83
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Menurut Kemmis dalam Wina Sanjaya 2009:24, penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran
praktik sosial mereka. Suharsimi 2006:17 mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan
tindakan adalah guru mata pelajaran pembuatan pola itu sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah
peneliti bukan seorang guru yang sedang melakukan tindakan. Oleh karena itu, dijelaskan oleh Pardjono, dkk 2007:10 bahwa dalam PTK peneliti harus
berkolaborator dengan guru, sehingga peneliti dan guru melakukan tindakan sampai pada tahap analisis dan refleksi.
Menurut Suharsimi 2006:16 dalam penelitian tindakan kelas ada 3 pengertian yang dapat diterangkan, yaitu :
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. 3.
Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud kelas adalah
84 sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
Ciri khusus dari penelitian tindakan kelas PTK adalah adanya tindakan action yang nyata, tindakan itu dilakukan pada situasi alami bukan dalam
laboratorium dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Ciri khas lainnya dari penelitian tindakan kelas, yaitu : 1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. 2. Hal yang dipermasalahkan bukan dari hasil kajian teoritis atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
3. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
4. Adanya kolaborasi kerja sama antara praktisi guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain dan penelitian dalam pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan
keputusan yang
akhirnya melahirkan
persamaan tindakan action. Suharsimi Arikunto, 2008:65
Tujuan penelitian tindakan kelas PTK, antara lain: 1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. 2. Membentu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. 3. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan sustainable. Suharsimi Arikunto, 2008:61
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian menurut pendapat Suharsimi Arikunto dengan model Kemmis dan Mc Taggart yang
mencakup empat komponen penelitian, yaitu perencanaan, tindakan,
85 pengamatan, dan refleksi. Proses tindakan dalam penelitian ini digambarkan
dengan alur bagan penelitian sebagai berikut:
Gambar 8. Tahapan PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Suharsimi Arikunto, 2006:16
Komponen-komponen yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto 2006:17-22 yang mengadopsi dari Kemmis
dan Mc Taggart adalah sebagai berikut: 1. Tahap 1 yaitu menyusun rancangan tindakan yang dikenal dengan
perencanaan. Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2. Tahap 2 yaitu pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan mengenai tindakan kelas.
86 3. Tahap 3 yaitu pengamatan atau observasi yaitu pengamatan terhadap
pelaksanaan. 4. Tahap 4 yaitu refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang telah terjadi.
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke 1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya
berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksana juga pengamat, mungkin pengamatan
dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan satu siklus dengan satu kali pertemuan. Apabila sudah berhasil maka dapat dimantapkan kembali hasilnya, namun
jika belum berhasil, dilakukan perencanaan siklus kedua dan seterusnya.
B. Setting Penelitian