Dari hasil perhitungan korelasi antara faktor luminansi dan fliker fussion frequency, didapat hasil korelasi bahwa terdapat hubungan antara faktor luminansi
dan kelelahan mata, namun hubungan korelasi antara faktor luminansi dan kelelahan mata adalah hubungan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luminansi
bukan faktor utama yang menyebabkan kelelahan mata operator.
Sifat korelasi pada nilai r
hitung
negatif, artinya bahwa setiap penurunan luminansi diikuti peningkatan kelelahan mata atau sebaliknya.
Dilihat dari jenis monitor yang digunakan di ruang kontrol PT. Central Proteina Prima Medan, monitor yang digunakan adalah monitor
LCD. Monitor LCD lebih bagus jika dibandingkan dengan monitor CRT, karena tidak menimbulkan efek kedipan fliker free, sehingga mata tidak cepat lelah.
6.2. Pemecahan Masalah
Kondisi pencahayaan di ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan tidak memenuhi standar KEPMENKES RI No. 1405MENKESSKIX02,
yang menetapkan kriteria pencahayaan untuk ruang kontrol sebesar 300 lux. Untuk itu dilakukan perhitungan kebutuhan pencahyaan yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, sehingga dapat dipilih jenis lampu yang dapat menyebarkan cahaya yang merata ke seluruh ruangan. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan
kebutuhan pencahayaan agar
memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405MENKESSKXI2002 adalah:
Universitas Sumatera Utara
LLF UF
A E
F ×
× =
Dimana : E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan lux
F = Flux luminous jumlah cahaya yang diperlukan lumen UF = Utilization factor
LLF = Light loss factor A = luas ruangbidang kerja m
2
Menurut Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia www.energyefficiencyasia.org
, kantor ber AC memiliki nilai depresisasi LLF sebesar
0,8 sedangkan nilai UF adalah 0,46. Dari rumus di atas maka perhitungannya sebagai berikut :
8 ,
46 ,
6 12
300 ×
× ×
= F
F = 58.695,65 lumen Perhitungan jumlah bola lampu untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan
pada ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan dengan rumus sebagai berikut :
Fl F
N =
Dimana : F
= Jumlah cahaya yang dibutuhkan Lumen Fl
= nominal luminous lampu Lumen N
= jumlah lampu Buah
Universitas Sumatera Utara
Alternatif yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan adalah:
1. Menggunakan lampu yang ada
Jenis lampu yang digunakan pada kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan adalah lampu Fluorescent Philips essential 18 W sebanyak 18 buah dan
4 buah dalam keadaan mati. Nominal luminous flux untuk lampu Fluorescent Philips essential 18 W sebesar 1100 lumen setiap lampunya, maka jumlah bola lampu yang
dibutuhkan apabila semua lampu aktif menyala adalah:
1100 58.695,65
= N
N = 53,35 atau 54 buah lampu perlu penambahan 36 buah bola lampu 2.
Menambah daya lampu Apabila lampu Fluorescent Philips essential ditambah daya menjadi 23 W,
dengan nominal luminous flux sebesar 1420 lumen setiap lampunya, maka jumlah bola lampu yang dibutuhkan adalah:
1420 58.695,65
= N
N = 41,33 atau 42 buah lampu Bedasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa perlu penambahan bola
lampu jenis lampu Fluorescent Philips essential 23 W sebanyak 42 buah bola lampu.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengganti lampu yang hemat energi
Lampu hemat energi yang direkomendasikan adalah lampu LED ZGSM‐T8‐1200‐240P. Pemilihan lampu
LED ZGSM‐T8‐1200‐240P dikarenakan konsumsi daya listrik lampu tersebut lebih kecil, dan penyebaran cahayanya merata
ke seluruh ruangan serta lebih efesien dalam mendistribusikan cahaya ke pemakai. Hasil perhitungan jumlah bola lampu berdasarkan daya lampu LED
ZGSM‐T8‐1200‐240P dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Jumlah Bola Lampu LED Berdasarkan Daya Jenis Lampu
luminous flux Lumen
Jumlah bola lampu Buah
LED ZGSM‐T8‐1200‐240P 18 W 1650
36 LED ZGSM‐T8‐1200‐240P 22 W
1980 30
LED ZGSM‐T8‐1200‐240P 24 W 2200
27
Posisi lampu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan cahaya dan merata ke seluruh area ruang kontrol. Posisi lampu yang berada di depan layar monitor akan
melelahkan mata karena posisi mata yang mengarah vertikal juga akan menangkap terlalu banyak sinar dari lampu, sedangkan posisi lampu dibelakang ada kemungkinan
memantul ke layar monitor. Dengan usulan perancangan posisi lampu berada disamping kiri atau kanan layar monitor, diharapkan dapat mengurangi kelelahan
mata. Sketsa usulan perbaikan ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima
Medan dengan menggunakan lampu LED ZGSM‐T8‐1200‐240P 22 W sebanyak 30 buah dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Universitas Sumatera Utara
Simbol Keterangan
Pintu Jendela
Meja Kursi
Monitor Komputer Meja Makan
1-12 Titik pengukuran
1 3
operator lemari
12 m
Lampu LED
12 11
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
2 6 m
RUANG MANAJER PRODUKSI
RUANG PRODUKSI
Gambar 6.1. Sketsa Usulan Perbaikan Ruang Kontrol Produksi PT. Central
Proteina Prima Medan
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan evaluasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai pencahayaan di ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima
Medan tidak sesuai dengan standar KEPMENKES RI No.
1405MENKESSKIX02, yang menetapkan kriteria pencahayaan untuk ruang kontrol sebesar 300 lux. Kebutuhan pencahayaan untuk memenuhi
standar KEPMENKES RI No. 1405MENKESSKIX02 adalah sebesar 58.695,65 lumen.
2. Iluminasi dan luminansi merupakan faktor yang dapat menyebabkan
kelelahan mata. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan hubungan yang rendah antara iluminasi dan luminansi terhadap kelelahan mata. Hasil
perhitungan korelasi antara faktor iluminasi dan fliker fussion frequency dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masing-masing sebesar -0,02, -
013 dan -0,51. Sedangkan korelasi antara luminansi dengan kelelahan mata dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masing-masing sebesar -
0,07, -0,45 dan -0,14. 3.
Lampu yang diusulkan untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan adalah lampu LED
ZGSM‐T8‐1200‐240P dengan alternatif: daya 18 W sebanyak 36 buah
Universitas Sumatera Utara