Profesionalitas Guru Profesionalitas Guru

persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” yang mengandung dua unsur. Pertama, unsur keahlian; Kedua, unsur penggilan. Seseorang yang professional harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus menyatu. Ondi dan Aris 2010:111 mengemukakan beberapa ciri profesionalitas sebagai berikut : 1 Profesionalime menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil perfect result sehingga kita dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu. 2 Profesionalime memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaaan. 3 Profesionalime menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai. 4 Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman, seperti harta dan kenikmatan hidup. 5 Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa tidak mudah menjadi seseorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi dikemukakan oleh Tjerk Hooghiemstra dalam Ondi dan Aris 2010:112 bahwa seorang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat kompeten atau memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang mendasari kinerjanya. Lebih lanjut lagi, menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab III Pasal 7 Ayat 1, profesi guru dilaksanakan pada prinsip : 1 Memiliki minat, bakat, panggilan jiwa, dan idealis; 2 Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 3 Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4 Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas; 5 Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6 Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja; 7 Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8 Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan 9 Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru mata pelajaran ekonomi-akuntansi, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi ekonomi-akuntansi serta telah berpengalaman dalam mengajar ekonomi-akuntansi sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru ekonomi-akuntansi dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian.

2.3.3 Pentingnya Guru Profesional

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat diperlukan. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai- pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar kinerja akademik sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai: 1. Designer of intruction perancang pengajaran 2. Manager of intruction pengelola pengajaran 3. Evaluator of student learning penilai prestasi belajar siswa. Hanya dengan seorang guru professional, prestasi belajar seorang siswa dapat tercapai secara maksimal karena apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode maupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran. Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, member rasa aman, nyaman, dan kondusif dalam kelas. Kondisi seperti ini tentu memerlukan ketrampilan dari seorang guru, dan tidak semua guru mampu melakukannya.

2.3.4 Indikator Profesionalitas Guru

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.