commit to user 108
Dari deskripsi data aktivitas belajar tinggi dan rendah pada tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa dari 24 siswa  yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki nilai  prestasi  belajar  ranah  kognitif  rata-rata  78,  00.  Sedangkan  27  siswa  yang
mempunyai  aktivitas belajar rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah  kognitif rata-rata  72,33.  Dari  data  tersebut  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  ada  pengaruh
aktivitas  belajar  tinggi  dan  rendah  terhadap  prestasi  belajar  dan  nilai  rata-rata untuk  siswa  yang  mempunyai  aktivitas  tinggi  lebih  tinggi  dari  pada  siswa  yang
mempunyai  aktivitas  rendah.  Hal  ini  karena  aktivitas  belajar  siswa    akan mengakibatkan  perubahan  dalam  dirinya,  berupa  perubahan  pengetahuan.
Aktivitas belajar semakin tinggi maka perubahan pengetahuan akan semakin tinggi sehingga  prestasi  belajar  akan  semakin tinggi. Jadi  ada pengaruh  aktivitas  belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan untuk prestasi afektif tidak  ada  pengaruh  aktivitas  belajar  tinggi  dan  rendah  terhadap  prestasi  belajar
afektif.  Dalam  Depdiknas    2008,  5  ada  5  lima  tipe  karakteristik  afektif  yang penting,  yaitu  sikap,  minat,  konsep  diri,  nilai,  dan  moral.  Karakter-  karakter
tersebut  tidak  tergantung  pada  aktivitas.  Jadi  tidak  ada  pengaruh  aktivitas  tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif.
3. Hipotesis Ketiga
Hasil  analisis  General  Linier  Model  GLM  untuk  hipótesis  ketiga  yang ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah  P value = 0,001,  karena P value  0,05 maka
H yang  menyatakan  tidak  ada  pengaruh  tingkat  kemampuan  memori  tinggi  dan
rendah terhadap prestasi belajar  kognitif ditolak. Hal  ini berarti  H
1
diterima  yaitu ada  pengaruh  tingkat  kemampuan  memori  tinggi  dan  rendah  terhadap  prestasi
belajar  kognitif.  Memori  diklasifikasikan  berdasarkan  tempat  menyimpan  data  ,
commit to user 109
maka  ada tiga  katagori, yaitu  memori  sensori., memori  kerja  atau memori  jangka pendek, memori jangka panjang Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari
informasi  yang  mengenai  pancaindra  input  sensorik  disimpan  dalam  memori sensori.  Setelah  itu  melakukan  attensi  dan  informasi  disimpan  dalam  memori
pendek  kemudian  melakukan  latihan  akan  disimpan  dalam  memori  panjang. Yovan 2010 : 32 -33
Dari  deskripsi  data  kemampuan  memori  tinggi  dan  rendah  pada  tabel  4.9 dapat diketahui bahwa dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 77,85. Sedangkan 25 siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah
kognitif  rata-rata  72,04.  Dari  data  tersebut  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  ada pengaruh  tingkat  kemampuan  memori  tinggi  dan  rendah  terhadap  prestasi  belajar
dan nilai rata-rata untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih tinggi  dari  pada  siswa  yang  mempunyai  kemampuan  memori  rendah.  Hal  ini
karena semakin tinggi kemampuan memori seseorang berarti semakin tinggi pula kemampuan untuk menyimpan informasi akibatnya prestasi belajarnya juga  akan
tinggi.  Sedangkan  untuk  prestasi  afektif  tidak  ada  pengaruh  tingkat  kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena karakter
dari  afektif tidak tergantung pada kemampuan memori.
4. Hipotesis Keempat
Hasil  analisis  General  Linier  Model  GLM  untuk  hipótesis  keempat  yang ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah  P value = 0,014,  karena P value  0,05 maka
H yang menyatakan tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair  Share
TPS  dan
Teams  Games  Tournament
TGT  dengan  aktivitas  belajar
commit to user 110
siswa  terhadap  prestasi  belajar  kognitif    ditolak.  Hal  ini  berarti  H
1
diterima  yaitu ada  interaksi  model  pembelajaran  kooperatif  tipe
Think  Pair  Share
TPS  dan
Teams Games Tournament
TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar  kognitif.  Pada  prinsipnya  belajar  adalah  berbuat,  tidak  ada  belajar  jika
tidak  ada  aktivitas.  Itulah  mengapa  aktivitas  merupakan  prinsip  yang  sangat penting  dalam  interaksi  belajar  mengajar”Sardiman,  2001:93.  .  Menurut  Slavin
dalam agus sintak dari metode ini adalah:
Thinking
Berpikir, Guru mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada
mereka  untuk  memikirkan  jawabannya  secara  perorangan.
Pairing
Berpasangan, Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi
kesempatan  untuk  berdiskusi.
Sharing
berbagi,  Hasil  diskusi  dari  tiap-tiap pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Menurut  slavin  ada  lima  komponen  utama  dalam  TGT,yaitu:  Penyajian kelas,  pada  awal  pembelajaran  guru  menyampaikan  materi.
Team
kelompok, kelompok  biasanya  terdiri  atas  empat  sampai  dengan  lima  orang  siswa.Fungsi
kelompok  adalah  untuk  lebih  mendalami  materi  bersama  teman  kelompoknya.
Game
,  game  terdiri  atas  pertanyaan-pertanyaan  yang  dirancang  untuk  menguji
pengetahuan  yang  didapat  siswa  dari  penyajian  kelas  dan  belajar  kelompok.
Turnamen ,
setelah  guru  membuat  presentasi  kelas  dan  kelompok-kelompok
mempraktikan  tugas-tugasnya.  Penghargaan  kelompok
team  recognise
,  Guru kemudian  mengumumkan  kelompok  yang  menang,  masing-masing  team  akan
mendapat  sertifikat  atau  hadiah  apabila  rata-rata  skor  memenuhi  kriteria  yang ditentukan.
commit to user 111
Pada kedua tipe model pembelajaran diatas melibatkan aktivitas –aktivitas siswa  karena  aktivitas  adalah  segala  kegiatan  yang  dilaksanakan  baik  secara
jasmani  atau  rohani.  Dari  deskripsi  data  aktivitas  belajar  pada  tiap-tiap  model pembelajaran  yang  terdapat  pada  tabel  4.4  dan  4,5  terlihat  bahwa  nilai  rata-rata
prestasi belajar siswa dengan Aktivitas belajar tinggi berturut-turut adalah 77, 25 untuk  TPS;    78,75  untuk  TGT;  sedangkan  nilai  rata-rata  prestasi  belajar  siswa
dengan  aktivitas  belajar  rendah  berturut-turut  adalah    68,40  untuk  TPS;    77,25 untuk  TGT.    Siswa  yang  diberi  pembelajaran  dengan  pembelajaran  TGT  akan
selalu mempunyai prestasi yang lebih baik walaupun aktivitas belajarnya rendah. Siswa yang diberi pembelajaran dengan tipe TPS  akan mempunyai prestasi yang
lebih baik jika aktivitas belajar tinggi, tetapi jika aktivitas belajarnya rendah akan mempunyai prestasi yang kurang baik. Hal ini karena pada pembelajaran TPS ada
tahap
think
dimana tahap ini siswa dituntut mandiri. Jadi  bagi  siswa  yang  mempunyai  aktivitas  rendah  prestasi  belajarnya  juga
akan  rendah.  Tetapi  untuk  siswa  yang  dikenai  TGT  walaupun  dia  mempunyai aktivitas  rendah  prestasinya  tetap  akan  baik,  karena  siswa  akan  langsung
terbantukan  dalam  memahami  materi  pelajaran  oleh  teman-temannya  ketika masuk  pada  tahap
team.
Jadi  bisa  disimpulkan  bahwa  ada  interaksi  model pembelajaran  kooperatif  tipe
Think  Pair  Share
TPS  dan
Teams  Games Tournament
TGT  dengan  aktivitas  belajar  siswa  terhadap  prestasi  belajar kognitif. Sedangkan untuk prestasi afektif tidak ada interaksi model pembelajaran
kooperatif  tipe
Think  Pair  Share
TPS  dan
Teams  Games  Tournament
TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena tidak
commit to user 112
ada pengaruh model pembelajaran maupun aktivitas dengan prestasi belajar ranah afektif.
5. Hipotesis Kelima