21 mereka terjebak pada Bank Plecitdan kaum rentenir yang tidak membutuhkan
prosedur yang berbelit – belit.
4. Tecnological capability deprivation: dimana orang miskin tidak dapat memiliki teknologi baru yang memerlukan modal yang cukup besar. Teknologi tradisional
seperti pembuatan alat – alat dari bahan lokal tanah, bambu, kayu dan lain –
lain telah digantikan oleh alat pabrikan. 5. Political capability deprivation: petani miskin dipedesaan tidak mampu
memengaruhi keputusan politik yang dirumuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR, tidak didengarkan aspirasinya, tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan collective action. 6. Psychological deprivation: petani miskin pedesaan selalu memperoleh stigma
sebagai orang – orang yang kolot, bodoh, malas, tidak aspiratif. Stigma inilah
yang berakibat mereka menjadi rendah diri dan merasa disepelekan, merasa teralienasi didalam kehidupan sosial dan politik.
2.3 Pembangunan Berkelanjutan
Program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan kepada sumber daya
yang tidak tergantikan non-renewable dan menciptakan alternatif serta tatanan ekologis, sosial, ekonomi, dan politik yang berkelanjutan ditingkat lokal. Hal ini
berimplikasi pada masyarakat setempat dalam hal penggunaan lahan, gaya hidup, konservasi dll. Nasdian, 2014: 50
Pembangunan berkelanjutan yang kokoh harus bermuara dari pembangunan dipedesaan. Hal tersebut sangat berlaku di negara berkembang seperti di Indonesia.
Dimana 23 penduduk Indonesia berada di pedesaan. Selain itu, dari sektor ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
22 pedesaan di Indonesia juga menjadi sumber kehidupan karena indonesia negara
agraris. Oleh kerana itu pembangunan di Indonesia akan kurang mempunyai arti bila tidak dilakukan pembangunan masyarakat desa Adi, 2003: 292
Konsep pembangunan berkelanjutan secara sederhana dapat diartikan sebagai pembangunan yang memiliki kemampuan dalam menjamin kebersinambungan
pembangunan. Hal mana dilakukan dengan cara berikhtiar memenuhi keperluan masa sekarang tanpa membahayakan peluang generasi yang akan datang dalam
memenuhi berbagai keperluan hidup nantinya. Dengan demikian, konsep pembangunan berkelanjutan memberikan perhatian terhadap kepentingan masa
sekarang dan kepentingan masa mendatang Siagian dan Suriadi, 2012: 56. Perserikatan Bangsa Bangsa melaksanakan konferensi khusus tentang
Masalah Lingkungan dan Pembangunan. Konferensi ini lebih dikenal dengan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Riode Janeiro, Brazil Tinto, dalam Siagian dan
Suriadi, 2012. Konferensi ini mengangkat slogan “berpikir mendunia, bertindak sesuai keadaaan setempat”. Slogan ini berupaya menggambarkan perlunya bertindak
bijaksana terhadap lingkungan. Oleh karena itu, Konferensi Tingkat Tinggi Bumi ini berupaya menyadarkan perlunya menumbuhkan semangat kebersamaan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh benturan antara kelompok- kelompok pelaku pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan dengan kelompok
yang memperhatikan lingkungan. Hasil utama implementasi Konferensi Tingkat Tinggi Bumi antara lain adalah
berupa kesepakatan para pemimpin negara-negara di dunia ini untuk menyetujui berbagai rancangan besar yang berkaitan dengan pembangunan berkesinambungan
yang didasarkan atas pemeliharaan lingkungan. Pembangunan ekonomi dan sosial yang dimasukkan dalam tiga dokumen yang secara hukum wajib berlaku atau
Universitas Sumatera Utara
23 mengikat dan tiga dokumen lainnya yang secara hukum tidak mengikat. Adapun tiga
persetujuan meliputi: 1. Persetujuan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati.
Konferensi ini bertujuan melestarikan beraneka ragam sumber daya genetika, semua jenis mahluk hidup, habitat, dan sistem lingkungan. Juga bertujuan untuk
menjamin pendayagunaan
berbagai sumber
daya hayati
secara berkesinambungan demi menjamin pembagian manfaat keanekaragaman hayati
secara adil. 2. Persetujuan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Kerangka Kerja Perubahan
Iklim Global. Persetujuan ini bertujuan untuk menyeimbangkan kepekatan gas rumah kaca di atmosfer hingga pada tingkat yang dapat mencegah campur
tangan manusia yang berbahaya yang berkaitan dengan iklim. 3. Persetujuan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Penyelesaian Masalah
Penurunan Kualitas Tanah. Persetujuan ini berupaya mencipta pemecahan terhadap masalah rusaknya tanah. Penurunan kualitas tanah ini telah mengurangi
secara signifikan daya dukung suatu kawasan bagi kehidupan manusia yang mendiaminya Soejachman, dalam Siagian dan Suriadi, 2012: 60-61.
Selanjutnya tiga dokumen lainnya yang secara hukum tidak mengikat merangkum dua kesepakatan, yaitu:
1. Pendeklarasian Rio berkenaan dengan asas yang menekankan hubungan antara lingkungan dan pembangunan. Asas tersebut dapat dilaksanakan secara umum
dalam rangka menjamin pemeliharaan lingkungan dan pembangunan yang bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
24 2. Dasar-dasar kebenaran pengelolaan hutan, yaitu pernyataan yang mengikat
tentang dasar-dasar kebenaran bagi satu pertujuan dunia tentang pengelolaan, pelestarian dan pembangunan berkesinambungan dari semua jenis hutan.
3. Agenda 21 yang merupakan rancangan lengkap tentang program pembangunan berkesinambungan saat memasuki abad ke-21. Disebutkan dalam Agenda 21
bahwa selain pemerintah bangsa-bangsa di dunia, badan-badan khusus Perserikatan Bangsa bangsa dan organisasi internasional lainnya, maka seluruh
lapisan masyarakat perlu memahami konsep pembangunan berkesinambungan. Ditegaskan pula, bahwa terdapat sembilan kelompok utama yang diharapkan
terllibat dalam program ini, yaitu: 1. Organisasi non pemerintah NGOLSM
2. Pemuda 3. Pekerja
4. Petani dan nelayan 5. Pemerintah lokal
6. Perempuan 7. Ilmuwan
8. Pemuka adat Siagian dan Suriadi, 2012: 62. Dalam Pembagunan keberlanjutan Perserikatan Bangsa
– Bangsa PBB juga telah menyusunnya dalam Millenium Development Goals MDGs dan Sustainable
Development Golas SDGs, hal tersebut disepakati oleh negara anggota PBB. Terdapat delapan tujuan dan sasaran yang dirangkum dalam Millennium
Development Goals yang harus dicapai sebelum 2015, yaitu: 1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah,
2. Pencapaian Sekolah Dasar secara umum,
Universitas Sumatera Utara
25 3. Membangun kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
4. Mengurangi tingkat kematian anak, 5. Meningkatkan kesehatan ibu,
6. Perlawanan terhadap HIVAIDS, malaria, dan penyakit serius lainnya, 7. Menjamin kesinambungan pembangunan lingkungan,
8. Mengembangkan kerjasama global bagi pembangunan. Dalam MDGs yang menjadi titik sentral pembangunan adalah manusia, atau
pembangunan berpusat pada peningkatan kualitas kehidupan manusia. MDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global sambil menekankan tanggung
jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka. Sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.
Manfaat dari MDGs tidak semata-mata untuk mengukur target dan menentukan indikator dari berbagai bidang pembangunan yang menjadi tujuan, tetapi
yang terpenting adalah bagaimana tujuan pembangunan millenium dikonkritkan pelaksanaannya. Misalnya tidak saja menghitung berapa jumlah ibu yang meninggal
disebabkan melahirkan tetapi juga bagaimana menghentikan kematian ibu karena melahirkan tersebut Siagian dan Suriadi, 2012: 70.
Sementara dalam SDGs terdapat 17 tujuan yang akan dicapai mulai dari tahun 2015
– 2030. Tujuan tersebut antara lain: 1. Mengentaskan segala bentuk kemiskinan,
2. Mengentaskan kelaparan, meraih ketahanan pangan dan peningkatan mutu gizi pangan, serta mengenalkan pertanian berkelanjutan,
3. Menjamin cara hidup sehat dan mengenalkan kesejahteraan pada semua tingkatan umur,
Universitas Sumatera Utara
26 4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan adil serta mengenalkan metode
pembelajaran sepanjang hidup, 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan seluruh wanita,
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan, 7. Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan, dan modern, 8. Mengenalkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,
kesempatan kerja yang penuh dan produktif, serta kelayakan kerja, 9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mengenalkan industrialisasi yang
inklusif, berkelanjutan, dan mendorong inovasi, 10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antarnegara,
11. Membuat kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan, 12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan,
13. Mengambil keputusan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya, 14. Melestarikan dan menggunakan samudera, laut, dan sumber daya kelautan
secara bijak demi pembangunan berkelanjutan, 15. Melindungi, memulihkan, dan mengenalkan penggunaan yang berkelanjutan atas
ekosistem darat, memerangi desertifikasi, menghentikan dan memulihkan kerusakan lahan dan menghentikan kerusakan keanekaragaman hayati,
16. Mengenalkan komunitas masyarakat yang inklusif dan penuh damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan, dan
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif bagi semua kalangan, 17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global demi
pembangunan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
27
2.4 Pengembangan Masyarakat 2.4.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat