51
exercise karena tidak hanya dalam unjuk kerja saja yang bisa diberikan tetapi kita bisa
observe. Supaya anak-anak juga tidak begitu terbeban.
Pendapat lain yang diberikan oleh kepala sekolah dalam hal materi adalah bahwa bagaimana cara
menyampaikan materi tersebut sehingga bisa dikatakan sesuai bagi anak.
KS : Kalau seandainya kita bisa menyiasati, kita
memberikan pembelajaran itu tetapi tidak membuat anak stress, tetapi tidak membuat
anak merasa ‘waduh aku nggak mau seperti ini’ nah, itu menurutku kok nggak masalah.
Nah itu yang sedang kita kelola saat ini dan puji Tuhan, untuk kelas bahasanya atau kelas
languagenya anak-anak pun juga merasa enjoy
untuk belajar itu, tidak merasa ‘haduh aku nggak bisa’.
Dalam wawancara, para orang tua menyatakan sebagai orang tua mereka diajak terlibat dan ikut
mengetahui apa yang akan diajarkan kepada anak dan bagaimana cara pengajarannya dimana diinformasikan
sekolah melalui parenting class. Sehingga mereka bisa mengatakan
pengalaman-pengalaman belajar
atau kurikulum yang akan diberikan ke anak tidak terlalu
menekan anak dan memang sudah sesuai porsinya.
b. Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan pembelajaran dalam penelitian ini meliputi penciptaan lingkungan pembelajaran dan
setting lingkungan pembelajaran. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang ada di
TK Bethany School sudah di anggap menyenangkan,
52
nyaman, menarik dan aman oleh hampir sebagian besar guru. Dari pengamatan peneliti memang sekolah ini
sudah mempunyai ruang kelas yang nyaman, dilengkapi dengan sarana lengkap. Terdapat pula display-display
yang terlihat sesuai untuk dunia anak, alat permainan cukup lengkap dan berwarna-warni, adanya evamat di
dalam maupun di playground untuk kenyamanan, keamanan anak serta adanya petugas lain yang ikut
membantu mengawasi anak selain guru di luar kelas. Namun, hampir semua guru juga menyatakan ada
satu hal yang menjadi kekurangan yaitu halaman sekolah yang berada di luar ruangan atau outdoor.
Beberapa guru seperti GA2, GA3, dan GA4 mengatakan bahwa kekurangan itu menyebabkan guru tidak bisa
menyiapkan lingkungan bermain di luar ruangan yang terkena
sinar matahari
langsung atau
tempat berkegiatan dan bermain yang benar-benar luas di luar
ruangan. Sehingga
untuk kegiatan
belajar yang
seharusnya memerlukan setting di luar ruangan terpaksa dilakukan dalam ruangan. Salah satu guru
mengungkapkan yaitu GB2 bahwa anak-anak belajar tidak hanya secara akademis, tetapi juga secara sosial
emosional dan juga secara fisik. Tetapi di Bethany School masih kekurangan lahan untuk anak bermain secara
outdoor ataupun yang bersinggungan langsung dengan lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi bisa dijelaskan bahwa TK Bethany School memang tidak mempunyai halaman
luar ruangan. Sekolah ini berada di lantai 2 dan 3 dari sebuah gedung, dimana kantor guru dan kepala sekolah
di lantai 3 sedangkan ruang kelas dan segala kegiatan
53
belajar mengajar dilakukan di lantai 2. Lantai 2 tersebut dibagi kedalam beberapa ruangan kelas, sebuah
perpustakaan, sebuah ruang makan, sebuah ruang kesehatan, tiga toilet dan tempat sikat gigi dan mencuci
tangan anak. Sisa ruangan di depan kelas-kelas itulah yang dipakai sebagai playground yang diisi mainan luar
ruangan sebagai tempat bermain anak di luar kelas. Semua kegiatan anak berpusat di lantai 2.
Salah satu guru dari TK A yaitu GA1 mengatakan dalam wawancara bahwa hal tersebut tidak mengganggu
pembelajaran namun guru tersebut mengakui bahwa akan lebih menyenangkan jika sekolah mempunyai
halaman luar.
Dalam studi
dokumen peneliti
menemukan bahwa kurikulum TK Bethany School tetap melakukan kegiatan luar ruangan dengan field trip yang
dilakukan sesuai tema. Misalnya di TK B yang dalam bulan tertentu mempunyai tema “alat transportasi” maka
kegiatan field trip dijadwalkan mengunjungi stasiun
kereta api, terminal bus, dan bandara. Contoh lain misal TK A dengan tema “hewan ternak”, field trip dilakukan
mengunjungi sebuah peternakan. Namun, hal tersebut
masih dilakukan waktu-waktu tertentu saja. Dalam setting lingkungan pembelajaran yang
berhubungan dengan penataan ruang diantaranya adalah terpadu, area, dan gabungan. Kurikulum TK
Bethany School menggunakan setting terpadu atau tematik dimana terdapat tema-tema yang diangkat tiap
bulan berdasarkan
konsep pengetahuan.
Guru mengatakan:
GA4 :...Jadi kalau disesuaikan dengan tema, kita
sudah menyesuaikan dengan tema. Contohnya tadi tentang air. Materi sudah kita hubungkan
54
dengan air. Entah itu artnya, entah itu aktifitasnya. Terus kita juga punya yang
namanya field study itu, kita juga,,,field study itu juga bertema, jadi kita sesuaikan dengan
tema pada bulan itu...
Apabila sebuah tema dipakai dalam bulan tertentu, maka hampir semua kegiatan akan disesuaikan
dengan tema saat itu.
GB2 : Awal ajaran ya, awal tahun ajaran....Kalau
untuk apa namanya kelas, kalau kelas itu kan sepenuhnya diberikan tanggung jawab pada
guru kelas
tersebut, jadi
kita yang
menentukan, seperti kelas itu mau dibikin tema apa, itu nanti akan disesuaikan dengan
pembelajaran ke depannya, sesuai dengan tema-tema pembelajaran...
Seperti bisa dilihat dari hasil wawancara di atas, hal-hal yang berhubungan dengan penataan ruang kelas
sebagai tempat belajar anak, merupakan tanggung jawab guru kelas masing-masing dan dilakukan tiap awal
tahun ajaran dan mereka menambahkan hal-hal lainnya sesuai tema ketika proses belajar mengajar sudah
berlangsung. Namun demikian, berdasarkan hasil observasi,
penataan ruangan kelas sebagai tempat belajar belum terlalu menunjukkan keterpaduan yang telah disusun
dalam kurikulum itu. Misalnya saja, pada awal tahun ajaran mereka telah menciptakan hiasan-hiasan kelas
dengan tema tertentu dan selanjutnya, guru hanya menambahkan hiasan kartu-kartu huruf atau angka
yang menjadi tema dalam belajar matematika dan bahasa bulan itu. Sedangkan untuk pengetahuan lain
seperti seni, pengetahuan umum, dan sebagainya tidak
55
ada. Guru hanya memasang hasil karya anak yang memang dibuat berdasarkan tema tersebut.
2. Aspek Masukan Input