39
5. Perkembangan Moral
Pada usia ini, anak sudah mampu untuk mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Anak sudah bisa menilai
setiap perbuatan yang baik dan buruk sehingga tindakan mereka lebih terkontrol. Anak juga sudah dapat mengikuti aturan dan tuntutan, baik dari orang tua maupun
lingkungan sosialnya. 6.
Perkembangan Penghayatan Keagamaan Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilainilai agama
sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya. Pada masa ini, pendidikan agama sangat mempengaruhi perkembangan akhlak anak. Apabila nilai-nilai agama telah
ditanamkan sejak dini pada diri anakanak, maka pada saat masa remaja mereka lebih siap untuk menghadapi berbagai permasalahan yang biasa terjadi karena
mereka sudah memiliki bekal pegangan yang cukup. 7.
Perkembangan Motorik Perkembangan motorik anak di usia ini sudah dapat terkoordinasi dengan
baik. Setiap geraknnya sudah selaras dengan kebutuhannya sehingga kegiatan yang dilakukan anak lebih beragam, seperti: menulis, menggambar, melukis,
mengetik, berenang, bermain bola, dan atletik.
F. Hubungan Minat Belajar dengan Kedisiplinan Belajar
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyeluruh. Dengan adanya minat yang tinggi dalam
pembelajaran maka proses dan hasil belajar akan tercapai lebih optimal. Dengan adanya minat yang tinggi kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan
40
lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan pendapat Suradi dalam Ardiansyah 2013 : 21 bahwa dengan adanya minat yang tinggi maka semangat belajarnya juga
akan tinggi. Semangat belajar ini berpengaruh dalam aktivitasnya mengikuti dan memperhatikan pelajaran.
Hurlock 1978: 140 menyatakan bahwa minat sangat berpengaruh pada perilaku siswa. Jika siswa tertarik pada pembelajaran di kelas maka minatnya
akan tinggi. Siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran di kelas cenderung akan bosan. Rasa bosan inilah yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas
lainnya sehingga menurunkan tingkat kedisiplinan yang ada pada diri siswa. Kedisiplinan dalam belajar salah satunya ditandai dengan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran Naim, 2012 :43. Kesungguhan dalam belajar dapat terjadi jika ada minat belajar pada diri siswa.
Sesuai dengan pendapat Djamarah 2002 : 132 indikator minat belajar antara lain dalah rasa suka, ketertarikan, memberikan perhatian, kesadaran belajar, dan
partisipasi, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh akan mencerminkan indikator-indikator minat tersebut. Dengan demikian menunjukkan
bahwa minat memiliki hubungan dengan kedisiplinan belajar pada diri siswa.
G. Hubungan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar
Siswa yang memiliki keyakinan akan kemampuannya cenderung memperhatikan dan mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran dengan baik. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Ormrod 2008 : 21 yang menyatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi aktivitas belajar siswa, tujuan belajar, usaha serta
presistensi siswa dalam aktivitas aktivitas kelas. Aktivitas- aktivitas di dalam
41
kelas ketika pembelajaran berlangsung erat kaitannya dengan kedidiplinan dalam belajar. Jika siswa menjalankan aktivitas di kelas sesuai dengan perintah dan
aturan, maka siswa memiliki kedisiplinan dalam belajar. Dengan demikian efikasi diri mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa.
Bandura Feist dan Feist, 2011: 210 yang mengatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi bentuk tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan. Siswa dengan
efikasi diri yang tinggi mampu memberikan respon positif dan tindakan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa dengan efikasi yang
tinggi akan mengikuti pelajaran sesuai dengan aturan. Begitu pula sebaliknya siswa yang memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi akan lebih yakin pada
tindakan yang diplih. Siswa dengan kedisiplinan yang tinggi memiliki efikasi diri yang tinggi pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa efikasi dirimemiliki hubungan
dengan kedisiplinan belajar. Bandura Wade dan Travis, 2006 : 180 mengungkapkan bahwa siswa
dengan tingkat efikasi yang tinggi tidak akan mudah cemas dan mampu beradaptasi dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam hal ini adaptasi
dapat berupa sikap dan perilaku dalam mengikuti pelajaran. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya siswa dengan efikasi diri yang tinggi mampu mampu
mengikuti pelajaran dengan sikap yang baik dan mematuhi aturan yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efikasi diri dan kedisiplinan belajar
siswa saling berhubungan. Hollingswort Parmiyati, 2013 : 27 menyatakan bahwa kedisiplinan belajar
siswa dipengaruhi oleh rasa pesimis, putus asa, dan ketakutan yang ada pada diri
42
siswa. Pendapat tersebut memperkuat bahwa efikasi diri berpngaruh pada kedisiplinan belajar siswa. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi tidak merasa
takut dan pesimis dalam menghadapi suatu masalah.
H. Hubungan Minat Belajar dengan Efikasi Diri