3.4.2. Metode Helgeson dan Birnie
Metode ini biasanya lebih dikenal dengan ranked positional weight system sistem RPW. Langkah pertama adalah membuat diagram membuat diagram
precedence dan matriks precedence. Kemudian dihitung bobot posisional untuk setiap elemen yang didapat dari penjumlahan waktu pengerjaan elemen tersebut
dengan waktu pengerjaan elemen lain yang mengikuti elemen tersebut.
a b
d e
c
6
2 3
4
9
Gambar 3.10. Diagram Precendence untuk Menerangkan Metode RPW
Dari diagram precedence di atas, bobot setiap elemen dapat dihitung sebagai berikut :
a. Untuk elemen a = a + b + c + d + e = 24
b. Untuk elemen b = b + c + e
= 16 c.
Untuk elemen c = c + e = 13
d. Untuk elemen d = d + e
= 11 e.
Untuk elemen e = e = 9
Hubungan precedence juga bisa dibuat dalam bentuk matriks di mana setaip hubungan bernilai –1,0,1. Hubungan precedence yang bernilai +1 , jika
elemen yang mau dihubungkan itu dikerjakan sebelum elemen yang mau dihubungkan dengannya, bernilai –1 jika sebaliknya, dan 0 jika tidak ada
hubungan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Contoh Matriks Precedence Elemen Kerja
a B
c d
e
a 1
1 1
1 b
-1 1
1 c
-1 -1
1 d
-1 1
e -1
-1 -1
-1
Dari matriks precedence, bobot setiap elemen di dapat dari penjumlahan waktu pengerjaan untuk elemen tersebut dengan elemen yang bernilai +1 pada
masing-masing baris. Sebagai contoh diambil elemen b.
Tabel 3.2. Penjumlahan Bobot Elemen B a
b c
d e
Total
b -1
1 1
Positional Weight 3
+ 4
+ 9
16
Terlihat bahwa masing-masing elemen mempunyai bobot dan elemen yang mempunyai bobot yang paling besar menempati rank 1, bobot yang terbesar
berikutnya menempati rank ke-2 dan seterusnya sampai semua elemen didaftar. Apabila ada dua elemen yang bobotnya sama mereka bisa diurut sesuai urutan
mereka di daftar. Penugasan elemen-elemen terhadap stasiun kerja mengikuti langkah
berikut: 1.
Elemen yang mempunyai bobot paling tinggi rank 1 ditempatkan pada stasiun 1.
2. Hitung perbedaan antara elemen a
i
yang telah ditempatkan dan waktu siklus. T = C - a
i
Universitas Sumatera Utara
3. Kemudian dipilih elemen dengan bobot terbesar berikutnya dan dilakukan
pemeriksaan terhadap: a.
Precedence, hanya elemen yang semua pendahulunya sudah ditempatkan boleh bergabung.
b. Waktu pengerjaan di elemen tersebut harus sama atau lebih kecil dari
waktu stasiun yang masih tersedia atau t pada perhitungan no.2 Apabila elemen a dan b telah dipenuhi kemudian elemen tersebut ditempatkan
pada stasiun yang pertama dan teruskan langkah dengan elemen bobot tertinggi berikutnya, kemudian hitung C – a
i
+ a
i+1
dan apabila a
i+2
C – a
i
+ a
i+1
dan precedence nya sudah ditempatkan semua, maka a
i+2
ditempatkan pada stasiun kerja 1. Apabila kondisi a dan b tidak terpenuhi tinggalkan elemen tersebut dan lanjutkan dengan elemen rank berikutnya.
4. Langkah 2 dan 3 diulang sampai tidak ada perbedaan waktu antara jumlah dari
waktu elemen-elemen di stasiun kerja dengan waktu siklus C
i
atau tidak ada kemungkinan untuk menugaskan elemen lagi pada stasiun kerja karena
batasan precedence atau semua waktu dari elemen sisa lebih besar dari waktu stasiun yang tersedia.
5. Stasiun kerja kedua dimulai dengan memilih elemen yang bobotnya paling
besar dari elemen yang belum ditempatkan. 6.
Langkah 2, 3, 4, dan 5 berlanjut sampai semua elemen dikelompokkan dalam stasiun-stasiun kerja.
Perlu diingat di sini bahwa waktu siklus yang dihitung pada lintasan merupakan gambaran dari target dan kenyataannya waktu siklus dalam lintasan
Universitas Sumatera Utara
merupakan waktu stasiun kerja yang paling lama yang mungkin sama atau tidak dengan waktu siklus target.
3.4.3. Metode Kilbridge dan Wester