1.5.2 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku 2.
Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
1.6 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi kebakaran, dan sumber daya manusia. Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi : Alarm kebakaran, Detector, Sprinkler, APAR, dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi : jalan keluar,
pintu darurat, tangga darurat, dan tempat berhimpun. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No.26PRTM2008, Permen PU No.20 PRTM2009, dan Standar Nasional Indonesia SNI. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran 2.1.1 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010, kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.
Menurut Standar Nasional Indonesia, kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen sebagai contoh yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan
efek lainya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.
Menurut Zaini 1998, kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas dan sinar. Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta 1992 adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
Sedangkan menurut Basri 1998, yang dimaksud dengan kebakaran adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan. Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka, khususnya terhadap mereka yang mengalami kebakaran.
2.1.2 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia PSKI, terjadinya kebakaran memerlukan tiga unsur :
1. Adanya bahan yang mudah terbakar
2. Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3. Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
panas Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia. Dan selanjutnya model segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api tetrahedron.
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar, zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas. Kebakaran adalah