tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin tinggi pula
kepuasan kerja guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
kepemimpinan kepala sekolah X1 terhadap kepuasan kerja guru Y2 diterima.
d. Hipotesis keempat menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan lingkungan kerja X2 terhadap kepuasan kerja guru Y2. Dari hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien jalur standar
sebesar -0,019 lihat pada tabel 27 dan critical ratio sebesar -0,812 dengan probabilitas sebesar 0,856 p 0,05 yang berarti bahwa
tidak ada pengaruh dan tidak signifikan variabel lingkungan kerja X2 terhadap variabel kepuasan kerja guru Y2. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
semakin tinggi
persepsi guru
tentang lingkungan kerja, maka tidak meningkatkan kepuasan kerja guru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan lingkungan kerja X2
terhadap kepuasan kerja guru Y2 ditolak. e.
Hipotesis kelima menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan profesionalisme guru Y1 terhadap kepuasan kerja guru
Y2. Dari hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien jalur standard
sebesar 0,400 lihat pada tabel 27 dan critical ratio sebesar 2,832
dengan probabilitas sebesar 0,005 p 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh positif dan signifikan variabel profesionalisme guru Y1
terhadap variabel kepuasan kerja guru Y2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme guru maka
semakin tinggi pula kepuasan kerja guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ada pengaruh
positif dan signifikan profesionalisme guru Y1 terhadap kepuasan kerja guru Y2 diterima.
4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh Total
Setelah dilakukan analisis maka diperoleh pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total yaitu sebagai berikut:
Tabel 30. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh Total
Variabel Pengaruh
Langsung Pengaruh
Tidak Langsung
Pengaruh Total
Y1 Y2
Y1 Y2
Y1 Y2
X1 0,322
0,306 0,000
0,129 0,322
0,435 X2
0,155 -0,19
0,000 0,062
0,155 0,043
Y1 0,000
0,400 0,000
0,000 0,000
0,400 Berdasarkan
tabel di
atas, besarnya
pengaruh langsung
kepemimpinan kepala sekolah X1 terhadap profesionalisme guru Y1 adalah sebesar 0,322. Pengaruh langsung profesionalisme guru Y1
terhadap kepuasan kerja guru Y2 adalah sebesar 0,400. Oleh karena itu, pengaruh tidak langsung dari kepemimpinan kepala sekolah X1 ke
profesionalisme guru Y1 kemudian ke kepuasan kerja guru Y2 adalah 0,3220,400 = 0,1288 atau dibulatkan menjadi 0,129. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh secara tidak langsung antara kepemimpinan kepala sekolah X1 terhadap kepuasan kerja guru Y2
melalui profesionalisme guru Y1 yaitu sebesar 0,129. Sementara itu, untuk besarnya total effect dapat diketahui dengan cara menambahkan
besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yaitu 0,306 + 0,129 = 0,435.
Besarnya pengaruh langsung lingkungan kerja X2 terhadap profesionalisme guru Y1 adalah sebesar 0,155. Pengaruh langsung
profesionalisme guru terhadap kepuasan kerja guru adalah sebesar 0,400. Oleh karena itu, pengaruh tidak langsung dari lingkungan kerja X2 ke
profesionalisme guru Y1 kemudian ke kepuasan kerja guru Y2 adalah 0,1550,400 = 0,062. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh tidak
langsung lingkungan kerja X2 terhadap kepuasan kerja guru Y2 melalui profesionalisme guru Y1 yaitu sebesar 0,062. Sementara itu,
untuk besarnya total effect dapat diketahui dengan cara menambahkan besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yaitu -0,019 +
0,062 = 0,043.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan untuk menjelaskan pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah X1 dan lingkungan kerja
X2 terhadap profesionalisme guru Y1 dan kepuasan kerja guru Y2. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu berapa besar koefisien determinasi
R
2
. Koefisien determinasi R
2
menunjukkan besarnya pengaruh X1 dan X2
secara bersama-sama terhadap Y1 sebesar 0,193 yang berarti 19,3 profesionalisme guru Y1 dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala
sekolah X1 dan lingkungan kerja X2, sedangkan 80,7 sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Sementara itu, faktor
kepemimpinan kepala
sekolah X1,
lingkungan kerja
X2, dan
profesionalisme guru Y1 secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja Y2 yaitu sebesar 0,345. Artinya, 34,5 kepuasan kerja Y2 dipengaruhi
oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah X1, lingkungan kerja X2, dan profesionalisme guru Y1, sedangkan 65,5 sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa semakin tinggi persepsi guru
tentang kepemimpinan
kepala sekolah
maka akan
meningkatkan profesionalisme guru. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Mulyono 2008: 143 bahwa perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh
pertimbangan terhadap para guru. Artinya dorongan yang diberikan oleh kepala
sekolah terhadap
guru mampu
memotivasi guru
untuk mengembangkan kemampuannya sehingga profesionalisme guru akan
meningkat pula. Semakin
tinggi persepsi
guru tentang
lingkungan kerja
tidak meningkatkan profesionalisme guru. Hal ini bertentangan dengan pendapat
Alex S Nitisemito 2000: 183 yang menyatakan bahwa lingkungan kerja dapat
mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan
tugas-tugas yang
diembankan. Lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan, artinya baik keadaan fisik maupun non fisik sekolah tidak mengubah semangat guru untuk
mengembangkan kemampuannya. Dalam hal ini, lingkungan kerja hanya sebagai penunjang bagi guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru tidak
memandang bagaimanapun kondisi lingkungan kerjanya, tapi bagaimana kemauan dari dalam diri guru itu sendiri untuk menjadi guru yang
profesional, mampu mencetak peserta didik yang berkualitas, serta bisa meningkatkan mutu sekolah masing-masing.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah maka akan meningkatkan
kepuasan kerja guru. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djumaji Purwoatmodjo 2011, yaitu terdapat pengaruh secara signifikan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja. Kepemimpinan kepala sekolah yang sesuai dengan keinginan guru mampu meningkatkan
kepuasan kerja guru. Artinya, guru akan merasa puas bekerja pada suatu instansisekolah ketika pemimpinnya mampu mendorong dan memotivasi
guru untuk meningkatkan kinerja guru tersebut. Semakin
tinggi persepsi
guru tentang
lingkungan kerja
tidak meningkatkan kepuasan kerja guru. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Evi Dwi Novianti 2013, yaitu terdapat pengaruh positif lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja guru. Menurut Wursanto 2002:
288-289 salah satu kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik yaitu keadaan bangunan yang baik sehingga para pegawai merasa betah