131
maka terlebih dahulu ia akan mendiskusikannya di dalam kelompok. Apabila subjek masih mengalami kesulitan, maka guru membantu dengan memberikan pertanyaan
pancingan atau dengan berdiskusi dengan subjek. Sehingga guru tidak mendekte subjek, tetapi guru membimbing subjek untuk berfikir menyelesaikan kesulitannya.
Guru memberikan kesempatan kepada subjek untuk terlibat aktif di dalam pembelajaran.
Subjek diberi
kesempatan untuk
mengutarakan pendapat,
mesharingkan pengalaman, dan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sehingga subjek tidak hanya mendapat info dari guru, tetapi subjek juga belajar dari sesama
subjek. Hal ini sesuai dengan teori menurut Oemar Hamalik. Menurutnya,
penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri,
memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan
berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menajdi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran
menyenangkan bagi siswa. Sehingga terciptalah situasi belajar aktif. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan belajar sedangkan guru lebih banyak membimbing dan
mengarahkan.
132
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang terkait dengan pelaksanaan penelitian maupun hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Aktivitas belajar siswa yang terjadi dalam pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif untuk topik sistem persamaan linear di kelas X-
2 SMA Kanisius Tirtomoyo telah sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, siswa mengalami dan mendapatkan
kesempatan untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan yang berupa rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, dalam bentuk
Tugas Mandiri mengumpulkan barang bekas dan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan hal tersebut termasuk keaktifan dalam berdiskusi.
2. Aktivitas belajar siswa di kelas X-2 SMA Kanisius Tirtomoyo telah memenuhi karakteristik Paradigma Pedagogi Reflektif. Hal tersebut terbukti
dengan adanya aktivitas berikut: a. Guru menyesuaikan nilai kemanusiaan yang akan ditumbuhkan dengan
konteks siswa dan materi pelajaran. Karakteristik ini tampak pada aktivitas subjek yang mengerjakan Lembar Diskusi Kelompok I, aktivitas subjek
yang berkaitan dengan Tugas Mandiri, aktivitas siswa berdiskusi dalam kelompok;
b. Siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran, Karakteristik ini tampak pada aktivitas siswa menata barang bekas secara
berkelompok, aktivitas
siswa mensharingkan
pengalaman saat
mengumpulkan barang bekas, aktivitas siswa bertanggung jawab untuk mengerjakan di depan kelas sedangkan siswa yang lain bertanggung jawab
mengoreksi, aktivitas siswa berdiskusi dalam kelompok; c. Siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai kemanusiaan.
Karakteristik ini tampak pada aktivitas siswa yang mengisi Lembar Refleksi Diri I, II,
dan III; d. Siswa membangun niat atau melakukan aksi untuk mewujudkan nilai
kemanusiaan. Karakteristik ini tampak pada aktivitas siswa yang mengisi Lembar Aksi I, II, dan III;
e. Siswa dievaluasi oleh guru dalam proses belajar sesuai nilai kemanusiaan yang dialami siswa. Karakteristik ini tampak pada aktivitas siswa yang
mengerjakan Lembar Evaluasi kuis I, II, dan III.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1.
Guru sebaiknya melaksanakan kegiatan refleksi dan aksi secara tertulis dan lisan agar ada perenungan sejenak dalam berefleksi. Sehingga guru
pun bisa mengamati sampai sejauh mana siswa bersungguh-sungguh menghayati refleksi dan aksinya.
2. Sebaiknya dalam mengadakan evaluasi kuis diberikan lebih dari satu
soal. Sehingga guru akan lebih mudah meninjau sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi.
3. Penerapan PPR dalam pembelajaran akan lebih baik bila berkaitan dengan
permasalahan di lingkungan sekitar dan dikaitkan dengan materi pembelajaran. Sehingga penanaman nilai kemanusiaan tidak hanya
berkaitan dengan metode namun juga berkaitan dengan materi.