Hasil Uji Hipotesis Hasi Uji Instrumen Penelitian

d. Uji Parsial t Uji parsial atau uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen Minat pedagang dalam menerangkan variasi variabel dependen Fasilitas Pembiayaan. [1] Hipotesis parsial untuk pelayanan X1 H 01 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada pelayanan terhadap pemamfaatan fasilitas pembiayaan H a1 : terdapat pengaruh yang signifikan pada pelayanan terhadap pemamfaatan fasilitas pembiayaan [2] Hipotesis parsial untuk promosi X2 H 02 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada promosi terhadap pemamfaatan fasilitas pembiayaan H a2 : terdapat pengaruh yang signifikan pada promosi terhadap pemamfaatan fasilitas pembiayaan Hasil uji parsial t ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 4.16 Hasil Uji Parsial t Coefficients a Model Unstandardiz ed Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -7.481 .049 -153.497 .000 VAR PELAYANAN .331 .003 .876 109.949 .000 .646 1.547 VAR PROMOSI .076 .003 .186 23.284 .000 .646 1.547 Sumber : Data Primer Hasil Pengolahan SPSS Tahun 2015 Dari tabel di atas menunjukan bahwa variabel pelayanan X1 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 dengan nilai parsial t 109,949 tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H a1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap fasilitas pembiayaan. Sedangkan variabel promosi X2 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 dengan nilai parsial t positif 23,284 tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H a2 diterima sehingga promosi berpengaruh secara signifikan terhadap fasilitas pembiayaan. 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah

1. Pengertian Pembiayaan

Secara Harfiah, pembiayaan financeing atau mathur bih di artikan sebagai dana rahn , yaitu dana yang di proleh rahin nasabah setelah aplikasi rahn-nya di terima oleh pihak mutahin bank, dengan syarat setelah ada penyerahan makhun jaminan kepada pihak murtahin. Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu didasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibayai mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan atau financing merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, Pembiayaan dalam perbankan syriah atau istilah tekhnisnya aktiva produktif menutut ketentuan BI adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, 16 qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta SWBI Muhammad, 2004: 183. Sedangkan menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12, pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1

a. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Muhammad, 2004: 17: a Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro 1. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk peningkatan ekonomi ummat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. 1 Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, Pasal 1 ayat 12 17 2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha 3. Meningkatkan produktifitas 4. Membuka lapangan kerja baru 5. Terjadi distribusi pendapatan b Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro 1. Upaya memaksimalkan laba 2. Upaya meminimilkan risiko 3. Pendayagunaan sumber ekonomi 4. Penyaluran kelebihan dana Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syariah harus memenuhi 2 aspek, yaitu: a. Aspek Syariah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, Bank Syariah harus tetap berpedoman pada Syariat Islam antara lain tidak mengandung unsur Gharar, maisir dan riba serta bidang usahanya harus halal b. Apek Ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal – hal syariah Bank Syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi Bank Syariah maupun bagi nasabah Bank Syariah. Secara prinsip pembiayaan Bank Syariah harus memenuhi dua aspek, yaitu aspek Syariah dan aspek ekonomi. Artinya selain 18 harus sesuai syariah, Bank Syariah harus tetap memperhitungkan profitabilitas dari usaha yang akan dibiayai, agar menguntungkan bagi bank maupun nasabah Muhammad, 2004: 16.

b. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan memiliki fungsi dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Pembiayan dapat meningkatkan Utility daya Guna dari modal. 2. Pembiayaan dapat menikatkan Utility Daya Guna suatu barang. 3. Pembiayaan dapat meningkatkan Peredaran dan lalu lintas uang. 4. Pembiayaan menigkat gairah usaha masyarakat. 5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi. 6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk meningkatkan pedapatan nasional. 7. Pembiayaan sebagai alat hubung ekonomi internasional.

c. Jenis-jenis Pembiayaan

Pembiayaan memiliki fungsi dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut a. Pembiayaan Prinsip Bagi Hasil Prinsip bagi hasil adalah perjanjian kontraktual antara dua orang atau lebih, yang memperbolehkan mereka untuk menempatkan 19 sumber daya mereka untuk investasikan dalam sebuah proyek untuk berbagi dalam keuntungan dan kerugian. Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al- mudharabah, al- muzara’ah, dan al-musaqah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al- mudharabah.  Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan Syafi’I Antonio, 2001:90  Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut Syafi’I Antonio, 2001:95 20

B. Konseptualisasi Minat Pedagang

1. Pengertian Minat Pedagang

a. Minat

Secara leksikal atau kamus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan hati yg tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. Secara lebih lanjut, supaya bahasan minat ini lebih jelas, akan dipaparkan pengertian minat menurut beberapa ahli di bawah ini yang dikutip dari. Minat adalah keinginan dan perhatian yang mengandung unsur- unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu 2 pengertian minat menurut Muhibbin Syah adalah suatu kecendrungan dan ke gairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu Muhibbin syah, 1999:136 Sedangkan menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto, 2010: 180. Penulis dapat menyimpulakn bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap objek atau suatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Dalam memperhatikan sesuatu yang digemari, seseorang bisa saja memperhatikan secara seksama apa yang ia sangat gemari. Dalam menikmati, seseorang bisa menikmati apa yang ia gemari hingga akhirnya mendapatkan rasa puas. 2 Sudarsono, kamus Filsafat dan psikologi, Jakarta; anggota IKAPI. 1993, h. 156