81 6. Perluasan pertanian organik terintegrasi, pengembangan energi alternatif,
pengembangan kesehatan alternatif dan pengembangan credit union CU.
7. Konservasi daerah aliran sungai DAS dengan pendekatan polikultur kebun
tanaman campuran. 8. BITRA menjadi sumber belajar bagi masyarakat.
9. Optimalisasi aset-aset BITRA sehingga mampu menjadi sumber penghasilan
organisasi.
4.2.5 Struktur dan Personalia
Berikut adalah struktur dan personalia Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan BITRA Indonesia periode 2014 sd 2019
Badan pembina : 1. Ir. Sebastian E. Saragih, Msc Ketua
2. Ir. Sabirin 3. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. MLI
4. Ir. Darun, Msi 5. Drs. Safaruddin Siregar
Badan pengawas : 1. Job Rahmat Purba Ketua
2. Yenni Chairiah Rambe, SH 3. Henri Sitorus
Badan Pengurus 1. Wahyudhi Ketua
2. Drs. Rusdiana adi 3. Hawari Hasibuan, SH
Universitas Sumatera Utara
82 4. Erika Rosmawati, SH
5. Restu Aprianta Tarigan, SP Staff pelaksana :
1. Delianto 2. Iswan kaputra, S. Sos
3. Sutiyem 4. Mhd. Ikhsan, ST
5. Justina Purba, SE 6. Siska Elisaberh Barimbing, SH
7. Jumarni, SP 8. Fira Handayani, SE
9. Ir. Listiani 10. Drs. Swaldi
11. Misdi Syahputra 12. Drs. Rustam Efendi, Msi
13. Sudarmanto 14. Dina Mawena P.,SE. Ak
15. Arisyanti Gultom, Amd 16. Berliana Siregar, Amd
4.2.6 Program Umum
Adapun 4 empat program umum yang dilakukan: 1. Program Pengembangan Masyarakat
2. Program Advokasi 3. Program Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
83 4. Program StudiPenelitian, Dokumentasi dan Publikasi
4.2.7 Program Pertanian Organik
Program pertanian organik adalah salah satu bagian dari program pengembangan masyarakat. Sesuai dengan visi dan misi dari lembaga, program ini
dilakukan karena ketidakberdayaan petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Semenjak ditetapkannya revolusi hijau, dimana prinsip pertanian berubah menjadi
pertanian anorganik membuat petani mendapatkan dampak negatifnya setelah beberapa tahun penerapan. Teknik pemupukan menggunakan bahan kimia membuat
kualitas tanah semakin menurun. Pemupukan yang dilakukan secara intensif itu juga dilakukan bersamaan dengan praktik penanaman padi secara terendam sehingga
secara lingkungan memberikan dampak negatif yang sangat besar karena memproduksi aneka bahan gas rumah kaca seperti gas CH
4
dari perendaman jerami, gas CO
2
dari pembakaran jerami dan gas N
2
O dari perendaman pupuk kimia nitrogen. Secara sosial ekonomi semua beban biaya untuk pemupukan, perendaman
perendaman dan pencemaran ini ditanggung sepenuhnya oleh petani. Banyaknya
masalah yang
dihadapi petani
dalam meningkatkan
kesejahteraannya dikarenakan cara bertani yang merugikan petani menjadi alasan yayasan Bitra Indonesia menerapkan program pertanian organik.
4.2.7.1 Tujuan Program
Adapun tujuan dari program pertanian organik yaitu ; 1. Menciptakan pertanian berkelanjutan dengan mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro ekosistem secara alami, 2. Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan hasil panen,
Universitas Sumatera Utara
84 3. Meningkatkan kemandirian petani dan terlepas dari monopoli pihak
– pihak lain, 4. Meningkatkan taraf hidup petani.
4.2.7.2 Manfaat Program
Adapun manfaat dari program pertanian organik yaitu: 1. Aspek kesehatan
a. Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan exposure polusi yang diakibatkan
penggunaan bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian. c. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
2. Aspek lingkungan a. Kualitas tanah yang semakin baik, hal ini dikarenakan pertanian organik tidak
memutus siklus tanah. b. Sistem produksi pertanian organik lebih hemat, yaitu hanya menggunakan 50-
80 energi minyak jika dibandingkan dengan pertanian anorganik c. Kualitas air terjaga.
d. Meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca. e. Mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk.
f. Menciptakan keanekaragaman hayati. 3. Aspek Ekonomi
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, karena: a. Biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari pupuk kimia.
Universitas Sumatera Utara
85 b. Harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih tinggi dari pertanian
konvensional. c. Petani dan peternak bisa mendapat tambahan pendapatan dari penjualan
jerami dan kotoran ternaknya. d. Bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan
organik lebih murah dari pakan ternak konvensional. e. Pengembangan pertanian organik berarti mengacu pada daya saing produk
agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan
mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Aspek sosial budaya a. Terbentuknya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di
pedesaan. b. Merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya lapangan
kerja baru bagi masyarakat pedesaan. c. Merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani-peternak-pekebun
untuk menerapkan sistem terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian jerami dan dedak
dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Sementara pekebun
akan mendapatkan lahannya yang bersih karena hewan ternak yang merumput dilahanya atau peternak yang mengambil pakan dari lahan kebunnya dan
pekebun mendapatkan puuk alami dari kotoran ternak yang digembala pada lahan ternaknya
Universitas Sumatera Utara
86
4.2.7.3 Tahap Kegiatan Program
Pada pelaksanaan kegiatan program pertanian organik di Desa Lubuk Bayas ada beberapa tahap kegiatan yaitu:
1. Pelatihan persiapan program, meliputi a. Pelatihan formal penyadaran petani
b. Pelatihan penerapan pertanian organik dengan materi persiapan lahan dan benih, penanaman dan pemeliharaan padi, panen dan pasca panen
c. Pelatihan pembuatan pupuk organik, mikroorganisme dan pestisida nabati 2. Implementasi program, meliputi
a. Pendampingan pembuatan pupuk organik, mikroorganisme dan pestisida nabati
b. Pendampingan persiapan lahan dan benih c. Pendampingan penanaman dan pemeliharaan padi
d. Pendampingan panen dan pasca panen 3. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam beberapa pembagian. Pada tahun pertama 2 kali musim tanam monitoring dilakukan sekali dalam seminggu, kemudian pada
tahun ke-dua dan ke-tiga monitoring dilakukan sekali dalam sebulan, hingga ditahun berikutnya monitoring dilakukan sekali dalam setahun.
4. Evaluasi Evaluasi program pertanian organik dilakukan setiap akhir musim tanam
pasca panen.
Universitas Sumatera Utara
87
4.2.7.4 Waktu, Lokasi dan Kelompok Sasaran
Program pertanian organik mulai diterpakan yayasan BITRA Indonesia sejak November 2008. Desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang
Bedagai menjadi satu-satunya desa yang menjadi dampingan Yayasan BITRA Indonesia ditahun itu. Kemudian ditahun 2009 desa Namu Landor Kabupaten Deli
Serdang menjadi kelompok dampingan yang kedua. Desa Pulo Tagor dan Pulo Gambar Kabupaten deli serdang menjadi kelompok ke tiga dan empat yang dibentuk
tahun 2011. Hingga yang terakhir adalah desa Bingkat Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang bedagai yang baru saja dimulai bulan maret 2015. Kelompok
sasaran yayasan BITRA Indonesia adalah petani dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan menengah.
Waktu pelaksanaan kegiatan program pertanian organik oleh yayasan BITRA Indonesia disetiap desa tidak sama, kerena kecepatan pencapaian kemandirian petani
di setiap desa berbeda – beda. Setelah yayasan BITRA Indonesia menilai para petani
kelompok dampingannya sudah mulai mandiri, yayasan BITRA Indonesia menerapkan sistem monitoring sekali dalam setahun.
Di desa Lubuk Bayas kegiatan pelatihan dari program pertanian organik berlangsung dari tahun 2008 hingga 2009, kemudian penerapannya berlangsung dari
tahun 2009 hingga 2012. Yayasan BITRA Indonesia menilai petani organik yang ada di desa Lubuk Bayas pada tahun 2012 sudah mandiri dan tidak perlu di dampingi
lagi. Adapun yang menjadi indikator mandiri oleh Yayasan BITRA Indonesia yaitu kemampuan menerapkan pertanian organik dan kemampuan memberikan ilmu
tentang penerapan pertanian organik kepada petani yang lain.
Universitas Sumatera Utara
88
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini akan dibahas tentang analisa data dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui angket kuesioner. Kuesioner berisikan daftar
pertanyaan yang sudah dibuat dan kemudian disebarkan kepada petani organik dan anorganik di Desa Lubuk Bayas. Adapun responden dalam penelitian ini berjumlah
60 petani yaitu 30 petani organik dan 30 petani anorganik. Responden tersebut di tentukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel bertujuan purposive
sampling technique. Melalui penyebaran angket atau kuesioner diperoleh data responden yang
dibagi kedalam dua sub bab sebagai berikut: a. Karakteristik umum responden yang meliputi jenis kelamin, usia, suku,
pendidikan dan jumlah anak yang ditanggung
b. Pengaruh program pertanian organik terhadap sosial ekonomi kelompok dampingan Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan di Desa Lubuk Bayas
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
5.2 Karakteristik Umum Responden 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi petani
organik dan anorganik dapat menjadi sampel. Teknik penarikan sampel yang telah ditetapkan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang
digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan dalam pengambilan sampel.
Universitas Sumatera Utara
89 Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah semua 30 anggota
kelompok dampingan Yayasan BITRA Indonesia yang telah memproduksi padi organik dan 30 petani anorganik yang memiliki sosial ekonomi yang sama sebelum
petani organik mendapatkan pendampingan. Data mengenai distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada
tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi F Persentase
Petani Organik Petani Anorganik
1 2
Laki – laki
Perempuan 28
2 26
4 90,0
10,0 Jumlah
30 30
100,0 Sumber: Data Primer 2015
5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.1 diketahui bahwa seluruh responden masih berada dalam usia produktif, yaitu antara 15
– 64 tahun. Usia produktif tersebut memungkinkan responden masih kuat dan dapat bekerja mandiri,
terutama responden petani organik yang memang tujuan dari program pertanian organik oleh Yayasan BITRA Indonesia untuk memandirikan petani dan melepaskan
petani dari monopoli pihak – pihak lain.
Adapun data mengenai distribusi respoden berdasarkan usia disajikan pada tabel 5.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
90
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia
Frekuensi F Persentase
Petani Organik Petani Anorganik
1 2
3 4
30 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
51 – 60 Tahun
61 – 70 Tahun
7 14
8 1
10 16
4 28,3
50,0 20,0
1,7 Jumlah
30 30
100,0 Sumber: Data Primer 2015
5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku