaha. Dampak yang mempengaruhi perusahaan adalah menurunnya penjualan ban dalam negeri PT. INTIRUB yang cukup signifikan. Berikut disajikan pada Tabel 3 yaitu volume penjualan ban dalam negeri PT. INTIRUB selama lima tahun terakhir. Tabel 3. Volume Penjualan Ban Dalam Negeri PT. INTIRUB unit 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Volume Penjualan 346 677 405 860 385 196 380 531 314 106 275 501 216 225 Sumber: PT. INTIRUB,2006 Volume penjualan ban untuk pasar dalam negeri PT. INTIRUB meningkat pada tahun 1999 dari 346 677 unit menjadi 405 860 unit pada tahun 2000, akan tetapi setelah tahun 2001 hingga 2005 volume penjualan menurun secara signifikan. Menarik untuk dikaji bagaimana merumuskan strategi pemasaran agar dapat bersaing dengan perusahaan sejenis baik di dalam negeri maupun pasar ekspor dalam upaya meningkatkan pangsa pasar serta faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan kegiatan pemasaran perusahaan.

1.2. Tujuan Penelitian