68
pembelajaran pada siklus I dinyatakan belum berhasil karena belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75.
4.1.1.4 Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan atau pembelajaran siklus I, penerapan metode pemecahan masalah pada materi penjumlahan pecahan belum mencapai hasil sesuai
indikator keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi performansi guru, aktivitas belajar siswa, hasil pengisian angket motivasi belajar, dan perolehan hasil
belajar siswa. 4.1.1.4.1
Refleksi terhadap Performansi Guru Indikator keberhasilan penelitian dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap
performansi guru dalam pembelajaran dengan metode pemecahan masalah. Dari hasil pengamatan oleh observer, nilai performansi guru pada siklus I mencapai 81,59 AB.
Nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 71. Meskipun performansi guru telah mencapai indikator keberhasilan, tetapi masih terdapat beberapa indikator
yang memiliki nilai rendah dalam membuat RPP maupun pelaksanaan pembelajaran. Dalam pembuatan RPP, nilai rendah tersebut yaitu 1 guru belum dapat
mengorganisasikan urutan materi secara sistematis dan induktif, 2 kurang optimal dalam melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topiktema
materi yang akan dipelajari, 3 guru kurang menggunakan media yang menarik bagi siswa.Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru memiliki nilai rendah dalam beberapa
indikator, yaitu 1 guru belum dapat menciptakan iklim kelas yang kondusif, 2 terjadi beberapa penundaan kegiatan dalam pembelajaran dikarenakan guru belum bisa
mengkondisikan kelas dengan baik, 3 mengelola waktu pembelajaran kurang efisien
69
karena pembelajaran selesai melebihi waktu yang telah ditentukan dan guru kurang teliti terhadap waktu saat siswa bekerja kelompok.
4.1.1.4.2 Refleksi terhadap Aktivitas Belajar Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I, selain hasil pengamatan performansi guru juga diperoleh hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa yaitu persentase
aktivitas belajar siswa siklus I mencapai 67,98. Persentase aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
75. Hal ini disebabkan karena selama proses pembelajaran terjadi beberapa kekurangan yang datang dari siswa maupun guru. Kekurangan tersebut antara lain:
1 Aspek aktivitas belajar siswa keseluruhan masih belum mencapai indikator yaitu
perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas baru mencapai 63,24. Dalam proses pembelajaran siswa masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan
guru dan siswa masih banyak yang ribut dan bermain-main sendiri dengan teman sebangkunya, juga masih ada beberapa anak yang jalan-jalan di kelas. Hal ini
dikarenakan siswa yang satu masih suka terpengaruh dengan siswa lain yang suka bermain-main. Di sisi lain guru juga kurang memberikan perhatian secara
menyuluruh kepada semua siswa dan kurang tegas dalam memberikan peringatan. 2
Keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan baru mencapai 69,91. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa malu,
takut salah, enggan untuk bertanya dan mengajukan pertanyaan, dan belum terbiasa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, guru juga kurang maksimal
dalam memberikan arahan bagaimana cara untuk bertanya dan berpendapat dengan baik, memberi motivasi kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dan
menumbuhkan rasa percaya diri, serta sikap menghargai pada diri siswa. Dalam hal
70
ini guru masih belum dapat mengelola dan menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
3 Kerjasama siswa dalam kelompok untuk memecahkan masalah belum mencapai
indikator keberhasilan karena baru mencapai 67,52. Hal ini disebabkan masih banyak siswa yang tidak mau diatur dalam pembagian kelompok, siswa hanya ingin
berkelompok dengan teman yang sudah akrab saja akibatnya siswa kurang aktif dalam kerja kelompok karena tidak dipercaya oleh anggota kelompoknya, siswa
yang pandai mendominasi dalam kerja kelompok, serta enggan untuk saling berbagi ilmu dengan anggota yang lain. Guru belum secara menyeluruh dalam memberikan
bimbingan agar semua anggota kelompok saling bekerjasama. 4
Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja belum mencapai indikator keberhasilan karena baru mencapai 71,27. Hal ini dikarenakan siswa masih malu
dan takut salah ketika mengerjakan soal di depan kelas. Di sisi lain guru juga kurang memotivasi siswa dengan tidak memberikan penghargaan kepada siswa
yang berani maju sehingga siswa lain merasa malas untuk maju mengerjakan soal di depan kelas.
4.1.1.4.3 Refleksi terhadap Motivasi Belajar Siswa
Indikator keberhasilan penelitian juga dapat dilihat dari hasil pengisian angket motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode pemecahan
masalah. Dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa sebelum masuk siklus I diperoleh hasil motivasi belajar mencapai 75,06, hasil tersebut sudah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Setelah selesai siklus I diperoleh hasil yang lebih meningkat yaitu mencapai 75,85. Dari paparan hasil tersebut walaupun
indikator keberhasilan telah terpenuhi namun dalam prosesnya guru masih harus
71
berusaha untuk memotivasi siswa dalam belajar Matematika dan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar.
4.1.1.4.4 Refleksi terhadap Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan metode pemecahan masalah pada materi penjumlahan pecahan belum mencapai hasil sesuai indikator keberhasilan.
Perolehan hasil tes formatif siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas 74,18 dan persentase tuntas belajar klasikal mencapai 65,79. Nilai rata-rata kelas sudah
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70. Namun, persentase tuntas belajar klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu
75. Kekurangan dari hasil belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor
yang datang dari siswa maupun guru. Kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut: 1
Siswa belum terbiasa dengan penerapan metode pemecahan masalah, karena siswa terbiasa hanya menerima pengetahuan langsung dari penjelasan guru, sehingga siswa
merasa malas dan sulit untuk memahami masalah yang diajukan. Guru juga belum secara menyeluruh dalam memberikan motivasi agar semua siswa memahami
permasalahan yang diajukan dengan sebaik-baiknya. Permasalahan yang diajukan guru secara keseluruhan masih menggunakan kata-kata saja, sehingga siswa
membutuhkan waktu lama untuk memahaminya. 2
Pada saat berkelompok, banyak siswa yang belum memahami permasalahan yang diajukan, sehingga mereka mengalami kesulitan saat melakukan penyelidikan untuk
memecahkan permasalahan. Hal ini disebabkan karena guru dalam memberikan penjelasan terlalu tergesa-gesa, penjelasan kurang dapat menjangkau seluruh siswa,
dan kurang interaktif saat membantu siswa mendefinisikan tugas belajar sesuai
72
permasalahan. Siswa yang pandai saja yang bekerja, sehingga siswa yang berkemampuan sedang maupun rendah semakin tidak mengetahui bagaimana cara
memecahkan masalah tersebut dan berdampak pada pemahaman mereka terhadap materi. Dalam hal ini guru kurang maksimal memberikan dorongan agar tiap anggota
kelompok harus saling bekerjasama memecahkan masalah. Proses pembimbingan kepada siswa dalam kerja kelompok juga kurang menyeluruh.
3 Masih banyak siswa yang belum memahami materi dengan baik terutama materi
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama karena perhatian siswa mulai berkurang saat guru memberikan penjelasan jawaban LKS dan pemantapan materi.
Guru juga kurang optimal dan interaktif dalam memberikan penjelasan jawaban LKS dan pemantapan materi tidak menggunakan media, sedangkan materi
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama yang membutuhkan kemampuan lebih bagi siswa untuk mencari KPK maupun pecahan senilai.
4.1.1.5 Revisi