Kurs Rupiah Analisis Makro Ekonomi

yaitu pada Rp 12.250 tiap satu Dollar Amerika. Melambungnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan imbas dari krisis global dan lebih lanjut akan mengakibatkan ketidakstabilan makro ekonomi Indonesia. Pada periode menguatnya nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika 2010-2011 merupakan berita positif bagi Bursa Efek Indonesia dan momentum Investasi karena menguatnya Rupiah menyebabkan penurunan biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya produksi begitu pun sebaliknya pada periode 2011-2013. Dengan ini dapat disimpulkan pengaruh kondisi makro ekonomi Indonesia diatas terhadap capital market adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Makro Ekonomi 2010-2013 No. Variabel Makro Ekonomi Hasil Implikasi Kondisi Makro Ekonomi Profitabilitas Perusahaan Harga Saham Perusahaan

1. Gross

Domestic Product Menurun Sinyal Negatif untuk Investasi Menurun Menurun

2. Tingkat Inflasi

Meningkat Sinyal Negatif untuk Investasi Menurun Menurun 3. BI Rate Meningkat Sinyal Negatif untuk Investasi Menurun Menurun

4. Kurs Rupiah

Melemah Sinyal Negatif untuk Investasi Menurun Menurun Sumber: diolah Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia mengalami fluktuasi yang cenderung memberikan sinyal yang negatif untuk investasi pada sektor pasar modal pada periode 2010-2013. Fluktuasi tersebut sebetulnya positif hingga tahun 2012 atau setidaknya pertengahan tahun 2013 Juli. Dapat dikatakan demikian karena keempat variabel makro ekonomi yang penulis gunakan untuk mengukur kondisi makro ekonomi Indonesia terhadap investasi di pasar modal memberikan sinyal positif pada tahun periode 2010-2012. Gross Domestic Product Indonesia yang tumbuh pada kisaran 30 milyar, tingkat inflasi yang stabil pada batasan kurang dari 5, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang cenderung memberikan trend menguat dan BI Rate yang menurun dari 6.50 ke 5.75 pada periode 2010-2012 alasannya. Keempat alasan tersebut adalah indikasi yang memberikan sinyal positif untuk dilakukannya investasi ke sektor pasar modal karena indikasi-indikasi tersebut juga mengindikasikan harga saham perusahaan dan profitabilitas perusahaan meningkat. Namun pada tahun 2013, kondisi perekonomian makro Indonesia mengalami guncangan yang hebat dan merubah pertumbuhan selama periode tahun 2010-2012 ke sebuah titik penurunan yang mundur. Akibatnya, kondisi makro perekonomian Indonesia menjadi labil dan negatif yang juga berdampak pada profitabilitas perusahaan dan tentunya akan juga mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Indonesia.

2. Analisis Industri

Pada fokus penelitian yang telah penulis konsentrasikan, ketiga objek dari penelitian yaitu saham perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar mempunyai kelompok Industri yang berbeda. PT Astra Internasional Tbk, yang merupakan saham perusahaan dengan kelompok saham kelompok industri manufaktur dalam sektor aneka industri dan subsektor otomotif dan komponennya. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang merupakan kelompok saham dengan golongan saham Industri Jasa dengan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan subsektor telekomunikasi. Lalu PT Unilever Indonesia Tbk, yang merupakan kelompok saham golongan industri manufaktur dengan kelompok saham sektor industri barang konsumsi dengan subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga. a. Analisis Industri Otomotif Secara keseluruhan industri otomotif di Indonesia telah memasuki fase expansion dan mengarah ke fase maturity. Dimana