PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI

(1)

commit to user

KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS

GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI

(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Sains

Oleh

TARTI HARJANI S831002062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS

GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI

(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Sains

Oleh

TARTI HARJANI S831002062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Tarti Harjani

NIM : S831002062

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: Pembelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori (Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan


(6)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d: 11)

PERSEMBAHAN

Tesis ini penyusun persembahkan kepada

1. Ayah dan Ibu tercinta yang

selalu memberikan doa serta dukungan selama ini

2. Keluarga tercinta, kakak dan

saudara-saudaraku

3. Teman-teman Pendidikan Sains

yang selalu memberi semangat dan batuannya


(7)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI (studi Kasus

Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana, fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan


(8)

commit to user

vii

3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan

laporan penelitian ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya telah memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan laporan penelitian ini.

5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Drs.H.Yatimun selaku kepala SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana.

7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas kerja sama dan dorongan semangatnya sehingga dapat terselesaikan laporan penelitian ini

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan kimia.


(9)

commit to user

viii

Surakarta, Juli 2011

Penulis DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO &PERSEMBAHAN ... ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah…... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Hakikat Pembelajaran... 11

2. Teori-teori belajar... 11

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS………... 18


(10)

commit to user

ix

5. Aktivitas belajar... 23

6. Kemampuan memori... 25

7. Prestasi Belajar... 28

8. Materi hidrokarbon... 32

B. Penelitian yang Relevan………...……... 44

C. Kerangka Berpikir... 46

D. Perumusan Hipotesis…………... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 55

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 55

B. Metode Penelitian ... 55

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 56

D. Variabel Penelitian... 57

E. Teknik Pengumpulan Data... 59

F. Instrumen Penelitian... 63

G. Uji Coba Instrumen... 64

H. Teknik Analisis Data... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Deskripsi Data ... 76

B. Uji Prasyarat Analisis ... 92

C. Pengujian Hipotesis ... 95

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 104

E. Keterbatasan Penelitian ... 115

BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Implikasi ... 119

C. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA. ... 113 LAMPIRAN...


(11)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 : Suku-suku Alkana ... 35

Tabel 2.2 : Beberapa Sifat Fisik Alkana ... 37

Tabel 2.3 : Beberapa Sifat Fisik Alkena ... 41

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ... 55

Tabel 3.2 : Desain Faktorial ... 56

Tabel 3.3 : Nilai P-value Uji t Dua Pihak (2 sample t) ... 57

Tabel 3.4 : Skoring pada skala Aktivitas Belajar ... 62

Tabel 3.5 : Rangkuman Validitas Soal angket aktivitas ... 66 Tabel 3.6 : Rangkuman Validitas Soal Tes Kemampuan Memori... 66

Tabel 3.7 : Rangkuman Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif 67 Tabel 3.8 : Tabel 3.8. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Prestasi Afektif ... 67

Tabel 3.9 : Rangkuman Uji Reliabilitas ... 69 Tabel 3.10 : Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Memori ... 69 Tabel 3.11 : Indeks Kesukaran Tes Prestasi Kognitif ... 70 Tabel 3.12 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes kemampuan memori ... 71

Tabel 3.13 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes prestasi kognitif ... 72

Tabel 4.1 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa … 77 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS ... 77 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar kognitif 78


(12)

commit to user

xi

Kelas TGT ...

Tabel 4.4 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah pada TPS …………... 79 Tabel 4.5 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas

Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ……...…… 79 Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktvitas Belajar

Tinggi dan Rendah ... 80 Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ... 80 Tabel 4.8 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 80 Tabel 4.9 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ... 81 Tabel 4.10 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Tinggi …………... 81

Tabel 4.11 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Rendah ... 82 Tabel 4.12 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS

danAktivitas Belajar Tinggi ... 82 Tabel 4.13 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS

danAktivitas Belajar Rendah ... 83 Tabel 4.14 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT

danAktivitas Belajar Tinggi ... 83 Tabel 4.15 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT


(13)

commit to user

xii

Tabel 4.16 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa ….. 85 Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif

Kelas TPS ... 85 Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Afektif Kelas

TGT... 85 Tabel 4.19 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah pada TPS ... 87 Tabel 4.20 : Deskripsi Data Prestasi Afektif pada Aktivitas

Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ... 87 Tabel 4.21 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktvitas Belajar

Tinggi dan Rendah ………...….

87 Tabel 4.22 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ...

88 Tabel 4.23 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 88 Tabel 4.24 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ... 89 Tabel 4.25 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Tinggi ……… 89

Tabel 4.26 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Rendah ………..…. 90

Tabel 4.27 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan

Aktivitas Belajar Tinggi ...

90 Tabel 4.28 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan

Aktivitas Belajar Rendah ... 91 Tabel 4.29 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT da

nAktivitas Belajar Tinggi ... 91 Tabel 4.30 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan


(14)

commit to user

xiii

Tabel 4.31 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar kogniti dan

Afektif Masing-masing Kelompok …………..….. 93 Tabel 4.32 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi

Belajar Ranah Kognitif ... 96 Tabel 4.33 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi

Belajar Ranah Afektif ...

95 Tabel 4.34 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif

ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan

TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori 96 Tabel 4.35 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Afektif ditinjau

dari model Pembelajaran (TPS dan TGT),


(15)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 : Alur Penempatan Peserta Turnamen ... 22 Gambar 2.2 : Diagram Klasifikasi hidrokarbon ... 34 Gambar 4.1 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TPS ….… 78 Gambar 4.2 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TGT ….... 78 Gambar 4.3 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TPS …… 86 Gambar 4.4 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TGT …... 86 Gambar 4.5 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TGT …....

100 Gambar 4.6 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah ...

101 Gambar 4.7 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ...

101 Gambar 4.8 : Uji Lanjut Anava Kognitif pada Sel Model

Pembelajaran dan Aktivitas Belajar (AB) ...

102 Gambar 4.9 : Grafik Model Pembelajaran Kooperatif (A) ... 102 Gambar 4.10 : Grafik Aktivitas Belajar (B) ... 103 Gambar 4.11 : Grafik Kemampuan Memori (C) ... 103 Gambar 4.12 : Grafik Interaksi Model Pembelajaran dengan

Aktivitas Belajar ...


(16)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 : Silabus... 127

Lampiran 2 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TPS………. 130

Lampiran 3 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TGT….………... 137

Lampiran 4 : Tata cara Permainan ... 146

Lampiran 5 : LKS ... 148

Lampiran 6 : Kartu permainan TGT ... 159

Lampiran 7 : Kunci Kartu Permainan TGT ... 165

Lampiran 8 : Lembar Nilai Permainan ... 169

Lampiran 9 : Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar... 170

Lampiran 10 : Lembar Soal Angket Aktivitas Belajar ... 171

Lampiran 11 : Kisi-kisi Tes Kemampuan memori ... 176

Lampiran 12 : Lembar Soal Tes Kemampuan memori ... 177

Lampiran 13 : Kunci Tes Kemampuan memori ... 181

Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ... 184

Lampiran 15 : Lembar Soal Tes Prestasi Kognitif ... 188

Lampiran 16 : Kunci Tes Prestasi Kognitif ... 201

Lampiran 17 : Kisi- kisi Angket Prestasi Afektif ... 202

Lampiran 18 : Pedoman Penilaian Afektif ... 203

Lampiran 19 : Lembar Soal Angket Prestasi Afektif ... 204

Lampiran 20 : Uji normalitas, uji homogenitas dan uji t penentuan sampel ... 210

Lampiran 21 : Daftar Nama Siswa Kelas eksperimen I dan II ... 113

Lampiran 22 : Daftar Nama Kelompok Kelas eksperimen I dan II ... 215

Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ... 217

Lampiran 24 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Kognitif... 220

Lampiran 25 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Prestasi Afektif ... 224

Lampiran 26 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Aktivitas Belajar Siswa ... 228


(17)

commit to user

xvi

Lampiran 27 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan

Daya Pembeda Tes Kemampuan Memori Siswa ... 231

Lampiran 28 : Deskripsi data Prestasi Kognitif ... 234 Lampiran 29 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Kognitif ... 236

Lampiran 30 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Kognitif ... 239

Lampiran 31 : Anava Tiga Jalan dan Uji Lanjut Prestasi Kognitif ... 245

Lampiran 32 : Deskripsi Data Prestasi Afektif ... 251

Lampiran 33 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Afektif ... 253

Lampiran 34 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Afektif ... 257

Lampiran 35 : Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif ... 263


(18)

commit to user

xvii ABSTRAK

Tarti Harjani. S831002062, 2011 ”Pembelajaran Kimia Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau Dari Aktivias Belajar dan Kemampuan Memori”( Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar, kemampuan memori terhadap prestasi belajar, serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar, interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori, interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori, interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebanyak tiga kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling sejumlah dua kelas dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data untuk kemampuan memori dan prestasi belajar ranah kognitif digunakan metode tes, metode angket untuk prestasi belajar ranah afektif dan aktivitas belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif yang diberikan dengan TGT lebih tinggi dari pada dengan TPS. Ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada yang beraktivitas belajar rendah. Ada pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih baik dari pada yang berkemampuan rendah. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar tinggi selalu tinggi bila diberikan TGT atau TPS. Sedangkan prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar rendah akan tinggi bila dengan TGT dan rendah dengan TPS. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori siswa, tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dengan kemampuan memori,tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif maupun afektif.

Kata kunci: TPS danTGT, Aktivitas belajar, Kemampuan memori, Hidrokarbon , Kognitif dan afektif.


(19)

commit to user

xviii ABSTRACT

Tarti Harjani .S831002062, 2011 “Chemistry Learning using Cooperative Learning Model through Think Pair Share and Teams Games Tournament type overviewed from learning activities and memory capability” (A case study on competencies of Hidrocarbon for Grade 10th students semester 2 The Muhammadiyah Senior High School 2 Surakarta, Academic Year 2010/2011) Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

The aims of this research were to find out: The effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model, learning activities, memory capability toward student’s achievement and the interaction between cooperative learning model with learning activities, the interaction between cooperative learning model with memory capability toward, the interaction between learning activities and memory capability, the interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward student’s achievement.

The research used experimental method. The population was all of Grade 10th students in Muhammadiyah senior high school 2 for three class . The sample was taken using cluster random sampling technique and consisted of two class of the three class. Memory capability and cognitive student’s achievement were collected by test method, while the affective student’s achievement and student’s learning activities were collected by questioner method. ANOVA three ways with unequal cell was used to analyze the hypotheses.

Based on the results of the research can be concluded that : There was the effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement is given by TGT is higher than that with TPS, there was the effect of the learning activities toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is better than a low learning activities, there was the effect of memory capability toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high memory capability is better than a low memory capability, there was the interaction between cooperative learning model with learning activities model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is always high when administered TGT or TPS. While the cognitive achievement of students who have a low learning activity will be high when administered the TGT and low when administered TPS, there was not any interaction between cooperative learning model with memory capability, there was not any interaction between learning activities and memory capability, there was not any interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward cognitive or affective achievement.

Keyword: TPS and TGT, Learning activities, Memory capability, Hydrocarbon, Cognitive and affective,


(20)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang diberikan kelebihan berupa akal pikiran. Untuk mengolah akal pikiran itu diperlukan pola pendidikan melalui proses belajar. Apabila akal pikiran terolah dengan baik maka manusia bisa mengemban tugas dengan baik dari Sang Kholiq. Pengolahan akal pikiran itu harus melalui pendidikan. Oleh karena itulah maka manusia tidak boleh berhenti berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional pada Bab I, pasal 1 disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar berarti sebelum melakukan proses pembelajaran, harus diperhitungkan faktor-faktor pendukung proses itu dengan baik.Faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah guru, siswa , strategi pembelajaran dan materi pembelajaran. Guru mempunyai peranan yang sangat penting. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional pada Bab XI pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa, ‘Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan’ . Dari Undang-undang tersebut bisa diketahui


(21)

commit to user

bahwa salah satu tugas tenaga kependidikan dalam hal ini guru adalah mengelola proses pendidikan. Mengelola proses pendidikan itu meliputi merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Sebagai perancang pembelajaran guru harus memiliki strategi dalam proses belajar mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam strategi proses belajar mengajar guru harus menguasai model-model pembelajaran. Guru harus bisa memahami karakteristik siswa dan bisa memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga model pembelajaran tidak monoton tetapi bervariasi.

Data prestasi untuk pokok bahasan hidrokarbon selama 2 tahun terakhir di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai berikut: pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan KKM 63, siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari KKM 40% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 60%. Sedangkan pada tahun pelajaran 2009/2010 siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari KKM 45% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 55%.. Sehingga banyak siswa yang harus mengikuti program remidial untuk dapat mencapai KKM seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kondisi ini memang harus diperbaiki, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Dominasi metode ceramah harus dikurangi. Model pembelajaran yang monoton akan membuat siswa bosan dan tidak bergairah untuk belajar. Kebosanan siswa mungkin juga disebabkan karena selama ini guru menjadi pusat pada waktu pembelajaran. Kebosanan siswa ini berdampak prestasi belajar yang rendah. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan membuat siswa lebih bergairah dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(22)

commit to user

Prestasi belajar dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari dalam diri siswa diantaranya aktivitas belajar dan kemampuan memori, kreativitas, motivasi, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal diantaranya model pembelajaran yang digunakan, sarana prasarana dan lain-lain. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 99) bahwa: dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Siswa dikatakan belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Siswa secara aktif mengunakan pemikirannya, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang dipelajari.

Memori adalah sebuah sistem penyimpanan informasi pada diri manusia yang berkaitan dengan masa lalu. Memori memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Pada materi hidrokarbon yang memiliki banyak konsep sangat membutuhkan kemampuan memori yang baik. Jika kita lakukan aktivitas berpikir maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatan kita. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Semakin aktif siswa maka kemampuan memorinya akan semakin tinggi. Semakin tinggi kemampuan memori siswa maka hasil belajar akan semakin baik. Materi hidrokarbon mengandung banyak


(23)

commit to user

konsep yang abstrak dan kompleks. Contoh keabstrakkan pada materi hidrokarbon adalah pada ikatan – ikatan yang terjadi antara atom-atom yang terlibat ikatan, rantai karbon, reaksi-reaksi hidrokarbon dan lain-lain. Sedangkan contoh kekompleksannya terletak pada penamaan senyawa hidrokarbon. Karakteristik materi hirokarbon yang demikian sangat memerlukan kemampuan memori yang tinggi. Siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi akan lebih mudah dalam mempelajarinya.

Ada beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran konstektual, model pembelajaran direct instruction, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mempunyai karakter: positif interdepedence , interaction face to face, adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan keluwesan dan memelihara hubungan kerja yang efektif, serta bekerjasama dalam memecahkan masalah. Model ini bisa digunakan untuk menyampaikan materi hidrokarbon. Pada model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe diantaranya jigsaw, GI, STAD, TPS , TGT dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT).

Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) guru menyampaikan pelajaran pada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan pada siswa. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban secara mandiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya


(24)

commit to user

guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.(Slavin : 2008,257). Model pembelajaran tipe ini adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Keunggulan dari metode TPS diantaranya adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain., Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain: Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas, membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.

Model pembelajaran tipe TGT merupakan model pembelajaran yang menggunakan permainan. Adanya permainan inilah maka siswa akan terpancing motivasi belajarnya. Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskus. kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament): tidak efisien waktu, sering mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran tipe TPS dan TGT pada pokok bahasan hidrokarbon ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan memori.

B. IDENTIFIKASI MASALAH.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka ada beberapa hal yang menjadi masalah, diantaranya sebagai berikut ini.


(25)

commit to user

1. Pengajaran kimia di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berjalan satu arah dan berpusat pada guru.

2. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar, padahal berbagai metode telah dikembangkan seperti eksperiment, demontrasi,proyek dan lain-lain.

3. Belum diterapkannya model pembelajaran yang variatif dan inovatif, padahal berbagai model pembelajaran telah dikembangkan seperti pembelajaran kooperatif, CTL, PBL, DI dan lain-lain.

4. Belum banyak guru yang menggunakan tipe pembelajaran kooperatif yang variatif seperti TGT, TPS, jigsaw, NHT dan lain-lain.

5. Guru belum banyak memperhatikan faktor-faktor internal yang dimiliki siswa seperti aktivitas belajar, kemampuan memori, kemampuan awal, kreatifitas siswa dan lain-lain

6. Aktivitas belajar siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi. Tapi hal itu belum diperhatikan.

7. Kemampuan memori siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi. Tapi hal itu belum diperhatikan.

8. Nilai rata-rata mata pelajaran kimia khususnya materi hidrokarbon belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selama ini yang selalu diperhatikan adalah kebanyakkan adalah aspek kognitif sedangkan aspek afektif jarang.

9. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah struktur atom, Ikatan kimia, tatanama senyawa ,perhitungan kimia, hidrokarbon belum diajarkan sesuai dengan karakteristik siswa.


(26)

commit to user

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka agar penelitian ini bisa mencapai sasaran dengan baik, untuk itu penulis memberi batasan masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dan teams Games Tournament (TGT). 2. Tingkat aktivitas siswa dikatagorikan tinggi dan rendah.

3. Tingkat kemampuan memori siswa dikatagorikan tinggi dan rendah 4. Prestasi belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dan afektif. 5. Materi yang diteliti adalah materi hidrokarbon

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah , maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada penggaruh model pembelajaran pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?

2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar?

3. Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar?

4. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar?


(27)

commit to user

5. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?

6. Apakah ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?

2. Pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

3. Pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

4. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.

5. Interaksi model pembelajaran kooperatf tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar

6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa


(28)

commit to user

7. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, khususnya bagi guru dan siswa. Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa.

b. Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan bagi guru maupun tenaga kependidikan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis

a. Bagi peserta didik

Melalui penelitian ini diharapkan siswa mempunyai aktivitas yang tinggi, dengan aktivitas yang tinggi maka kemampuan memori mereka akan semakin tajam, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar .

b. Bagi guru

Memberi masukan bagi guru melakukan inovasi pada model pembelajaran yang dipakai, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien, berhasil guna dan berdaya guna untuk kemajuan pendidikan .


(29)

commit to user c. Bagi sekolah

Memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka meningkatkan kemajuan pendidikan dalam sekolah.


(30)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Pembelajaran

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional: ’ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.’

Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai berikut :

Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas dari peserta didik (pelajar) dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pembelajaran adalah mendapatkan informasi .Pembelajaran sebagai proses mendapatkan fakta-fakta, keterampilan, dan metode-metode yang bisa dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna. Pembelajaran melibatkan bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain dengan subyek permasalahan dan dengan dunia nyata. (Mark K. Smith, 2009: 30)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pada penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT),

2. Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha secara bertahap yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan secara konstruktif sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.


(31)

commit to user a. Teori Belajar Kognitif

1). Teori Belajar Piaget

Pendapat Piaget dalam Daryanto ( 2009: 12-13) mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak diantara adalah anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa jadi memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar, perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak, perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu dan tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak, perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kematangan, pengalaman, interaksi sosial,

equilibration. Ada 3 tahap perkembangan yaitu: berpikir secara intuitif ± 4 tahun, beroperasi secara kongkret ± 7 tahun, beroperasi secara formal ± 11 tahun. Dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama dan adaptasi dengan dunia sekitar.

Menurut Piaget dalam Ratna Willis ( 1989 : 150-151) salah satu dasar perkembangan intelektual adalah adaptasi. Adaptasi adalah penyesuaian diri pada lingkungan. Cara adaptasi antara organisme yang satu dengan yang lain berbeda. Adaptasi dilakukan dengan dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya. Sedangkan ekuilibrasi (penyeimbangan), yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan


(32)

commit to user

akomodasi. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Andaikata dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan. Akibat ketidakseimbangan ini terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau struktur baru timbul.

Keterkaitan antara teori Piaget dan penelitian ini adalah sebagai berikut. Siswa SMA masuk pada tahap perkembangan operasional formal, yang berarti kemampuan untuk berpikir abstrak sudah ada. Dengan demikian siswa SMA sudah bisa diajak mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Siswa juga seharusnya bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya ketika diberi pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TPS maupun TGT. Dengan model pembelajaran tipe TPS dan TGT siswa mendapatkan informasi baru, mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan baru tersebut ketika mereka berdiskusi dengan teman dalam kelompok maupun antar kelompok.

2). Teori Gagne

Menurut teori Gagne dalam Ratna Wilis (1989: 85-86) belajar konsep merupakan satu bagian dari suatu hierarki dari delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar tergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Delapan hierarki belajar itu terdiri dari belajar tanda, belajar stimulus dan respon,

Chaining, asosiasi vebal, belajar diskriminasi, belajar konsep konkret, konsep terdifinisi, aturan dan pemecahan masalah. Dalam belajar konsep harus menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Bisa dikatakan


(33)

commit to user

bahwa hierarki belajar adalah belajar dari materi yang sederhana menuju ke materi yang kompleks. Menurut Gagne dalam Mark (2009 : 119-120) menunjukkan bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian sembilan peritiwa berikut ini: (a) menarik perhatian; (b) menginformasikan pembelajaran sasaran yang akan dituju; (c) menstimulasi atau memanggil terlebih dahulu informasi yang telah diperoleh; (d) memyajikan isi pembelajaran; (e) memberikan panduan pembelajaran; (f) memberi kesempatan untuk latihan; (g) memberikan umpan balik tentang yang benar; (h) melakukan penilaian; (i) memperluas ingatan dan memori.

Keterkaitan antara teori Gagne dan penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mempelajari konsep baru pada materi hidrokarbon diperlukan pemahaman konsep-konsep sebelumnya. Untuk menguasai banyaknya konsep dalam materi hidrokarbon bisa dengan model pembelajaran TPS dan TGT. Model pembelajaran TPS dan TGT siswa dapat digunakan untuk mempelajari materi hidrokarbon dengan baik karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran. Sehingga model pembelajaran tipe TPS dan TGT ini bisa digunakan untuk pembelajaran materi hidrokarbon.

3).Teori Belajar Ausubel

Kontribusi Ausubel yang patut dipertimbangkan adalah gagasan tentang ”pengatur maju”. Menurut Ausubel dalam Mark ( 2009 : 118-119) pengatur maju adalah sebuah alat atau bantuan pembelajaran mental untuk membantu kita


(34)

commit to user

“mendapat pegangan” terhadap informasi baru atau sebuah alat mempersiapkan struktur kognitif pembelajar bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung. Kontribusi yang lain adalah penekanan pada hakikat aktif dalam pembelajaran resepsi sebermakna mungkin. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi milikinya dan berguna baginya. Teori Ausubel dalam Ratna Willis (1989, 111-116) belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.

Keterkaitan antara teori Ausubel dan penelitian ini adalah sebagai berikut. Materi hidrokarbon adalah materi yang mengandung banyak konsep. Untuk mengerti konsep baru, siswa harus bisa mengkaitkan konsep baru itu dengan konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Dalam model pembelajaran TPS dan TGT menggunakan diskusi. Diskusi inilah yang akan membuat siswa terbiasa dengan belajar bermakna. Karena dalam diskusi siswa dituntut untuk berargumen. Oleh karena itu siswa harus bisa mengkaitkan antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah dimilikinya.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut para penganut konstruktif dalam Ella (2004: 54 ) pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru atau


(35)

commit to user

pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dmlikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta lain maupun dengan gurunya. Driver dan Bell dalam Isjodi (2010 :34) mengemukakan prinsip-prinsip dalam konstruktivisme dalam pembelajaran diantaranya adalah hasil pembelajaran tergantung pada pengetahuan pelajar sebelumnya, pembelajaran adalah pengkonstruksi konsep-konsep, pengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam diri pelajar, konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang selanjutnya konsep tersebut akan diterima atau ditolak.

Kaitannya teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kerjasama. Melalui kerjasama inilah siswa dapat membangun suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dmlikinya. Dengan kata lain siswa bisa mengkonstruksi konsep-konsep dengan baik karena adanya diskusi dalam kerjasama itu.

c. Teori Belajar Sosial

Menurut Bandura dalam Ratna willis (1989, 27- 29) manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak ”dipukul” oleh stimulus-stimulus lngkungan. Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.


(36)

commit to user

Menurut Vygotsky dalam Isjoni (2010, 39-40) pembelajaran adalah konsep zona perkembangan proximal. Pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proximal. Zona perkembangan proximal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Zona perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Menurut Vygotsky bahwa ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan teman sebaya dibawah bimbingan orang dewasa yaitu guru.

Keterkaitan teori sosial dengan penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada kerjasama. Kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru membuat siswa lebih mudah memecahkan permasalahan. Antara anggota satu dengan yang lain akan saling membantu dalam menyelesaian masalah. Mereka saling mendukung untuk berhasil dan bukannya untuk gagal. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemhaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.


(37)

commit to user

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Menurut Isjodi (2010: 42-43). Model pembelajaran kooperatif mempunyai karakter: a positif interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau persamaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan sesorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya, b.

interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, c. adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, d. membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif, e. bekerjasama dalam memecahkan masalah. Menurut Akinbobola (2009: 1) bahwa “cooperative learning strategy was the most effective in facilitating students' attitude towards physics” . Karena karakter mata pelajaran fisika dan kimia sama yaitu sama-sama banyak mengandung konsep. Maka dari iitu pembelajaran kooperatif bisa juga diterapkan dalam mata pelajaran kimia. Menurut Gisbert (2008: 481) bahwa ” using cur ricula r competence impr ovement as a contr ol, show an incr ease in self-concept as a wr iter for a ll students who were given the opportunity to act a s tutors; either in fixed or in reciprocal role tutoring. Only fixed tutees, but not reciprocal tutees, feel more satisfied with their peer tutors than with the teacher's help”. Dari pernyataan itu dapat diambil kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam meningkatkan prestasi belajar. Adanya tutor teman sebaya ini dapat dijumpai dalam model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pada model pembelajaran kooperatif diantaranya TPS dan TGT.


(38)

commit to user

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Menurut Slavin dalam agus sintak dari metode ini adalah: Thinking (Berpikir), Guru mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya secara perorangan.

Pairing(Berpasangan), Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi), Hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.

Keunggulan dari TPS ini adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain., mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan motivasi dan ransangan untuk berfikir, meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya, optimaliasasi partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan kelemahan dari TPS antara lain: Suasana kurang rileks, Kadang siswa mengantungkan pada teman pasangannya, anggota kelompoknya sedikit, membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas, membutuhkan


(39)

commit to user

perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.

Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya melalui model pembelajaran tipe TPS. Dalam model TPS siswa dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi, belajar dari siswa lain, mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya serta optimalisasi partisipasi siswa lebih tinggi. Dengan karateristik tersebut maka model TPS mampu mengantarkan siswa pada pemahaman materi hidrokarbon dengan baik.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournaments (TGT) Menurut Slavin (2008: 163-170). Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament

dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.

Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: Penyajian kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar


(40)

commit to user

memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. Team (kelompok), kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. Menurut Fengfeng (2007: 1) ” gameplaying was more effective than drills in promoting maths performance, and cooperative gameplaying was most effective for promoting positive maths attitudes regardless of students' individual differences”. Dari kalimat diatas bahwa game lebih efektif dari pada latihan dalam meningkatkan prestasi matematika. Mata pelajaran kimia dan matematika mempunyai persamaan karakter, dengan demikian berarti penggunaan game bisa juga diterapkan dalam mempelajari kimia. Turnamen, biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikan tugas-tugasnya. Untuk turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi


(41)

commit to user

terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen

Penghargaan kelompok (team recognise), Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Kelebihan TGT (Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskus. kelemahan TGT: tidak efisien waktu, sering mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.

Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya melalui model pembelajaran tipe TGT. Model pembelajaran tipe TGT mempunyai

A1 A2 A3 A4

TINGGI RATA-RATA RATA-RATA RENDAH

GRUP 1

B1 B2 B3 B4

TINGGI RATA RATA RENDAH

RATA RATA

C1 C2 C3 C4

TINGGI RATA RATA RENDAH

RATA RATA


(42)

commit to user

banyak kelebihan yang dapat membuat anak lebih mudah untuk mempelajari materi hidrokarbon.

5. Aktivitas Belajar.

Menurut Sardiman (2004, 100) aktivitas belajar adalah keterkaiatan antara dua aktivitas yang bersifat fisik dan mental dalaam kegiatan belajar. Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru. Menurut Sardiman (2001:93). “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral

activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, discusi, interupsi; (3) Listening


(43)

commit to user

activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;. (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan;

(8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Kaitan pengambilan variabel moderator aktivitas belajar pada penelitian ini adalah karena keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Model pembelajaran pada penelitian ini adalah kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama dan interaksi dengan teman sebaya. Interaksi dengan teman inilah yang akan menuntut siswa harus aktif. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan. Aktivitas belajar semakin tinggi maka perubahan pengetahuan akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar akan semakin tinggi.

6. Kemampuan Memori

Kemampuan memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan memamfaatkan informasi. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari mulai berjalan, berbicara hingga prestasi musik dan olahraga. Memori


(44)

commit to user

diklasifikasikan berdasarkan tempat menyimpan data , maka ada tiga katagori, yaitu memori sensori, memori kerja atau memori jangka pendek,. memori jangka panjang (Yovan 2010 : 32). Memori kerja adalah istilah umum untuk sistem yang lebih besar dimana memori kerja adalah bagiannya. (Susan 2009:13). Semua bentuk input sensorik berupa stimulus yang ditangkap melalui panca indra pertama kali akan melewati jenis memori sensori.

Memori kerja adalah istilah yang digunakan para psikolog untuk menyatakan kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan memanfaatkan informasi di dalam pikiran dalam jangka waktu singkat. Memori kerja memberikan ruang kerja mental atau buku catatan yang digunakan untuk menyimpan informasi penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kegiatan yang menggunakan memori kerja adalah "perhitungan di dalam hati". Bayangkan bahwa kita sedang berusaha mengalikan bilangan 43 dan 67 dalam situasi di mana kita tidak dapat menggunakan kalkulator atau mesin hitung lainnya ( pena dan kertas ). Untuk melakukan ini, kita terlebih dahulu harus menyimpan kedua bilangan tersebut di dalam memori kerja. Langkah berikutnya adalah menggunakan kaedah perkalian yang telah kita pelajari untuk memprosesnya di dalam memori kerja sehingga diperoleh suatu hasil akhir.

Banyaknya informasi yang dapat disimpan dalam memori kerja untuk jangka waktu singkat sekalipun sangat terbatas dan bila batas dilampaui, kita akan lupa setidaknya pada bagian yang kita ingat. Misalnya , mengalikan bilangan yang lebih besar dari 542 dan 891, bagi kebayakan orang hal ini sangat sulit. Kesulitan ini disebabkan karena perhitungan ini memerlukan penyimpanan informasi yang lebih besar dibanndingkan dengan kapasitas yang dapat disimpan dalam memori kerja.


(45)

commit to user

Memori kerja sebenarnya merupakan suatu sistim komponen –komponen memori yang saling berkaitan yang terletak dibagian-bagian otak yang berbeda. Sebagian dari komponen ini digunakan untuk menyimpan informasi tertentu, ini sering dinamakan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dibagi menjadi dua yaitu memori lisan jangka pendek dan memori visuo-spasial jangka pendek. Memori lisan jangka pendek menyimpan memori yang dapat dinyatakan dalam bahasa lisan, seperti bilangan, kata, dan kalimat. Bagian dari memori kerja ini terletak di bagian samping belahan kiri otak. Memori visuo-spasial jangka pendek dapat menyimpan bayangan, gambar dan informasi mengenai lokasi. Bagian dari memori kerja ini terletak dibagian belahan otak kanan.Bagian terakhir dari memori kerja adalah komponen yang mengatur perhatian dan terlibat dalam koordinasi proses mental tingkat tinggi, yang dinamakan ‘eksekutif sentral’. Misalnya kegiatan berhitung dalam hati akan melibatkan eksekutif sentral dan memori lisan jangka pendek. Menentukan lokasi rumah akan melibatkan eksekutif sentral dan memori visuo-spasial jangka pendek. Eksekutif sentral ini terletak dibagian depan belahan otak kiri dan otak kanan. (Susan,2009 :1-12).

Memori jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu memori deklaratif (eksplisit) dan memori non deklaratif (implisit/prosedural). Memori deklaratif/eksplisit adalah memori yang dimaksud seperti kebanyakan orang dengan memori. Memori deklaratif/eksplisit disimpan di dalam korteks serebral tepatnya di hipokampus. Memori deklaratif/eksplisit dibagi lagi menjadi dua, yaitu memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman-pengalaman anda sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat hidup. Memori semantik berisikan jumlah total pengetahuan yang anda miliki


(46)

commit to user

seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita ketahui. Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari informasi yang mengenai pancaindra (input sensorik) disimpan dalam memori sensori. Setelah itu melakukan attensi dan informasi disimpan dalam memori pendek kemudian melakukan latihan akan disimpan dalam memori panjang. (yovan , 2010:33).

Kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Model pembelajaran pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana model ini menekankan pada kerja sama dan interaksi sosial. Maka model ini bisa digunakan untuk pembelajaran kimia dengan materi hidrokarbon. Hal ini karena pada materi hidrokarbon mengandung banyak konsep. Adanya banyak konsep ini maka diperlukan adanya interaksi sosial dan kerja sama antara siswa satu dengan siswa yang lain untuk memecahkan masalah. Dan materi yang mengandung banyak konsep juga memerlukan kemampuan memori yang tinggi untuk menguasainya. Kemampuan memori bisa diukur dengan menggunakan tes kemampuan memori.

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas


(47)

commit to user

selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai

Benjamin S. Bloom dalam Ella (2004: 59) mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar yang diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif dan ranah afektif. Hal ini karena meteri hidrokarbon banyak mengandung konsep, sehingga ranah psikomotor bukan sebagai acuan.

Pada ranah kognitif yang terkait dengan kemampuan mengetahui (C1) dapat ditunjukkan melalui mengemukakan arti, memberi nama, membuat daftar, menentukan lokasi tempat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang terjadi dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kemampuan memahami (C2) artinya kemampuan mengerti tentang hubungan antar faktor, antar konsep, antar prinsip, antar data, hubungan sebab akibat dan penarikan kesimpulan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengungkapkan gagasan, membedakan, membandingkan, menginterprestasikan data, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.


(48)

commit to user

Pada ranah kognitif, kemampuan mengaplikasikan (C3) sesuatu artinya menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui: menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan merancang strategi penyelesaian masalah. Kemampuan menganalisis (C4) artinya menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar bagian itu. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui : mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik dan mengaji ulang. Kemampuan sintesis (C5) artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui desain, menemukan penyelesaian atau solusi masalah, memprediksi, merancang model produk tertentu dan menciptakan produk tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi (C6) artnya mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat tak bermanfaat. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui : mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, menulis laporan, membahas suatu kasus dan memilih solusi terbaik. Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan digunakan jenjang C1, C2, C3, C4 yang sesuai untuk anak SMA.

Ranah afektif yang terkait dengan kemampuan menerima, merespons, menilai, mengorganisasi dan memiliki karakter. Kemampuan menerima yaitu kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan dengan pancaindra) dan stimulus (rangsangan). Dalam kegiatan belajar dapat


(49)

commit to user

ditunjukkan dengan adanya kesenangan pada diri siswa yang terkait dengan belajar. Kemampuan merespons, dalam arti kemampuan melakukan sesuatu dan kemampuan menanggapi. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan. Kemampuan menilai artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, dalam kegiatan belajarnya dapat ditunjukkan melalui : mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan rasa empati dan simpati kepada orang lain. Kemampuan mengorganisasi, dalam arti mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistim. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain menerima kelebihan dan kekerangan diri, merefleksikan pengalaman pada suatu hal, bertanggung jawab terhadap perilaku. Kemampuan memiliki karakter, artinya suatu nilai telah menjadi karakternya. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui, rajin, tepat waktu, disiplin, mandiri, obyektif dalam melihat dan memecahkan masalah.

Dalam Depdiknas ( 2008, 5) ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1) Sikap, merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengethui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2) Minat, menurut Getzel dalam Depdiknas, minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Jadi minat atau keinginan adalah kecenderungan hati


(50)

commit to user

yang tinggi terhadap sesuatu. 3) Konsep Diri. Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. 4) Nilai, Nilai menurut Rokeach dalam Depdiknas merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. 5) Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Suharsimi (2009:177) menyatakan bahwa pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif, tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Jadi pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Pada penelitian ini penelitian ranah afektif meliputi aspek sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral, yang didiukur menggunakan skala Likert. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 4 respon yang menunjukkan tingkatan, yaitu : Selalu, Sering , Jarang, Tidak pernah atau Setuju sekali, Setuju, Tidak setuju dan Tidak setuju sekali.

8. Materi Hidrokarbon

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Adanya atom C dan H dalam senyawa dapat ditujukkan dengan uji pembakaran. Pada pembakaran sempurna,


(51)

commit to user

carbon berubah menjadi CO2 yang dapat dikenali karena mengeruhkan air kapur, sedangkan hidrogen menjjadi H2O, yang dapat mengubah kertas kobal yang berwarna biru menjadi merah jambu. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.

a. Kekhasan atom karbon

1).Atom karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen Karbon adalah unsur non logam yang di lambangkan dengan huruf C. Karbon terletak di periode 2 dan golongan IVA. Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh karena itu untuk mencapai konfigurasi oktet, karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen. Selain itu, atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai.

2). Atom karbon dapat membentuk senyawa yang stabil

Dalam persenyawaannya, atom karbon membentuk empat pasang elektron ikatan dengan atom-atom lain, sehingga lengkaplah pembentukan oktetnya tanpa adanya pasangan elektron bebas. Akibatnya persenyawaan atom karbon sangat stabil

3). Atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal dan rangkap

Keempat elektron valensi yang dimiliki oleh atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap, dan ikatan rangkap tiga. Contoh :

CH3- CH2- CH2- CH3

CH2 = CH - CH2- CH3 CH º C - CH2- CH3


(52)

commit to user

4). Atom karbon dapat membentuk rantai lurus dan bercabang

Kekhasan atom karbon yang tidak dimiliki atom lain adalah kemampuan membentuk rantai yang sangat panjang antar sesama atom karbon. Rantai karbon tersebut dapat lurus dan bercabang.

Contoh :

CH2- CH2 CH = CH CH = C - CH3

ï ï ï ï ï ï CH2- CH2 CH2 CH2 CH2- CH2 ï ï

CH2─ CH2

b. Kedudukan Atom Karbon

Dalam senyawa organik kedudukari atom karbon dibedakan menjadi atom C primer, bila mengikat langsung 1 atom C lain. Atom C sekunder, bila mengikat langsung 2 atom C lain. Atom C tersier, bila mengikat langsung 3 atom C lain. Atom C kuarterner, bila mengikat langsung 4 atom C lain.

c. Klasifikasi hidrokarbon

Hidrokarbon Alifatik Alkana

Alkena

Alkuna Siklik Alisiklik Aromatik Gambar 2.2 Diagram Klasifikasi hidrokarbon


(53)

commit to user Senyawa Alifatik

Senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap) disebut senyawa alifatik.

Senyawa Siklik

Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping.

1). Alkana

Alkana adalah hidrokarbon alifatik jenuh.

Tabel 2.1 Suku-suku Alkana

n = jumlah atom C (suku ke)

Rumus Molekul

Nama Alkana

1 CH4 metana

2 C2H6 etana

3 C3H8 propana

4 C4H10 butana

5 C5H12 pentana

6 C6H14 heksana

7 C7H16 heptana

8 C8H18 oktana

9 C9H20 nonana

10 C10H22 dekana

11 C11H24 undekana

12 C12H26 dodekana

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa satu golongan senyawa yang suku-sukunya berturutan berbeda CH2 . Satu golongan itu disebut deret homolog.Deret homolog mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : rumus umum sama yaitu CnH2n+2., sifat kimia mirip, suku-suku berturutan berbeda CH2, perbedaan M, antara dua suku berturutan sebesar 14, makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didih.


(54)

commit to user

Gugus alkil adalah alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil mempunyai rumus umum Cn H2n+1

a). Tatanama alkana

(1). Cari rantai C yang terpanjang sebagai Rantai Utama. Bila terdapat dua atau lebih rantai terpanjang harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak.

(2). Lingkari cabang-cabang yang terikat pada rantai utama sebagai alkil (metil; etil; propil) dan seterusnya dengan simbol R.

(3). Atom C ujung yang paling dekat alkil diberi nomor unit 1, 2,3 dan seterusnya. (4). Jika penomoran sama dari kedua ujung rantai utama, maka harus dipilih

sehingga cabang/alkil yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor terkecil.

(5). Jika terdapat 2 atau lebih alkil yang sama, cukup ditulis satu kali dengan diberi awalan (di = 2; tri = 3, tetra = 4, penta = 5 dan seterusnya).

(6). Alkil-alkil ditulis menurut urutan alfabetik (etil - butil - isobutil - isopropil - metil - propil - sekunderbutil - tersierbutil)

(7). Penulisan nama alkana

(Posisi + nama cabang/alkil) + nama rantai utama Contoh :

Cara penulisan nama IUPAC suatu senyawa alkali

CH3- CH - CH2- CH - CH3 ï ï

CH3 CH2 ï CH3 2,4-trimetil heksana


(55)

commit to user CH3- CH2- CH - CH3- CH2 - CH2- CH3 ï ï

CH3 CH2- CH3

4-etil-3-metilheksana

b). Isomeri pada alkana

Isomeri : senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul (jumlah atom C) sama tetapi berbeda rumus struktur.

Contoh:

pentana (C5H12) mempunyai 3 isomer

CH3- CH2- CH2- CH2- CH3 n-pentana

CH3- CH - CH2- CH3 ï

CH3 isopentana (2 metil butana)

CH3 ï CH3-- C -- CH3 ï CH3

Neopentana (2,2 dimetil butana)

c). Sifat-sifat alkana (1). Sifat fisis


(1)

commit to user

3. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis ketiga dapat diketahui bahwa ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi mempunyai prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah. Hal ini ditunjukan dengan data seperti berikut. Dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi memiliki nil ai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 77,85. Sedangkan 25 siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 72,04.

4. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keempat dapat diketahui bahwa ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran TGT akan selalu mempunyai prestasi yang lebih baik walaupun aktivitas belajarnya rendah. Siswa yang diberi pembelajaran dengan tipe TPS (1) akan mempunyai prestasi yang lebih baik jika aktivitas belajar tinggi, tetapi jika aktivitas belajarnya rendah akan mempunyai prestasi yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan aktivitas belajar tinggi berturut-turut adalah 77,25 untuk TPS; 78,75 untuk TGT; sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 68,40 untuk TPS; 77,25 untuk TGT. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas


(2)

commit to user

5. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis kelima dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan

memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Jadi apapun model pembelajaran yang dipakai, siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi tetap akan mempunyai prestasi yang tinggi. Sedangkan apapun modelnya yang dipakai untuk kemampuan memori rendah akan menghasilkan prestasi rendah bila dibanding dengan prestasi pada siswa berkemampuan memori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar kognitif siswa dengan kemampuan memori tinggi berturut-turut adalah 75,31 untuk TPS; 80,38 untuk TGT; sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 69,57 untuk TPS; 75,18 untuk TGT. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan

kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar afektif.

6. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keenam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Jadi untuk segala katagori aktivitas belajar baik tinggi maupun rendah yang terjadi pada siswa dengan kemampuan memori tinggi akan mempunyai nilai prestasi yang baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan memori yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori tinggi berturut-turut adalah 82,00 untuk aktivitas belajar tinggi; 74,29 untuk aktivitas rendah; sedangkan nilai rata-rata prestasi


(3)

commit to user

belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 74,00 untuk aktivitas belajar tinggi; 70,23 untuk aktivitas rendah. Tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar afektif siswa

7. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis ketuju dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas

belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Jadi apapun model pembelajaran yang dipakai dan berapapun tingkat aktivitasnya, maka siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi akan memiliki prestasi yang tinggi. Dan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah akan memiliki prestasi rendah. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar afektif.

B. IMPLIKASI 1. Implikasi teoritis

Implikasi teoritis dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk pembelajaran kimia materi hidrokarbon, sehingga model pembelajaran TGT dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam meningkatkan prestasi siswa pada materi hidrokarbon.


(4)

commit to user

b. Aktivitas belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai aktivitas yang tinggi mempunyai prestasi yang tinggi. Oleh karena itu dalam pembelajaran aktivitas belajar harus diperhatikan.

c. Kemampuan memori juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dengan kemampuan memori yang tinggi maka prestasi belajar kimia pada materi hidrokarbon juga tinggi, oleh karena itu faktor internal ini perlu mendapatkan perhatian.

d. Dalam peningkatan pengguasaan materi hidrokarbon perlu diperhatikan model pembelajaran dan faktor internal. Pembelajaran dengan model pembelajaran TPS ataupun TGT untuk siswa yang aktivitas belajarnya tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajarnya rendah. sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar pada kedua model pembelajaran TPS dan TGT dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas belajar.

2. Implikasi Praktis

a. Model pembelajaran tipe TGT lebih efektif kita gunakan sebagai model pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon dikelas.

b. Untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi bisa diajarkan dengan model pembelajaran tipe TGT maupun tipe TPS, sedangkan untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah sebaiknya diajarkan dengan model pembelajaran tipe TGT.


(5)

commit to user

c. Untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi bisa diajarkan dengan model pembelajaran tipe TGT maupun tipe TPS, sedangkan untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah sebaiknya diajarkan dengan model pembelajaran tipe TGT.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dan hasil penelitian di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Apabila guru sudah mengumumkan akan menggunakan model pembelajaran tipe TGT atau TPS pada suatu pembelajaran, siswa sebaiknya harus menyesuaikan dengan baik, dengan menata meja kursi sebelum pembelajaran dimulai dan berkumpul dengan teman kelompoknya sesuai dengan kelompok masing-nasing tanpa disuruh guru. Karena apabila menunggu perintah dari guru akan menyita banyak waktu. b. Ketika didalam kelas siswa harus aktif melakukan diskusi baik dengan

siswa lain atau guru untuk lebih mempermudah menangkap materi yang diberikan guru. Untuk itu membekali dulu dari rumah dengan belajar selain dari buku paket juga bisa dari internet atau referensi lain yang sesuai.

2. Bagi Guru

a. Bila mau menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau TPS maka sebelum kegiatan belajar mengajar guru harus mengatur pembagian kelompok, pengelompokkan dilakukan oleh guru agar diperoleh anggota yang heterogen, demikian juga untuk penentuan ketua kelompoknya.


(6)

commit to user

b. Setelah diadakan penelitian ternyata aktivitas belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar. Jadi perlu dilakukan aktivitas belajar seperti diskusi, presentasi, permaianan dan lain-lain.

3. Bagi Peneliti

a. Model pembelajaran tipe TGT maupun TPS hendaknya diterapkan lebih dahulu pada sampel yang akan diteliti sebelum penelitian. Hal ini untuk

menghindari adanya gendala yang berhubugan dengan model

pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meneliti penelitian yang sejenis atau dengan tinjauan variabel moderator yang lain. c. Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan angket sebaiknya kros cek


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL TPS (THINK PAIR SHARE) DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR

0 6 145

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN THINK PAIR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Teams Games Tournament (Tgt) Dan Think Pair Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Ke

0 4 16

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN THINK PAIR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Teams Games Tournament (Tgt) Dan Think Pair Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Ke

0 2 16

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 2 15