katsuyoukei pada adjektiva keiyoushi dalam bahasa Jepang? 2.
Bagaimanakah akibat yang ditimbulkan dari pembentukan kata gokeisei dan perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva-ikata sifat-i i-keiyoushi
dalam sebuah kata bahasa Jepang? 3.
Bagaimanakah akibat yang ditimbulkan dari pembentukan kata gokeisei dan perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva-nakata sifat-na na-keiyoushi
dalam sebuah kata bahasa Jepang?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini antara lain :
1. Mendeskripsikan dan memperoleh hasil penelitian dari proses pembentukan
kata gokeisei dan perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva keiyoushi dalam bahasa Jepang.
2. Mendeskripsikan dan memperoleh hasil penelitian dari akibat yang
ditimbulkan dari pembentukan kata gokeisei dan perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva-ikata sifat-i i-keiyoushi dalam sebuah kata
bahasa Jepang.
3. Mendeskripsikan dan memperoleh hasil penelitian dari akibat yang
ditimbulkan dari perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva-nakata sifat- na na-keiyoushi dalam sebuah kata bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang sudah dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1.4.2.1. Manfaat Teoritis :
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai pembentukan kata gokeisei dan
perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektivakata sifat keiyoushi dalam kajian morfologi bahasa Jepang.
2. Dapat menjadi sumber data bagi penelitian yang berhubungan dengan bidang
kajian linguistik bahasa Jepang.
1.4.2.2. Manfaat Praktis
1. Dapat menjadi suatu sumber pengetahuan bagi masyarakat mengenai ilmu
bahasa Jepang. 2.
Dapat menjadi sumber data dan pengetahuan khususnya bagi para pembelajar bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian Morfologi
Kajian morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya, bentuk bahasanya, pengaruh perubahan bentuk
bahasa pada fungsi dan arti kata, serta mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Istilah morfologi dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan keitairon dan morfem disebut keitaiso. Morfem keitaiso merupakan satuan bahasa terkecil yang
memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih Dalam konsep ini morfologi dilihat sebagai studi yang mempermasalahkan
struktur kata. Dengan berkembangnya aliran strukturalis dan generatif doktrin pemisahan tataran dalam analisis memudar dan selanjutnya berkembang ke arah
doktrin keterkaitan tataran pada suatu fokus analisis yang dinyatakan oleh Katamba 1993: 3-16. Dengan demikian analisis morfologis yang dikaitkan dengan aspek-
aspek linguistik lain seperti fonologi, sintaksis dan semantik akan memungkinkan kajian fenomena morfologis yang lebih komprehensip. Tambahan lagi menurut
Katamba 1993:19 menyatakan bahwa Morfologi adalah suatu study of word structure
Universitas Sumatera Utara
kecil lagi. Koizumi 1993:89 menyatakan’keitairon wa gokei no bunseki ga chuusin to naru’ morfologi adalah satu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata.
Karena itu tentu saja selalu terkait dengan kata dan terutama sekali dengan morfem. Batasan dan ruang lingkup morfologi dalam bahasa Jepang yaitu kata tango,
morfem keitaiso dan jenisnya, alomorf ikeitai, pembentukan kata gokeisei, imbuhan setsuji, perubahan bentuk kata katsuyoukei, dan sebagainya.
2.1.2. Morfem Bahasa Jepang Keitaisou
Salah satu objek yang dipelajari dalam morfologi yaitu morfem. Menurut Akmajian dkk 1984:58 dalam Ba’dulu dan Herman 2005:7 menyatakan bahwa
morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat
dikenal. Istilah morfem dalam bahasa Jepang disebut keitaisou 形態素 . Menurut
Sutedi 2003:41 bahwa morfem keitaisou adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi dalam satuan makna yang lebih kecil
lagi dan juga menegaskan akan morfem bahasa Jepang dengan mengatakan bahwa salah satu keistimewaan morfem bahasa Jepang, yaitu lebih banyak morfem
terikatnya dibanding dengan morfem bebasnya. Koizumi 1993:90 juga mengungkapkan pengertian dari morfem adalah
satuan bahasa terkecil yang masih mempunyai makna. Satuan bahasa terkecil disini
Universitas Sumatera Utara
merupakan adanya pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan melalui proses fonemis.
Pengertian morfem dinyatakan oleh Cahyono 1995:140 bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil dan maknanya tidak dapat
dibagi atas bagian bernakna yang lebih kecil. Dalam bahasa Jepang juga demikian. Misalnya kata ’daigaku’ universitas yang terdiri dari dua satuan yaitu ’dai’
dan ’gaku’. Kedua satuan tersebut tidak dapat dipecahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil yang mengandung makna dan arti. Satuan terkecil dari ’dai’ yang secara
leksikal bermakna’besar’ dan kata ’gaku’ yang secara leksikal bermakna ’belajar atau ilmu’ yang masing-masing merupakan satu morfem, sehingga kata ’daigaku’ terdiri
atas dua morfem.
Klasifikasi Morfem
Morfem dapat diklasifikasikan atau digolongkan. Akmajian dkk 1984:58 mengemukakan klasifikasi morfem sebagai berikut :
1. Morfem Bebas, yang terdiri dari kata penuh dan kata fungsi.
2. Morfem Terikat, yang terdiri atas afiks pengimubahan dan pangkal terkat,
Afiks terbagi atas : prefiks awalan dan sufiks akhiran Perhatikan contoh berikut ini :
1 Tanya : kore wa nan desuka? 『これはなんですか。』 Apakah ini?
Jawab : hako 箱 atau「ハコ」 kotak 2
Tanya : kore wa nan desuka? 『これはなんですか。』 Apakah ini?
Universitas Sumatera Utara
Jawab : haribako (針箱)atau『ハリバコ』 kotak jarum Pada contoh 1 diatas terdapat kata “hako” kotak yang merupakan kata
yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Sedangkan pada contoh 2 terdapat kata “haribako” kotak jarum yang merupakan kata yang berasal dari penggabungan
kata “hari” jarum yang merupakan morfem bebas yang juga dapat berdiri sendiri serta mempunyai arti sendiri, dan kata “hako” kotak. Kata “hako” 『ハコ 』
berubah menjadi bako『バコ』karena perubahan alomorf pada bentuk pengucapan katanya. Itu mengenai morfem perubahan alomorf pada “hako”『ハコ』 berubah
menjadi bako『バコ』, kata “hako”『ハコ』dapat digunakan berdiri sendiri, seperti dalam pembentukan ucapan. Ucapan adalah merupakan kesinambungan dari suara
yang mengalir keluar dari dan setelah mulut terbuka sampai tertutup lagi. Tetapi pada bagian bako 『バコ』harus ada morfem lain sebelumnya, dan itu dimunculkan
dalam bentuk morfem terikat pada kata haribako『ハリバコ』. Contoh lainnya seperti boorubaku(ボール箱)yang artinya “kotak bola” yang merupakan bagian
dari bentuk “hako” 箱 atau 「ハコ」. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
pengucapannya dapat berdiri sendiri, dan tidak dapat dikacaukan, morfem terbagi atas 2 bentuk bahagian yang besar yaitu : 1 Morfem bebas (Jiyuukeitai, 自由形
態): morfem yang pengucapannya dapat berdiri sendiri. Dan 2 Morfem terikat
Universitas Sumatera Utara
Ketsugoukeitai, 結合形態 : morfem yang pengucapannya tidak dapat berdiri sendiri, dan morfem ini selalu terikat dengan morfem yang lain.
Hal ini juga dikemukakan oleh Koizumi 1993:93 yang membagi morfem bahasa Jepang berdasarkan bentuknya menjadi dua bahagian :
1. Bentuk bebas Jiyuukei, 自由形 : morfem yang dilafalkan diucapkan secara
tunggalberdiri sendiri. 2.
Bentuk terikat Ketsugoukei, 結合形 : morfem yang biasanya digunakan dengan cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara tunggal
berdiri sendiri. Koizumi 1993:95 juga menggolongkan morfem berdasarkan isinya menjadi
dua yaitu : 1.
Akar kata gokan, 語幹 : morfem yang memiliki arti yang terpisah satu per
satu dan kongkrit. 2.
Afiksasi setsuji, 接辞 : morfem yang menunjukkan hubungan gramatikal.
Sutedi 2003:44 - 45 berpendapat, dalam bahasa Jepang, selain terdapat morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi menjadi dua,
yaitu morfem isi dan morfem fungsi. Morfem isi naiyoukeitaiso, 内容形態素 adalah
morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan akar kata gokan dari verba atau adjektiva, sedangkan morfem fungsi kinoukeitaiso,
機能形
Universitas Sumatera Utara
態素 adalah morfem yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi
dari verba atau adjektiva, kopula dan morfem pengekpresi kala jiseikeitiso, 時制形 態素.
Dari kedua tipe diatas, selanjutnya dapat dibagi jenisnya menurut konsfigurasi bahasa Jepang :
a hanya morfem bebas : yama 山 = gunung
b
morfem bebas + morfem terikat : shiroi 白い = putih shiro -- i [ シ ロ .イ]
c morfem terikat + morfem terikat : kaite 書いて = menulis kai – te
[カイ.テ] d
morfem bebas + morfem bebas : yamamichi 山道 = jalan gunung yama – michi [ヤマ.ミチ] merupakan kata majemuk fukugo, 複合
Pada bagian a pada kata “yama” ヤマ yang berarti ‘gunung’ merupakan penjelasan mengenai morfem bebas. Morfem ini dapat berdiri sendiri dan memiliki
arti sendiri. Pada bagian b pada kata “shiro” 『 白 』 dari shiroi 「 白 い 」 yaitu merupakan morfem bebas karena dapat digunakan berdiri sendiri, Pada kata shiro
「 白 yaitu i イ pada akhiran yang mengikutinya adalah akhiran yang
menunjukkan suatu pekerjaan dari adjektiva-i i-keiyoushi, dan selalu memerlukan
morfem yang mendahuluinya. Jadi i イ ini disebut morfem terikat.
Universitas Sumatera Utara
Pada bagian c pada kata kaite 「書いて」 pada kai「カイ」dari yaitu seperti pada kaite「カイテ」dan kaita「カイタ」, muncul bentuk terikat pada kata
kerja bantu kata sambung te 「 テ 」 dan ta 「 タ 」 dan tidak pernah muncul
pengucapan yang pemisahannya hanya dengan kata kai「カイ」, serta tidak ada pada bagian akar kata, dan kai「カイ」 ini merupakan morfem terikat. Pada kata
「 テ 」 te dan 「 タ 」 ta adalah elemen yang ditambahkan pada bentuk kata
sambung dari partikel, ini juga merupakan morfem terikat. Pada bagian d morfem bebas dari kata dan disebut kata majemuk yang
mengikat morfem bebas yang setara. Masing-masing morfem bebas itu berdiri sendiri dan memiliki arti tersendiri bergabung dan membentuk kata dan arti yang baru. Pada
kata yama「ヤマ」yang memiliki arti ‘gunung’ jika ditambahkan kata michi「ミ チ」yang memiliki arti ‘jalan’ jika digabungkan menjadi yamamichi (山道)atau
「ヤマミチ」yang artinya menjadi ’jalan pegunungan’. Dalam bahasa Jepang kata majemuk kebanyakan dibentuk akibat dari penggabungan dari dua atau lebih dari
huruf kanji. Huruf kanji juga dapat dikatakan satu morfem bebas yang berdiri sendiri dan memiliki arti sendiri.
Tsujimura 1996:141-142, dalam tulisannya yang berjudul An Introduction to Japanese Linguistics, Morfem derivasional adalah morfem terikat yang dapat
mengubah makna dan atau kategori kata yang dilekatinya. Misalnya, morfem [す-, su- telanjang] dilekatkan pada kata benda nomina [あし, ashi kaki] menjadi [す
Universitas Sumatera Utara
あし, suashi kaki telanjang]. Morfem [す-, su-] tidak mengubah identitas kata yang dibentuknya, namun mengubah makna kata tersebut. Sementara itu, morfem
infleksional tidak membuat suatu kata baru yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh morfem derivasional. Misalnya dalam bahasa Jepang terdapat morfem yang
menunjukkan kalimat bukan lampau biasanya ditandai dengan morfem [-る, -ru] dan kalimat lampau ditandai dengan morfem [-た, -ta].
2.1.3. Kata Bahasa Jepang Tango
Konsep morfem tidak dikenal oleh para tata bahasawan tradisional, yang selalu ada dalam tata bahasa tradisional adalah satuan lingual yang disebut kata. Apa
yang disebut kata ini, adalah satuan bebas terkecil a minimal free form. Penelitian dalam bidang kebahasaan atau linguistik akan selalu membahas
mengenai kata. Banyak ahli linguistik meneliti mengenai kata dan didefenisikan menurut bentuknya, jenisnya dan sebagainya. Verhaar 2001:97 mengatakan bahwa
kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan
dari bentuk - bentuk bebas lainnya di depannya dan dibelakangnya dalam tuturan. Selain itu Keraf 1984:53 menyatakan adanya perubahan pemakaian kata makna
untuk pengertian dari kata dan menggantinya dengan ide. Dia mengatakan bahwa kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas
bagian-bagaiannya, dan yang mengadung suatu ide disebut kata.
Universitas Sumatera Utara
Ramlan 1987:33 memberi definisi kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu
atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku yaitu be, la, dan jar. Suku be terdiri dan dua fonem,
suku la terdiri dari dua fonem. Dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem yaitu b,e,l,a,j,a,r . Jadi yang dimaksud dengan kata adalah
satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan kata.
Kata dalam bahasa Jepang disebut dengan go atau tango. Iwabuchi Tadasu 1989:105-106 dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004:136-137 menyebut tango
dengan istilah go. Dia menyebutkan bahwa tsuki, hashira, omoshiroi, rippada, sono, mettani, shikashi, rareru, dan sebagainya disebut go( 語) atau tango 単語.
Go merupakan satuan terkecil di dalam kalimat. Misalnya pada kalimat ‘Hana ga saku’ bunga berkembang dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil akan menjadi hana-ga-saku, bagian-bagian kalimat ini tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Kalaupun dibagi-bagi lagi akan menjadi
ha-na-ga-sa-ku yang hanya merupakan deretan silabel onsetsu yang tidak mempunyai arti apapun. Go memiliki arti tertentu, diucapkan sekaligus, dan memiliki
arti tertentu. Di dalam sebuah kalimat go secara langsung dapat membentuk sebuah kalimat bunsestsu.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Kata
Kata dapat diklasifikasikan atau dapat dikelompokkan. Menurut Parera 1994:7 Pengelompokan kelas kata sebuah bahasa pada umumnya dibedakan atas
dua tahap. Pertama klasifikasi primer pengelompokan pertama dilakukan berdasarkan distribusi kata secara sintaksis dan frasal. Dalam hal ini kata-kata
tersebut masih berada dalam keadaan sebagai morfem bebas atau kata yang bermorfem tunggal. Umpamanya dalam pengelompokan kelas kata bahasa Inggris
berdasarkan distribusinya secara sintaksis dan frasal sebagai berikut : father, man, boy, sick, good, and, or, because, go, sing dan sebagainya. Kedua yaitu klasifikasi
sekunder pengelompokan kedua dilakukan berdasarkan distribusi sintaksis dan frasal dalam bentuk kata kompleks. Umpamanya pengelompokan kata bahasa
Inggris : boys, books, better, does, dan sebagainya. Berdasarkan cara-cara pembentukannya, go dapat dibagi menjadi jiritsugo dan
fuzokugo. Jiritsugo yaitu kata go yang dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan arti tertentu. Yang termasuk ke dalam jiritsugo yaitu kelas kata verba doushi,
adjektiva keiyoushi, keiyoudoushi, nomina meishi, prenomina rentaishi, adverbia fukushi, konjungsi setsuzokushi, dan interjeksi kandoushi. Fuzokugo yaitu kata
go yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki arti tertentu. Yang termasuk kedalam fuzokugo yaitu partikel joushi, dan kopula jodoushi. Perbedaan antara
jiritsugo dengan fuzokugo yaitu jiritsugo dengan sendirinya dapat membentuk sebuah kalimat bunsetsu walaupun tanpa dibantu tango yang lainnya, sedangkan fuzokugo
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat membentuk kalimat bunsestsu kalau tidak dgabungkan dengan jiritsugo.
Berdasarkan asal usulnya, kata dalam bahasa Jepang terdiri dari
wago, kango,
dan
gairaigo.
Selain itu terdapat juga konshugo yang merupakan kata-kata yang terdiri dari gabungan beberapa kata dari asal yang berbeda. Secara
harfiah,
wago
adalah kosakata asli Jepang yang telah ada sebelum masuknya pengaruh bahasa China ke dalam bahasa Jepang, namun dikatakan juga bahwa ada beberapa
kata
wago
yang merupakan kosakata yang diserap dari bahasa China.
Kango
adalah kosakata yang digunakan dalam bahasa Jepang yang berasal dari China.
Walaupun
kango
memiliki kesamaan dengan
gairaigo
sebagai kosakata yang diserap dari bahasa asing, namun karena
wago
yang diserap dari bahasa China memiliki karakteristik tertentu, maka tidak digolongkan ke dalam
gairaigo. Pengertian Gairaigo menurut
Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2004:104 adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing
gaikokugo yang
lalu dipakai sebagai bahasa nasional
kokugo. Tango
kata dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua macam, yaitu
tanjungo
dan
gouseigo. Tanjungo
adalah kata yang terdiri dari morfem yang berbentuk kata tunggal, sehingga secara struktural tidak dapat diuraikan lagi,
contohnya
yama, inu
dan lain-lain. Sedangkan
gouseigo
adalah kata yang terdiri dari beberapa unsur sehingga secara struktural masih dapat diuraikan,
contohnya
yamamichi
jalan setapak di pegunungan yang terdiri dari
yama
gunung dan
michi
jalan.
Gouseigo
itu sendiri dibagi lagi menjadi dua macam yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.
Fukugougo,
2. yaitu kata yang terdiri dari beberapa unsur yang masing-masing
unsur mengandung arti dan dapat berdiri sendiri sehingga secara struktural dapat diuraikan, misalnya seperti yang telah disebutkan di atas.
Haseigo,
Tango dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya dan jenisnya. Pengklasifikasian atau pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi
bunrui 品詞分類. Hinshi berarti jenis kata word class, atau part of speech, sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi
hinshi bunrui berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristinya secara gramatikal Menurut Situmorang 2007:8 pembagian kelas kata bahasa Jepang
adalah sebagai berikut: adalah kata yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur dasar dan unsur
infiks. Unsur yang menjadi kata dasar dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti, sedangkan unsur infiks bila berdiri sendiri tidak memiliki arti. Karena itu unsur
infiks tidak dapat berdiri sendiri.
1. Verba
doushi, 動詞 yaitu kata yang bermakna gerakan, dapat berdiri sendiri,
mengalami perubahaan bentukberkonjugasi, dan dapat menjadi predikat dalam sebuah kalimat.
2.
Adjektiva keiyoushi, 形 容 詞
, yaitu kata yang menunjukkan sifat atau keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan
selalu berakhiran dengan huruf ~i dan dapat menjadi predikat.
Universitas Sumatera Utara
3. Adjektiva
keiyoudoushi, 形容動詞, yaitu kata yang menunjukkan sifat atau
keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan selalu berakhiran dengan akhiran –da.
4. Nomina
meishi, 名詞, yaitu kata nama, tidak mengalami perubahan bentuk,
dapat berdiri sendiri dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat. 5.
Adverbia fukushi, 副詞
, yaitu merupakan kata tambahan, tidak mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri , tidak menjadi subjek, tidak menjadi
predikat, dan tidak menjadi objek, dan menerangkan keiyoushi, dan menerangkan fukushi.
6. Prenomina
rentaishi, 連 体 詞 , yaitu kata yang mengikuti benda yang
menerangkan benda, tidak mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, dan diikuti kata nama tanpa diantarai kata lain.
7. Konjungsi
setsuzokushi, 接 続 詞 , yaitu kata sambung, tidak mengalami
perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, objek, predikat dalam kalimat. Berfungsi menyanbung dua buah kata, karena untuk
menyambung dua buah kata dalam bahasa Jepang dipergunakan setsuzokujoshi. 8.
Kopula jodoushi, 助 動 詞
, yaitu kata bantu sebagai verba, mengalami perubahan bentuk sama seperti doushi, tidak dapat berdiri sendiri, ada yang
mempunyai arti sendiri dan ada yang menambah makna pada kata lain. 9.
Partikel joushi, 助詞
, yaitu kata bantu, tidak mengalami perubahan bentuk, tidak dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan
Universitas Sumatera Utara
dalam kalimat, selalu mengikuti kata lain, dan ada yang mempunyai arti sendiri dan ada juga yang berfungsi memberikan arti pada kata lain.
10.
Interjeksi kandoushi, 感動詞, yaitu kata gerakan perasaan, tidak mengalami
perubahan bentuk, dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat, tidak menjadi keterangan, tidak menjadi subjek, predikat, dan tidak pula menjadi penyambung
kata atau kalimat. Serta berfungsi untuk mengutarakan rasa terkejut, kaget, heran, marah, dan sebagai kata-kata salam.
Istilah kata go, 語 atau tango, 単語 dalam bahasa Jepang terdiri dari beberapa kelompok yang dilihat menurut pembentukannya yaitu :
1. Kata Dasar tanjungo, 単純語
Misalnya kata orang(hito, 人, makan taberu, 食べる , tidur neru, 寝る dan lain lain. Dengan lain kata dasar adalah kata yang mempunyai satu arti dan dapat
berdiri sendiri, tidak mengalami penambahan imbuhan dan perubahan bentuk.
2. Kata Turunan haseigo, 派生語
Kata turunan yaitu kata kata yang sudah mengalami perubahan bentuk, penambahan imbuhan dan proses perubahan ucap. Kata turunan ini dalam bahasa
Jepang terbagi menjadi 3 bagian yaitu, a. Gejala perubahan pengucapan (hen on genshou, 変音現象
b. Penamahan imbuhan di awal kata settouji, 接頭辞 c. Penambahan imbuhan di akhir kata(setsubiji, 接尾辞)
Universitas Sumatera Utara
3. Kata Majemuk fukugougo, 複合語
Kata majemuk yaitu kata kata yang mengalami proses pembentukan kata majemuk, dalam bahasa jepang kata majemuk ini jumlahnya sangat banyak dan
bervariasi. Kata majemuk dalam bahasa Jepang terbagi menjadi :
3.1. Kata Benda Majemuk fukugou meishi, 複合名詞)
Kata benda majemuk yaitu kata benda yang terbentuk dari gabungan dua buah unsur kata yang membentuk satu kata benda majemuk. Kata majemuk ini
terbagi lagi menjadi gabungan unsur unsur seperti di bawah ini : a. Verba + Verba
d. Adjektiva + Noun g. Noun Adjektiva +Noun
b. Noun + Verba e. AD + Noun
c. Noun + Noun f. Verba + Noun
3.2. Kata Kerja Majemuk fukugoudoushi, 複合動詞
Kata kerja majemuk atau verba majemuk ini sangat bervariasi , merupakan gabungan dua buah unsur yang membentuk verba majemuk , secara garis besar verba
majemuk ini terbagi menjadi 5 kelompok yaitu : a. V + V
b. N + V c. A + V d. Adv+V
e. Imbuhan +V
3.3. Kata Sifat 1 majemuk fukugo keiyoushi, 複合形容詞
Kata sifat atau adjektiva dalam bahasa Jepang terbagi menjadi dua golongan yaitu : kata sifat I atau adjektiva-I i-keiyoushi yang berakhiran -i seperti
atararashii, takai dan lain lain, dan kata sifat golongan II atau adjektiva-na na- keiyoushi yang berakhira na atau da, seperti kirei da, shizuka da da lain lain.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Teori Morfologi Generatif
Dalam analisis penelitian ini, penulis menggunakan teori morfologi generatif supaya jangkauan pembicaraan tidak terbatas dan tidak hanya bersifat deskriptif
tradisional. Untuk itu perlu suatu model teoretis yang lebih mutakhir seperti Morfologi Generatif dalam pendekatan terhadap analisis penelitian ini sehingga
menghasilkan pemerian yang lebih komprehensip. Perhatian para linguis terhadap teori morfologi generatif mulai berkat ajakan
Chomsky pada tahun 1970 melalui tulisannya yang berjudul Remarks on Nominalisation. Dalam tulisannya itu ia memaparkan betapa pentingnya bidang
morfologi terutama proses pembentukan kata yang ditinjau dari teori transformasi. Dardjowijojo 1988:32 mencatat bahwa orang yang pertama kali menaruh minat
yang serius terhadap morfologi generatif adalah Morris Halle dalam papernya yang berjudul Morphology in a Generative Grammar yang disajikan pada Congress of
Linguists di Bologna tahun 1972. Tahun berikutnya karya tersebut diterbitkan dengan judul Prolegomena to a Theory of Word Formation. Tulisan Halle memberikan
dampak yang sangat kuat dan diikuti oleh ahli-ahli lain seperti Siegel pada tahun 1974, Botha pada tahun 1974, Boas pada tahun 1974, Lipka pada tahun 1975 dalam
bentuk artikel dan oleh Aronoff pada tahun 1976, serta Scalise pada tahun 1984 dalam bentuk buku.
Secara umum dapat diidentifikasi bahwa di kalangan kelompok orang-orang yang menekuni bidang morfologi generatif, terdapat 2 pandangan. Kelompok pertama
dipelopori oleh Halle yang berpijak pada asumsi bahwa yang menjadi dasar dari
Universitas Sumatera Utara
semua derivasi adalah morfem morpheme-based approach; Asumsi dasar Halle di tahun 1973 adalah bahwa secara normal penutur bahasa di samping memiliki
pengetahuan tentang kata juga paham tentang komposisi dan struktur kata tersebut. Dengan kata lain penutur asli dari suatu bahasa mempunyai kemampuan untuk
mengenal kata-kata dalam bahasanya, bagaimana kata itu terbentuk dan sekaligus bisa membedakan bahwa suatu kata tidak ada dalam bahasanya. Misalnya, penutur
asli bahasa Inggris akan secara intuitif mampu memahami bahwa look dan careful adalah bahasa Inggris sedangkan lihat dan hati-hati bukan
bahasa Inggris. Ini segera bisa menunjukkan bahwa careful dibentuk dari penambahan morfem bebas care dengan sufiks –ful.
1. Tatabahasa merupakan perwujudan formal mengenai apa yang semestinya
dipahami penutur suatu bahasa. Menurut model teoretis Halle morfologi terdiri dari atas:
List of Morpheme 2.
yakni Daftar Morfem selanjutnya disingkat dengan DM Word Formation Rules
3. atau Kaidah Pembentukan Kata yang selanjutnya
disingkat KPK Filter
4. atau saringan
Dictionary atau kamus. Ini ditambahkan oleh Halle dua tahun kemudian sebagai tempat menyimpan morfem yang telah lolos dari KPK dan Saringan.
Dalam komponen DM bisa diketemukan dua macam anggota yakni akar kata dan berbagai macam afiks baik yang bersifat infleksional maupun derivasional yang
Universitas Sumatera Utara
disertai dengan rentetan segmen fonetik dengan beberapa keterangan gramatikal yang relevan.
Komponen KPK menentukan bagaimana bentuk-bentuk yang ada dalam DM tersebut diatur. Dalam kaitan ini tugas KPK membentuk kata dari morfem-morfem
yang berasal dari DM. KPK bersama-sama dengan DM menentukan kata yang bena- benar kata atau bentuk potensial dalam bahasa yakni satuan lingual yang belum ada
dalam realitas tetapi mungkin akan ada karena memenuhi persyaratan. Dengan kata lain KPK bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang memang merupakan kata serta
bentuk-bentuk lain yang sebenarnya memenuhi segala persyaratan untuk menjadi kata tetapi nyatanya tidak terdapat dalam bahasa tersebut.
Komponen Saringan merupakan wadah untuk menyaring segala ideosinkrasi sehingga kata-kata yang aktual saja boleh lewat saringan. Terdapat tiga jenis
ideosinkrasi, yakni 1 ideosinkrasi semantik berupa keanehan dalam bidang semantik, misalnya kata recital dalam bahasa Inggris yang tidak merujuk pada apa
saja yang di recite, tetapi hanya merujuk pada suatu pertunjukan konser oleh seorang pemain tunggal dan transmission hanya merujuk pada proses pemindahan
gigi pada mobil, 2 ideosinkrasi fonologis yang berujud ketidaklaziman fonologis dan 3 ideosinkrasi leksikal yakni keanehan yang menyangkut fakta dalam bahasa di
mana suatu bentuk yang seharusnya ada tetapi nyatanya tidak terdapat dalam bahasa bersangkutan seperti misalnya bahasa Inggris mengenal kata arrival tetapi tidak
diketemukan dalam bahasa tersebut kata derival.
Universitas Sumatera Utara
Kamus sebagai
Model Teori Morfologi Generatif Morris Halle dalam Ba’dulu Herman 2005 :31 tempat menyimpan bentuk-bentuk yang lolos dari saringan
sedangkan bentuk yang tidak berterima tertahan di saringan, Walaupun Halle tidak menganggap kamus sebagai komponen morfologi namun dari uraiannya nampak jelas
kamus ini merupakan unit yang sama penting dengan ketiga komponen sebelumnya.
Model diatas terdiri atas empat komponen, yaitu : 1 Daftar Morfem DM, 2 Kaidah Pembentukan Kata KPK, 3 Filter, dan 4 Kamus. Cara Kerja model
Halle dapat digambarkan sebagai berikut yang dikutip oleh scalise 1984:31 dalam Ba’dulu Herman 2005:31
DM KPK
Filter Kamus
Daftar Morfem Kaidah Pembentukan
Filter Kamus
Output Fonologi
Sintaksis
1. friend
2. boy
hood 3.
recite al
4. ignore
ation 5.
mountain al
[+penyim- pangan]
X [-LI]
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1
Kata friend masuk kamus sebagaimana adanya, yaitu melewati KPK dan filter tanpa mengalami perubahan. Kata itu harus dicantumkan dalam DM, karena
diperlukan untuk pembentukan kata lain, seperti friendly. 2
Kata boyhood tidak terdapat dalam DM ; yang ditemukan adalah boy dan hood. Kedua unsur ini digabungkan oleh KPK ; dan hasilnya, yaitu boyhood,
masuk ke dalam kamus tanpa memperoleh sesuatu ciri idiosingkretis; kata itu bersifat regular dari segi sintaksis dan semantis. Perubahan ciri [-abstrak] dari
pangkal boy menjadi [+abstrak] dalam output dilakukan oleh KPK, menurut Halle.
3 Kata recital dibentuk secara regular oleh KPK, seperti boyhood, sebelum kata
itu sampai ke kamus, filter memberinya ciri-ciri idiosinkretis tertentu menyangkut makna yaitu, ‘performansi seorang solois’.
4 Kata ignoration dibentuk oleh KPK, tetapi diblokir oleh filter, yang
memberinya ciri [-LI]; kata ini dipandang sebagai suatu kata yang ‘mungkin’ tetapi “non-eksisten”, dan karena itu tidak didaftar dalam kamus.
5 Kata mountainal tidak dibentuk oleh KPK, karena –al hanya dapat
dirangkaikan dengan verba menurut kaidah, bukan dengan nomina. Kata ini merupakan kata yang “tidak mungkin’ dan “non-eksisten’.
Secara diagramatik, Dardjowijojo 1988:36 mempresentasikan model Halle
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
KELUARAN
Kelompok yang kedua dipelopori oleh Aronoff yang memakai kata dan bukan morfem sebagai dasar word-based approach dikutip dalam Dardjowijojo
1988:33.Untuk kepentingan ilmu itu sendiri dalam hal ini linguistik pada umumnya dan morfologi pada khususnya berbagai konsep dan model teoretis muthakhir
tersebut perlu diujicobakan atau diaplikasikan pada studi kasus dalam berbagai bahasa sehingga keunggulan dan kelemahan teori tersebut bisa diidentifikasi serta
selanjutnya bisa dipakai mengungkap atau mengkaji fenomena linguistik khususnya dalam bidang morfologi suatu bahasa secara lebih tuntas.
Aronoff pada tahun 1976 dalam tulisannya yang berjudul Word Formation in Generatif Grammar
mengajukan hipotesis bahwa bentuk minimal yang dipakai dalam pembentukan kata didasarkan pada kata bukan morfem. Penolakan konsep
Halle tentang morfem sebagai dasar pembentukan kata didasarkan pada dengan argumentasi bahwa morfem tidak memiliki makna tetap, dan dalam hal tertentu
morfem tidak memiliki makna sama sekali. DM
KPK SARINGAN
KAMUS
FONOLOGI SINTAKSIS
Universitas Sumatera Utara
Aronoff memandang KPK sebagai kaidah yang beraturan yang hanya akan menurunkan kata yang bermakna dari dasar yang bermakna. Oleh karena itu hanya
kata yang dapat dijadikan unit dasar dalam pembentukan kata. Meskipun demikian istilah kata sebagai dasar ini harus diartikan sebagai leksem sehingga teori Aronoff
yang dikenal dengan word-based morphology lebih tepat disebut lexeme-based
morphology. Sebuah kata baru dibentuk dengan menerapkan kaidah beraturan pada kata
tunggal yang telah ada. Kata baru dan kata yang sudah ada merupakan anggota dari katagori leksikal utama. Hipotesis yang dikemukakan Aronoff tersebut bertitik tolak
dari sejumlah syarat seperti: 1 sesuai dengan namanya, kata dasarnya haruslah kata bukan yang lebih kecil dari kata, 2 kata dasar tersebut haruslah kata-kata yang
benar-benar ada dan kata yang potensial tidak dapat menjadi dasar KPK, 3 KPK hanya berlaku untuk kata tunggal dalam arti bahwa kata dasar ini bukan berwujud
frase ataupun bentuk terikat, 4 Input dan output dari KPK haruslah menjadi anggota katagori leksikal yang utama. Dengan demikian kata dalam konteks ini merupakan
bentuk tanpa infleksi. Di samping tidak memiliki DM seperti model Halle, Aronoff tidak pula
menunjukkan adanya komponen khusus untuk menangani kata-kata yang potensial dalam bahasa. Walaupun demikian Aronoff 1976:43 memiliki mekanisme lain yang
disebut blocking yang mencegah munculnya suatu kata karena sudah ada kata lain yang mewakilinya.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya tidak ada masalah yang timbul apabila menurunkan suatu kata dari kata lain melalui KPK. Tetapi kenyataannya cukup banyak contoh dalam bahasa
Inggris pada penambahan afiks mensyaratkan adanya perubahan ujud kata dasar seperti nominate dan evacuate + -ee menjadi nominee dan evacuee setelah melalui
proses pemenggalan ate yang perlu ditampung melalui suatu aturan. Dalam kaitan dengan masalah ini Aronoff 1976:105 mengajukan seperangkat aturan yang
dinamakan Adjustment Rules yang menangani alternasi akibat faktor-faktor lain yang termasuk dalam komponen leksikal. Kaidah penyesuaian ini terdiri atas 1 aturan
pemenggalan truncation rule dengan cara menghilangkan sebuah morfem yang ada dalam kata dasar ditambah afiks dan 2 aturan alomorfi allomorphic rules dengan
menyesuaikan bentuk morfem atau kelas morfem dalam lingkungan di mana morfem tersebut berada.
Model Aronoff tersebut di atas yang dikutip oleh Scallise 1984:68 dalam Ba’dulu Herman 2005:34, sebagai berikut :
Output Komponen Leksikal
Kamus
KPK
Kaidah Penyesuaian
Universitas Sumatera Utara
Terdapat suatu kesamaan dalam kedua model teoretis morfologi generatif ini. Baik Halle maupun Aronoff tidak menangani masalah pembentukan kata yang terdiri
dari dua kata atau lebih compounding. Di samping itu mengenai isi dan kodrat dari elemen yang ada dalam DM, baik Halle maupun Aronoff mengabaikan bentuk dasar
yang statusnya bukanlah kata seperti kata prakatagorial juang, temu dan anjur
Menurut Halle dalam Scalise 1984:43 studi morfologi generatif terdiri dari empat komponen yang terpisah yaitu 1 daftar morfem list of morphemes 2
kaidah pembentukan kata word formation rules 3 saringan filter dan 4 kamus dictionary. Komponen pertama adalah DM yang terdiri dari dua macam anggota
yaitu morfem dan bermacam-macam afiks, baik yang derivasional maupun yang infleksional. Butir leksikal dalam DM tidak cukup diberikan dalam bentuk urutan
segmen fonetik tetapi harus pula dibubuhi dengan keteranganketerangan gramatikal yang relevan. Contohnya dalam bahasa Inggris ditemukan morfem write yang harus
dijelaskan sebagai kata verbal, tidak berasal dari bahasa Latin dan konjugasinya bukan konjugasi yang umum.
dalam bahasa Indonesia maupun afiks dan akan memiliki status sebagai kata hanya setelah
diberi afiks. Kajian morfologi generatif terhadap kasus pembentukan VK bahasa Inggris ini bertumpu pada perpaduan konsep dan model teoretis Halle di tahun 1973
dan Aronoff di tahun 1976.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kata-kata yang telah dibentuk di pembentukan kata KPK ada yang mengalami proses morfofonologis. Uraian
metode struktural tentang morfofonologis diakhiri dengan penemuan kaidah yang
Universitas Sumatera Utara
berupa penambahan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, sementara dalam morfologi generatif proses morfofonologis dimasukkan ke dalam komponen filter
dengan kaidah Struktur Asal SA, proses asimilasi dan Struktur Lahir SL. Selain itu kata-kata yang potensial ada yang diberi idiosinkresi baik idiosinkresi fonologi,
leksikal maupun semantik. Kata-kata tersebut dibentuk dan akan dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa sebagai alat komunikasi. Jadi bentuk bunyi apapun yang
digunakan manusia sebagai pengguna bahasa itulah kenyataan bahasa. Hal lain yang menunjukkan perbedaan antara morfologi generatif dan struktural dapat dilihat pada
adanya komponen ciri-ciri pembeda distinctive fitures untuk membedakan kata-kata yang ditemukan di dalam kamus.
Berdasarkan uraian di atas, teori struktural tidak digunakan pada penelitian ini karena dianggap tidak mampu lagi mengakomodasi fenomena kebahasaan
pembentukan kata pada saat ini. Hal ini sesuai dengan tujuan morfologi yang dikatakan oleh Katamba bahwa salah satu tujuan morfologi tidak hanya memahami
dan membentuk kata yang ada real dalam bahasa mereka tetapi juga membentuk kata-kata potensial yang belum digunakan pada saat mereka berujar. Berdasarkan
temuan data dalam penelitian ini, proses pembentukan katanya dibatasi hanya dengan data morfem DM dan kaidah pembentukan kata.
Proses Morfofononologis Morfofonemik
Studi mengenai perubahan-perubahan pada fonem disebabkan oleh hubungan dua fonem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya, disebut morfofonologi atau
Universitas Sumatera Utara
morfofonemik. Morfofonologi morfofonemik adalah terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses
afiksasi, proses reduplikasi maupun proses komposisi. Gejala morfofonemik timbul apabila fonem-fonem yang bersinggungan
menyebabkan perubahan tertentu pada fonem-fonem tersebut. Perubahan bunyi fonem terjadi oleh pengaruh lingkungan yang dimasuki oleh tiap morfem. Menurut
Parera 1994:41 bahwa perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi lingkungannya ini, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem,
disebut perubahan-perubahan morfofonemik. Tipe-tipe perubahan morfofonemik yang biasa terjadi dan yang pada umumnya ditujukan untuk memperlancar
pengucapan dikarenakan : 1 asimilasi, 2 disimilasi, 3 elipsis, 4 metatesis, dan 5 sandi.
Asimilasi adalah perubahan morfofonemik tempat sebuah fonem yang cenderung lebih banyak menyerupai fonem lingkungannya. Asimilasi dapat terbagi
lagi atas asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Asimilasi progresif ini terjadi jika bunyi yang mengalami perubahan terletak di belakang bunyi lingkungannya. Dalam
bahasa Turki gitti ‘ia pergi’ berasal dari git + di. Bunyi t mempengaruhi bunyi d sehingga bunyi itu cenderung menyerupakan diri dan terjadi asimilasi bunyi total.
Sedangkan asimilasi regresif terjadi bila bunyi yang mengalami perubahan dan penyerupaan terletak di depan bunyi lingkungannya. Misalnya pada kata imperfek
yang berasal dari in + perfek imperfek.
Universitas Sumatera Utara
Disimilasi yaitu perubahan morfofonemik yang terjadi karena fonem seakan- akan menjauhi persamaan dengan fonem sekitarnya. Dengan kata lain terjadi kelainan
bunyi demi kepentingan kelancaran ucapan. Misalnya, pada kata belajar. Proses ber + ajar belajar menunjukkan kelainan itu. Hal ini terjadi karena bunyi r yang
berdekatan cenderung untuk menjadi tidak sama. Elipsis yaitu perubahan morfofonemik yang terjadi bila dua bunyi yang sama
dalam proses pembentukan kata, salah satu bunyi itu tanggal atau hilang. Misalnya, pada kata bekerja. Proses ber + kerja bekerja. Terjadi penghilangan bunyi r demi
kelancaran pengucapan. Metatesis yaitu perubahan dalam urutan fonem-fonem. Metatesis secara
sinkronis jarang terjasi dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata lemari yang berasal dari bahasa portugis : almari
Sandi yaitu proses morfofonemilk yang merupakan proses peleburan atau sintesis dua fonem vocal atau lebih menjadi satu fonem vocal. Misalnya, pada kata
bhineka diturunkan dari bhina + ika bhineka. Bunyi vokal a bertemu i dan kemudian melebur menjadi e.
2.2. Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Jepang Gokeisei
Bahasa yang dibentuk oleh proses morfologis akan membentuk kata-kata yang secara normal menjadi kata yang beraturan. Pembentukan kata-kata secara
produktif tersebut menggunakan satu atau beberapa proses morfologis. O’Grady dan Dobrovolsky 1989:100 yang dikutip oleh Ba’dulu dan Herman 2005:30
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa ada dua jenis pembentukan kata yang paling umum, yaitu, 1 derivasi dan 2 pemajemukan. Keduanya menciptakan kata-kata dari morfem-
morfem yang ada. Derivasi adalah suatu proses, pembentukan suatu kata baru dari suatu pangkal, biasanya melalui penambahan suatu afiks. Derivasi juga merupakan
suatu proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru menghasilkan kata- kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda, dalam pembentukan derivasi
bersifat tidak dapat diramalkan unpredictable. Pemajemukan adalah suatu proses yang mencakup penggabungan dua kata dengan atau tanpa afiks untuk
menghasilkan suatu kata baru Koizumi 1993:160 mengemukakan bahwa ada beberapa tipe pembentukan
kata dalam bahasa Jepang, dan hal ini tergantung bentuk katanya, ada juga yang dapat dilihat dengan memegang strukturnya, dan ada juga yang tidak terlalu rumit yaitu
dapat dengan menebak susunannya saja. Penentuan struktur secara sintaksis lebih mudah bagi bahasa yang memiliki banyak perubahan bentuk kata, tetapi bagi bahasa
yang miskin akan perubahan kata, maka harus dilihat dari awal sampai akhir urutan pembentukan kata. Jadi pembentukan kata tergantung juga sifat dari sebuah bahasa.
Samsuri 1994: 190 menyatakan bahwa proses pembentukan kata derivasi dapat dikatakan juga dengan proses morfemis. Proses morfermis adalah cara
pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah
gokeisei. Proses pembentukan kata pada umumnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu
Universitas Sumatera Utara
1 pembubuhan afiksafiksasi setsuji, 2 proses pengulanganreduplikasi jufuku, dan 3 proses pemajemukankomposisi fukugo.
2.2.1. Afiksasi Setsuji
J.D. Parera 1994:18 menyatakan bahwa proses afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah
morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus. Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses
afiksasi dapat dibedakan atas 1 pembubuhan depan awalan atau prefiks, 2 pembubuhan tengah sisipan atau infiks, 3 pembubuhan akhir akhiran atau infiks,
dan 4 pembubuhan terbagi morfem terikat terbagi atau konfiks. Lebih lanjut lagi, Verhaar 2001:107, mengatakan bahwa di antara proses
morfemis atau pengimbuhan afiks afiksasi yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks yang terbagi atas : prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks yaitu
pengimbuhan yang diletakkan di sebelah kiri kata dalam proses yang disebut dengan afiksasi, misalnya pengimbuhan kata { men--} yang ada dalam kata : mendapat,
mencuri, mencuci, mengubah dan sebagainya. Contoh lain adalah pengimbuhan kata {ber--} pada kata : berjalan, bersepeda, bermain dan sebagainya.
Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan dalam bahasa jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting.
Setsuji
menurut Matsuka Takahashi dan Takubo Yukinori 1995: 62 yaitu adalah suatu unsur yang menyusun
kata kata jadian, yang merupakan tambahan pada kata dasar jadian kata dasar yang
Universitas Sumatera Utara
berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata dasar disebut
settougo
dan yang berada di belakang kata dasar disebut
setsubigo.
Sedangkan menurut Tokieda Seiki 1955: 583 pengertian
Setsuji
adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam satu
kesatuan, yang ditambahkan pada susunan kata yang baru.
Setsuji
adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata lain kata dasar
goki,
tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk 2000:
396
Setsuji
Afiksasi setsuji terbagi atas prefiks settouji, sufiks setsubiji dan infiks secchuuji. Namun dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks
settouji dan sufiks setsubiji. Dalam bahasa Jepang prefiks disebut dengan settouji 接頭辞. Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan
atau di awal kata. Misalnya: o kyaku = お 客 = tamu , gokazoku = ご 家 族 = keluarga, dan lain-lain. Dalam bahasa Jepang sufiks disebut dengan setsubiji 接尾
辞. Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, misal pemberian akhiran -an pada
kata : tuntutan, makanan, minuman dan sebagainya Contoh dalam bahasa Jepang yaitu : Tanaka-san = 田中ーさん = Tuan Tanakan, kihonteki = 基本的= pada
adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata dasar goki dan merupakan bentuk yang menyatakan arti secara tata bahasa dan lain-
lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
dasarnya dan lain-lain. Infiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan dengan penyisipan di dalam kata itu, misalnya patuk - pelatuk, tali- temali, gigi - gerigi. Koizumi
1993:95 menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang infiks disebut dengan secchuuji. Infiks dalam bahasa Jepang secara umum kurang terlihat. Namu terlihat pada infiks -
e- dalam contoh kata berikut ini : miru =見る= melihat mieru =見える = kelihatan mi + e + ru. Konfiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan pada
sebagian di sebelah kiri dan sebagian yang lain di sebelah kanan kata, misal perbedaan, persatuan, kecurian, kelihatan. Dalam bahasa Jepang tidak terdapat
konfiks. Menurut Thimothy Vance 1993:1 prefiks settouji yang biasanya sering
dipakai antara lain O(お), SOU(総), GO(ご), SAI(再), SHIN(新), DAI(大), FU(不), ZEN(全) , HI(非), KAKU(各), KYUU(旧),
ME 女, MA(真), MI(未), MU(無). Menurut Thimothy Vance 1993:29 sufiks bahasa Jepang setsubiji yang
sering dipakai antara lain : TEKI(的), BETSU(別 ), BU(部), BUTSU (物), BYOU(病), CHOU(調), CHU(中), DAI(代), DAN(団), DO
(度), HI(費), HIN(品), HOU(法), HON 本 , IN(員), JIN(人), SHO(所), JOU(上), KA(下), KA(家), KA(化), KAN(感), KEN
(圏), KIN(金), RON(論), RUI(類), RYOKU(力), RYUU(流), SEI(生), SETSU(説), KAI(会), KAI(界), SA さ, SAN さん, SHA
Universitas Sumatera Utara
(者), SHI(士), SHIKI(式), SHIN(心), SOU(層), JOU(場), TAI (隊), YOU(用), FUU(風), HA(派), ZAI(剤), KOU(工).
Menurut Sugimoto dan Masashi 1994:35, jika dilihat dari segi jenis kata, setsuji terbagi atas :
1 Setsuji yang berasal dari bahasa Jepang Wago, yaitu : O(お): O Sara = お
皿 = piring, GO(ご): Go Kazoku = ご家族 = keluarga, SA さ : Takasa = 高さ = tingginya, SAN さん : Tanaka-san = 田中さん = Tuan
Tanaka, HON 本 : Ippon = 一本= satu batang 2
Setsuji yang berasal dari bahasa Cina Kango, yaitu : FU(不): Fumei = 不 明= tidak jelas. HI(非): Hisai = 非才= tidak bijaksana, KAKU(各):
Kakuchi = 各地 = tiap daerah, TEKI(的) : Rironteki = 理論的 = secara teoritis, JIN(人)= Chuugokujin = 中国人= orang Cina, KA(化):
Risouka = 理想化= idealis, DAI(大): Daikouzui = 大洪水= banjir besar, MI ( 未 ) : Mibunseki = 未 分 析 = belum dianalisis, MU ( 無 ) =
Mukeikaku = 無計画= tanpa rencana 3
Setsuji yang berasal dari bahasa Asing Gairaigo, yaitu : MAN マン : Eigyo- man = 栄魚マン= pengusaha, ANCHI(アンチ): Anchi-kyojin = アンチき
ょじん= anti orang terkemuka, METORU(メトル): San metoru = 三メト
Universitas Sumatera Utara
ル= tiga meter, KIROGURAMU(キログラム)= Ichi kiroguramu = いちキ ログラム= satu kilogram
RUPIAH(ルピアー): Hyaku rupiah = 百ルピアー = seratus rupiah Terdapat 11 kelompok atau klasifikasi afiksasi bahasa Jepang tersebut yang
dapat dirinci menurut maknanya yaitu sebagai berikut : 1
Afiks prefiks yang menyatakan “negasi” yaitu : fu 不、hi 否、mu 無、 mi 未.
Contoh : fuseikou = 不 成 功 = tidak berhasil 、 hitei = 否 定 = negatifmenyangkal、mukankei = 無関係 = tidak ada hubungan、mikon= 未
婚 = belum menikah . 2
Afiks (prefiks)yang menyatakan “betul-betul , sangat, paling” yaitu : ma 真 ~、dai 大~、sai 最
Contoh : masshiro =真っ白 = betul-betul putih、daikirai = 大嫌い = sangat benci、saishingata = 最新型 = model paling baru.
3 Afiks prefiks yang menyatakan “lagi, yang” yaitu : sai 再~
Contoh : saikakunin = 再確認 = konfirmasi lagi 4
Afiks sufiks yang menyatakan “orang pelaku” yaitu : jin ~人、sha ~者、 ka ~家、 in ~員、shi ~師
Universitas Sumatera Utara
Contoh : nihonjin =日本人= orang Jepang、kenkyuusha = 研究者 = peneliti、 ongakuka = 音 楽 家 = musikus 、 ginkouin = 銀 行 員 = pegawai bank 、
bengoshi = 弁護士pengacara、kyoushi = 教師 = pengajar. 5
Afiks sufiks yang menyatakan “gaya ala ” yaitu : shiki ~式、fuu ~風 Contoh : nihonshiki = 日本式 = ala Jepang、 wafuu = 和風= gaya Jepang、
6 Afiks sufiks yang menyatakan “tujuan penggunaan” yaitu : muke ~向け、
muki ~向き、you ~用 Contoh : kodomomuke = 子供向け = ditujukan untuk anak、kyoushimuki = 教
師向き = ditujukan untuk pengajar、 jouseiyou = 女性用 = keperluan untuk kaum wanita
7 Afiks sufiks yang menyatakan “sedang, waktu masa,” yaitu : chuu ~中、ji
~時、dai ~代 Contoh : benkyouchuu = 勉強中= sedang belajar、tsuugakuji = 通学時 =
masa anak-anak、40 dai = 40代 = umur 40 – an. 8
Afiks sufiks yang meyatakan “kecenderungan” yaitu : ge ~げ、gachi ~が ち、gimi ~気味、ppoi ~っぽい
Contoh : kurushige = 苦 げ = cenderung lelah, okuregachi = 遅 が ち = cenderung terlambat、 kazegimi = 風邪気味 = agak pilek、kodomoppoi = 子
供っぽい = kekanak-kanakan
Universitas Sumatera Utara
9 Afiks sufiks yang menyatakan “biaya” yaitu : chin ~賃、hi ~費、kin ~
金、ryou ~料、dai ~代 Contoh : yachin = 家賃 = biaya sewa rumah、 seikatsuhi = 生活費 = biaya
hidup、shougakukin = 奨学金 = beasiswa、yuusouryou = 郵送料 = biaya pengiriman、 denwadai = 電話代 = biaya telepon.
10 Afiks sufiks yang menyatakan “jamak” yaitu : tachi ~たち、domo ~ども、
gata ~方、ra ~ら、sho 諸~ Contoh : gakuseitachi = 学生たち = para siswamahasiswa、yakunindomo =
役人ども = para pegawai negeri、 senseigata = 先生方 = para gurudosen、 warera = 我ら = mereka-mereka、 shodaigaku = 諸大学 = semua perguruan
tinggi. 11
Afiks sufiks yang lain, yang termasuk di dalamnya antara lain : teki ~的 yang menyatakan arti ‘”secara”、rashii ~らしい menyatakan arti “menjadi
seperti” Contoh : jidouteki = 自動的 = secara otomatis、onnarashii = 女らしい =
seperti wanita. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam proses pembentukan kata, setsuji
memegang peranan penting. Tetapi suatu kata juga dapat dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa
Universitas Sumatera Utara
Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam yaitu : 1 haseigo, 2 fukugougogoseigo, 3 karikomishouryaku, dan 4 toujigo.
Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji disebut dengan kata kajian haseigo. Proses pembentukannya bisa dalam formula :
‘settouji + morfem’ atau ‘morfem + setsubiji’. Awalan O-, GO-, SU-, MA-, KA-, SUQ- dapat digolongkan ke dalam settouji, sedangkan akhiran sa, mi, teki, suru
termasuk ke dalam setsubiji. Perhatikan contoh di bawah ini : O- + nomina :
o-kuruma mobil ; yaitu sebuah ungkapan sopan
o-kyaku tamu ; yaitu sebuah ungkapan sopan
GO- + nomina : go-kazoku
keluarga ; yaitu sebuah ungkapan sopan go-shuujin
suami ; yaitu sebuah ungkapan sopan SU- + nomina :
su-gao wajah asli ; tanpa bedak, dll
su-ashi kaki telanjang
MA- + nomina : ma-gokoro
setulus hati ma-mizu
air muni KA- + adjektiva :
ka-guroi hitam pekat; yaitu suatu penegas
ka-bosoi sangat tipis
KO- + adjektiva : ko-gitanai
agak kotor ko-urusai
agak ribut Fungsi settouji O- dan GO- yaitu sebagai penghalus dan digunakan hanya
untuk orang lain. Fungsi settouji SU- untuk menyatakan arti aslipolos sehingga pada kosakata sude = tangan kosong yang berasal dari kata te = tangan berubah
Universitas Sumatera Utara
maknanya menjadi sude = tangan kosong yang mempunyai makna ‘tidak menggenggam atau tidak membawa apa-apa. Settouji MA- untuk menyatakan
kemurnian atau ketulusan, settouji KA- untuk menyatakan arti sangat, dan KO- yang menyatakan arti agaksedikit. Contoh kata yang merupakan hasil dari
perpaduan antara ‘morfem + setsubiji’ antara lain sebagai berikut : Gokan dari adjektiva + -SA = nomina :
samusa dinginnya
takasa ketinggian
Gokan dari adjektiva + -MI = nomina: atsumi
ketebalan amami
manisnya nomina verba + -SURU = verba
: benkyousuru belajar
undousuru berolahraga
nomina + -TEKI = adjektiva :
chuushouteki secara abstrak keizaiteki
ekonomis Akhiran -SA dan -MI digunakan untuk mengubah adjektiva menjadi nomina,
tetapi tidak semua adjektiva bisa diikuti oleh -SA dan -MI. Begitu pula dengan - SURU merupakan verba istimewa dalam bahasa Jepang, karena bisa berfungsi
sebagai verba transitif dan juga sebagai verba intransitif. Tidak semua nomina bisa diikuti oeh -SURU, melainkan terbatas pada nomina yang menyatakan arti suatu
perbuatan atau nomina verba saja. Akhiran -TEKI digunakan untuk mengubah nomina menjadi adjektiva atau adverbia. Misalnya kata keizaiteki yang berasal dari
kata keizai ekonomiperekonomian yang mendapat akhiran -TEKI yaitu keizai + teki ; nomina + teki = adverbia.
Universitas Sumatera Utara
Seperti dalam bahasa Indonesia, bahasa jepang juga memiliki kata ulang yang merupakan hasil reduplikasi dari fonem , suku kata. Stem, akar kata , kata majemuk
dll.
2.2.2. Reduplikasi Juufuku、重複
Reduplikasi adalah perulangan morfem dasar baik secara utuh atau sebagiannya saja, baik tanpa ataupun dengan imbuhan sekaligus.
Beberapa defenisi reduplikasi reduplikasi juufuku seperti dalam kamus besar bahasa Jepang yaitu kata majemuk yang berasal dari pengulangan kata tunggal yang
sama yang berfungsi untuk memperkuat arti, bentuk jamak pengulangan aksi dan keadaaan serta menunjukkan kesinambungan, misalnya : wareware kami, dan
akaaka merah. Sedangkan dalam kamus linguistik reduplikasi yaitu proses dari hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal, misalnya :
ieie rumah-rumah. Cahyono 1995:145-146 mengatakan bahwa reduplikasi adalah pengulangan
bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak. Tambahan lagi menurut Chaer 2003:182, mengatakan bahwa
secara umum, reduplikasi merupakan proses morfermis yang mengulang kata dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi.
Reduplikasi Juufuku, yaitu pengulangan kata pada bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang reduplikasi selain disebut dengan istilah juufuku juga disebut dengan
jougo dan choujo. Jougo adalah kata yang dibentuk dengan mengulang satuan atau unit morfem yang berupa kata atau satu bagian dari kata tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1
Secara umum jougo terbagi atas 3 bagian yaitu :
Kanzen Jougo 完全畳語)
2
Kanzen Jougo yaitu pengulangan sempurna atau pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem maupun pengafiksasian. Contohnya : ieie = rumah-
rumah.
Bubun Jougo (部分畳語)
3
Bubun Jougo yaitu pengulangan sebagian, contohnya yaitu : susuru = menghirup.
Onkoutai Jougo(音交替的畳語)
Onkoutai Jougo yaitu pengulangan berubah bunyi atau pengulangan yang melibatkan perubahan vokal dan perubahan konsonan. Contohnya : hitobito =
banyak orang, samazama = bermacam-macam, dan lain-lain.
1.
Pembagian jougo berdasarkan kelas kata pembentukya yaitu :
2. Jougo Meishi Dameishi (畳語名詞。代名詞), yaitu pengulangan nomina