2 Melakukan penataan secara gradual karena berdampak langsung terhadap karir dan jabatan;
3 Evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN; 4 Pembentukan Unit Layanan Pengadaan ULP yang mandiri.
G. Penguatan Tata Laksana
Kejelasan proses bisnistatakerjatatalaksana dalam instansi pemerintah juga sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal
yang seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tatalaksana yang
baik. Hal ini kemudian mendorong terciptanya perilaku hirarkis, dan kurang kreatif pada birokrataparatur. Karena itu, perubahan pada
system tata laksana sangat diperlukan dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan, sekaligus juga untuk
mengubah mental aparatur.
Langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu: 1. Perluasan
penerapan e-government
yang terintegrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sistem pelaporan;
2. Melaksanakan Penyusunan Grand Design Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK Tahun 2015-2019;
3. Penerapan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan; 4. Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik;
5. Penerapan sistem kearsipan yang handal; 6. Penyusunan Tata Hubungan Kerja antara Pusat, UPT dan daerah.
H. Pengawasan
Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi, salah satu penyebabnya adalah lemahnya sistem pengawasan. Kelemahan sistem
pengawasan mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah
menjadi sebuah kebiasaan. Karena itu perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau penguatan
sistem pengawasan, yaitu dengan :
1. Pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat menuju WBKWBBM;
2. Pelaksanaan pengendalian Gratifikasi; Hal-hal yang akan dilaksanakan KLHK selama periode 2015-2019 adalah:
1. Monitoring dan evaluasi atas penanganan gratifikasi; 2. Penguatan Penyelenggaraan SPIP Kementerian LHK melalui:
a. Penyusunan peraturan tentang penyelenggaraan SPIP oleh satuan kerja;
b. Penyusunan desain penyelenggaraan SPIP oleh satuan kerja; c. Pembinaan penyelenggaraan SPIP oleh unit eselon I;
d. Penilaian mandiri penyelenggaraan SPIP oleh Inspektorat Jenderal.
3. Monitoring dan evaluasi atas pengaduan masyarakat dan whistle blowing system
4. Sosialisasi penanganan benturan kepentingan 5. Pengusulan satker berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi WBK
BAB VI STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM
REFORMASI BIROKRASI A.
Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:
1. Nasional
Pada tingkat nasional, pelaksanaan reformasi birokrasi di bagi ke dalam tingkat pelaksanaan:
a. Makro Mencakup perumusan atau penyempurnaan kebijakan yang
menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi secara nasional
b. Meso Mencakup manajemen pelaksanaan reformasi birokrasi, yang
mendorong perumusan
kebijakan-kebijakan inovatif,
menerjemahkan kebijakan makro dalam implementasinya dan mengkoordinasikan mendorong dan mengawal pelaksanaan
reformasi birokrasi di tingkat kementerian.
2. Instansional
Disebut juga tingkat pelaksanaan mikro, mencakup implementasi kebijakanprogram reformasi birokrasi sebagaimana digariskan
secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing Kementerian.
B. Program-program tingkat mikro
Program-program reformasi birokrasi,baik dalam tingkatan Makro, Meso, maupun Mikro adalah sebagai berikut:
Tabel.Program-program Reformasi Birokrasi
No Program-program
Pada Tingkatan Makro
Program-program Pada
Tingkatan Meso Program-program
Pada Tingkatan Mikro
1 Revolusi Mental
Aparatur Manajemen
Perubahan Manajemen
Perubahan 2
Penguatan Sistem Pengawasan
Monitoring, Evaluasi, dan
Pelaporan Penguatan Sistem
Pengawasan 3
Penguatan Akuntabilitas
Kinerja 1. Peningkatan
kualitas penyelenggaraan
SAKIP
2. Penyempurnaan pedoman, petunjuk,
dan prosedur 1. Peningkatan proses
penyelnggaraan SAKIP
2. Peningkatan kualitas hasil AKIP
3. Penyempurnaan pedomanpetunjuk