b. Growth --- Stage II
Fase kedua disini adalah fase yang menggambarkan kondisi perusahaan yang telah mampu mencapai tahapan
“diterima” dimasyarakat. Pada fase ini penjualan dan laba yang dihasilkan perusahaan dikatakan meningkat hasil dari promosi dan
pengenalan yang dilakukan perusahaan pada tahap sebelumnya, oleh karenanya perusahaan mengurangi tingkat agresifitas promosi
pada tahap ini. Walaupun pendapatan yang dihasilkan perusahaan meningkat, fase growth juga ditandai dengan munculnya
persaingan akibat dari perusahaan yang telah berhasil memasuki lingkungan pasar. Pada fase ini, investasi haruslah dioptimalkan
perusahaan seperti penyerapan modal ataupun alokasi investasi perusahaan.
c. Expansion --- Stage III
Pada tahap ketiga disini ditandai oleh, keuntungan yang diperoleh perusahaan tetap berlanjut tinggi tapi dengan tingkat
yang semakin berkurang tidak sepesat fase growth. Perusahaan dihadapkan pada fase dimana pertumbuhan industri mengalami
persaingan modal yang sangat ketat.
d. Maturity --- Stage IV
Tahap ini adalah tahap kedewasaan yang dialami perusahaan yang ditandai oleh semakin ketatnya persaingan harga
dan produksi didalam industri. Pada tahap ini promosi mulai kembali ditingkatkan, inovasi-inovasi, dan plus value mulai
menjadi senjata perusahaan untuk mendapatkan pasar dan eksistensi terhadap pesaing-pesaingnya. Fase ini terjadi ketika
pertumbuham penjualan perusahaan tumbuh berimbang dengan pertumbuhan ekonomi yang secara jangka panjang diukur oleh
fluktuasi pertumbuhan Gross Domestic Product GDP. e.
Decline --- Stage V Fase ini dinamakn fase kemunduran yang dialami
perusahaan yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan pertumbuhan industri yang lambat atau menurun. Akibatnya
pesaing pun mulai berkurang akibat terjadinya resesi industri. Permintaan yang terus menurun menjadi kendala dan dorongan
bagi perusahaan untuk melakukan peremajaan barang jasa industri karena inovasi dan promosi yang ternyata tidak
mempunyai dampak yang positif bagi pendapatan yang diperoleh perusahaan. Akibatnya perusahaan terpaksa memangkas sektor-
sektor biaya yang tidak produktif.
Grafik 2.1 Industry Life Cycle
3. Company Analys Analisis Perusahaan
Selanjutnya, analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari
perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.
23
Hal yang demikian adalah ekspektasi-ekspektasi yang diharapkan investor dalam melakukan
investasi pada sektor saham. Ekspektasi tersebut merupakan jawaban dari bagaimana prospek suatu perusahaan dalam kelompok industrinya di
masa yang akan datang. Untuk itu menentukan ukuran return harapan perusahaan terhadap industri kelompoknya menjadi suatu hal yang perlu
untuk dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return harapan tersebut, investor akan dapat menentukan peluang investasi pada saham-saham
perusahaan yang punya prospek terbaik.
23
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h. 353
In d u stry Li fe C ycl e
sales
Stage I Development
Stage II Stage III
Stage IV Stage V
Growth Expansion
Maturity Decline
T ime
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi rasio dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibandingkan dengan alternatif informasi lainnya.
Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi
perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya.
24
Dari keterangan tersebut rasio laporan keuangan mempunyai pengertian
sebagai alat untuk menggambarkan hubungan sistematis antara satu item dengan item lain yang biasanya dinyatakan dalam presentase dan
mengungkapkan hubungan penting yang menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan
mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.
25
Dalam analisis rasio keuangan tersebut terdapat lima kelompok instrumen rasio,
yaitu a rasio likuiditas liquidity ratios b rasio aktivitas activity ratios c rasio rentabilitas profitability ratios d rasio solvabilitas
solvability ratios.
26
24
Ibid., h. 364
25
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h.118.
26
Indonesia Stock Exchange, Analisa Keuangan Perusahaan, Sekolah Pasar Modal Level 2, hal. 32
a. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio
Rasio likuiditas suatu perusahaan adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera harus dibayar.
27
Alat-alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aktiva yang bersifat lancar. Rasio likuiditas
pada umumnya dihitung menggunakan current ratio yang merupakan rasio perbandingan antara aset lancar current assets dan kewajiban
lancar current liabilities yang dimiliki perusahaan.
Rumus 2.1
urrent atio
Namun, pada prakteknya besaran presentase perbandingan Current Assets tidak selalu berarti semakin besar semakin baik,
Current Assets mempunyai batas atas Rule of Thumb yaitu 200 dan juga batas minimum bawah antara 100
28
tergantung peraturan pemerintah. Jika nilai rasio likuiditas perusahaan kurang dari 100
maka dapat dikatakan, perusahaan mempunyai kewajiban jangka pendek yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar yang
dimiliki. Sedangkan jika perusahaan mempunyai presentase rasio
27
Ibid, hal 33
28
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Yogyakarta: Andi, 2005, h. 54