84
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II, dapat diketahui persentase performansi guru sebesar 88,54, aktivitas belajar siswa sebesar 88,80, dan motivasi
belajar siswa sebesar 81,38. Hasil belajar siswa juga menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 80,72 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 77,78. Nilai rata-rata kelas
sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70 dan persentase tuntas belajar klasikal juga sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu
75. Hal ini sudah menunujukkan bahwa pembelajaran pada siklus II sudah berhasil. Berdasarkan peningkatan dan keberhasilan pembelajaran dengan metode pemecahan
masalah pada siklus II mengenai performansi guru, aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar siswa maka tidak perlu dilakukan perbaikan tindakan
melalui pelaksanaan tindakan siklus III.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti meliputi data performansi guru, aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk pembahasan dalam penelitian ini. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi pemaknaan temuan penelitian dan implikasi hasil penelitian.
Pembahasan dalam penelitian ini dapat diuraiakan sebagai berikut:
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II menggunakan metode pemecahan masalah pada materi pecahan, terbukti bahwa penelitian sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan peneliti, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut dilihat dari tercapainya seluruh indikator keberhasilan yang telah
85
ditetapkan peneliti baik dari performansi guru, aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar siswa.
Penggunaan metode pemecahan masalah ternyata dari awal sudah dapat terbukti untuk meningkatkan performansi guru sejak pertemuan pertama siklus I, terbukti dalam
penilaian menggunakan APKG nilai yang diperoleh 81,59 dengan kriteria AB kemudian pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 88,54 dengan kriteria A. hal tersebut
dikarenakan guru dalam pembelajaran sudah berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa dalam memecahkan masalah. Guru juga menjelaskan materi
dengan menggunakan media yang dapat menjadikan siswa lebih memahami materi. Namun dalam pengkodisian kelas guru masih belum dapat mengkondisikan siswa
dengan kondusif dan belum memanfaatkan waktu secara efisien, sehingga masih dibantu oleh guru mitra dalam pengkodisian siswanya. Guru mitra di sini bertugas sebagai
penilai untuk menentukan tingkat keberhasilan performansi guru selama pembelajaran dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan sesuai APKG.Seperti yang
diungkapkan Sanjaya dalam Ismail 2009, bahwa kinerja atau performansi guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran, dan penilaian hasil
belajar. Penilaian ini membuat guru mitra dalam hal ini peneliti berusaha untuk meningkatkan performansi guru selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terbukti
pada perolehan nilai pada siklus II yang meningkat dan memperoleh nilai A, sesuai dengan patokan penilaian APKG Pusat Pengembangan PPL, 2011: 12.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pemecahan masalah juga terlihat dari meningkatnya persentase aktivitas belajar siswa pada siklus 2.
Pada siklus II semua aspek aktivitas siswa yang diamati meningkat dari siklus I yaitu dari 67,98 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi 88,80 dengan kriteria sangat
86
tinggi. Seperti yang diungkapkan Yusfi 2011 bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan- kegiatan siswa yang menunjang hasil belajar, dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa salah satunya yaitu siswa bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan soal. Dalam berkelompok tersebut siswa dilatih untuk bekerjasama dalam
memecahkan soal dengan teman sekelompoknya, kegiatan tersebut dapat menjadikan siswa mempunyai keterampilan dan dapat memunculkan siswa berpikir kreatif dalam
memecahkan masalah. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan metode pemecahan
masalah pada materi Pecahan, menjadikan siswa termotivasi untuk mempelajari sesuatu. Perolehan hasil angket motivasi pra-tindakan diperoleh sebesar 75,06 kemudian pada
siklus I meningkat menjadi 75,85. Dari pra-tindakan sebelum menggunakan metode pemecahan masalah motivasi belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan dan
lebin meningkat lagi ketika guru menerapkan metode pemecahan masalah. Peningkatan juga terlihat pada siklus II yaitu sebesar 80,51. Adanya motivasi yang tinggi dalam
mempelajari sesuatu, akan berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar siswa yang tinggi pula. Dengan penerapan metode pemecahan masalah siswa dilatih untuk dapat
berpikir kreatif dan membangun pengetahuannya sendiri. Adanya metode pemecahan masalah tersebut siswa dapat menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
dan dapat termotivasi untuk memecahkan masalah terhadap soal-soal, ketertarikan tersebut ditandai dengan siswa selalu bertanya dan berani untuk mengerjakan soal-soal
di depan kelas. Seperti indikator motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman 2011: 83 yaitu salah satunya adalah menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah dan
senang mencari dan memcahkan soal-soal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom, bahwa motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar. Jika seseorang belajar
87
dengan motivasi yang tinggi, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik Anni dkk 2007: 13-4.
Metode pemecahan masalah juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dengan meningkatnya nilai rata-rata yang telah mencapai indikator keberhasilan
pada setiap siklus dan persentase tuntas belajar klasikalyang meningkat dari siklus I sebesar 65,79 dengan rata-rata nilai mencapai 74,34 menjadi 77,78 dengan nilai
rata-rata 80,72 pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sebagaimana dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh si pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Anni dkk 2006: 5. Dengan penerapan metode pemecahan masalah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Kondisi pembelajaran Matematika dengan menerapkan metode pemecahan
masalah pada materi Pecahan, memberikan dampak positif terhadap performansi guru, aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Dampak positif
tersebut terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan performansi guru, aktivitas belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa
di kelas IV SD Negeri Gumayun 01 Kabupaten Tegal.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian