Analisis Kelayakan Finansial Net Benefit Ratio Net BC yaitu rasio antara manfaat bersih yang bernilai

20 2 Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3 Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat juga dibedakan menjadi: 1 Manfaat langsung direct benefit yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan penurunan biaya. 2 Manfaat tidak langsung indirect benefit yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama suatu proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena ada perbaikan kesehatan atau keahlian. Perbaikan distribusi pendapatan dan lain sebagainya. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaanya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek Gittinger 1986.

3.1.3 Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV Net Present Value, IRR Inernal Rate Return, Net BC Net Benefit Cost Ratio, PP Payback Period dan analisis kepekaan Switching Value. Setiap kriteria digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek untuk dijalankan, selain itu digunakan untuk memberi urutan ranking berbagai usulan investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. a NPV Net Present Value NPV Net Present Value suatu proyek atau usaha adalah selisish antara nilai sekarang manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut Umar 2003, Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Menurut Husnan dan 21 Muhammad 2000, metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih pada masa yang akan datang. Nilai sekarang dapat dihitung dengan menentukan bunga terlebih dahulu.. Kriteria kelayakan berdasarkan NPV adalah: 1 NPV 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan 2 NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal. Dengan kata lain proyek tersebut tidak untung ataupun tidak rugi. 3 NPV 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan atau dengan kata lain proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. b IRR Internal Rate of Return Metode ini mengitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa-masa mendatang atau didefenisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV sama dengan 0. Gittinger 1986 menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. c Net BC Net Benefit Cost Ratio Menurut Husnan dan Muhammad 2000, Net BC menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satuan biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Net BC merupakan angka perbandingan present value dari net benefir yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria kelayakan Net BC adalah: 1 Net BC 1, maka NPV 0, proyek layak untuk dijalankan dang menguntungkan 2 Net BC 1, maka NPV 0, proyek mangalami kerugian dan tidak layak untuk dijalankan. 22 3 Net BC = 0, maka NPV =0, proyek tidak mengalami kerugian ataupun untung tapi masih layak untuk dijalankan. d PP Payback Period Payback Period atau tingkat pengembalian adalah suatu indicator untuk menilai kelayakan suatu proyek atau usaha yang akan dijalankan. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain. e Analisis Sensitivitas Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang pada akhirnya akan mmepengaruhi kegiatan usaha atau proyek. Menurut Kadariah 2001, analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar- dasar perhitungan biaya dan manfaat. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Menutur Gittinger 1986, pengujian ini dilakukan sampai tingkat maksimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besar proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol NPV=0. NPV = 0 akan membuat IRR sama dengan suku bunga sekarang dan akan membuat Net BC sama dengan 1. Analisis switching value dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga yaitu penurunan harga output, kenaikan biaya total, kenaikan biaya investasi dan kenaikan biaya operasional. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional CV CIF merupakan salah satu peternakan sapi perah penghasil susu terbesar di daerah Cisarua. CV CIF mampu memproduksi susu sapi segar sebanyak 1200 liter perhari yang diproduksi dari 63 sapi laktasi, kemudian susu segar tersebut akan dipasarkan dan dijual kepada pembeli tunggal yaitu PT Cimory. Akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh, pihak PT Cimory sendiri saat ini masih mengalami kekurangan pasokan susu dari pihak CV CIF, dengan kata lain PT Cimory bersedia menampung susu lebih banyak lagi dari total produksi susu yang 23 dihasilkan CV CIF pada saat ini. Sehingga untuk mengupayakan terpenuhinya permintaan PT Cimory, CV CIF menerapkan dua alternatif kegiatan dalam memproduksi susu sapi perah. Alternatif pertama atau yang dapat disebut skenario I adalah teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa normal production seperti yang dilaksanakan oleh CV CIF saat ini, berupa kegiatan proses produksi menghasilkan susu sapi dengan pemberian pakan berupa konsentrat yang dibeli dari pihak lain dengan tujuan untuk memenuhi permintaan susu PT Cimory. Tujuan di lakukannya analisis pada skenario I adalah untuk melihat keadaan aktual yang terjadi saat ini dalam peternakan sapi CV CIF, sehingga bisa diketahui perbandingan mengenai manfaat yang diperoleh ataupun biaya yang dikeluarkan pada proyek yang dijalankan. Selanjutnya adalah alternatif kedua atau skenario II, dimana CV CIF menerapkan suatu metode baru yang telah teruji mampu untuk meningkatkan produksi susu berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi perah, baik itu berupa peningkatan kualitas pakan dan juga kuantitas pakan. Dimana sebelumnya metode tersebut pernah diteliti oleh Kusnadi U dan Juarini E 2006, disebutkan bahwa pemberian peningkatan pakan yang dibarengi dengan peningkatan frekuensi pakan pada sapi perah akan meningkatkan kemampuan produksi susu sampai 22.3 persen. Yang berarti awalnya sapi mampu berproduksi sebanyak 19 literhari maka akan terjadi peningkatan sebesar 21.03 liter hari. Diharapkan kedepannya metode yang akan diterapkan ini akan berdampak positif bagi CV CIF dalam meningkatkan produksi. Untuk mendukung metode tersebut, diperlukan adanya penerapan teknologi baru yang berfungsi untuk mensupply pakan tersebut kepada sapi perah. Sehingga untuk mewujudkannya, CV CIF melakukan suatu kegiatan investasi berupa pembelian mesin pembuat pakan konsentrat. Metode yang akan dilakukan tersebut merupakan suatu metode yang sudah terbukti dan telah memberikan hasil yang bermanfaat bagi perusahaan atau peternakan yang menggunakannya. Dengan adanya mesin pembuat pakan tersebut akan memudahkan perusahaan untuk menerapkan metode baru tersebut yang bertujuan untuk memenuhi permintaan susu dari PT Cimory. 24 Analisis kelayakan finansial ini digunakan untuk melihat pengaruh yang diberikan oleh perubahan pola pemberian pakan baik itu segi suplementasi dan frekuensi pemberian pakan yang awalnya 5 kgekorhari sebanyak 2 kali sehari menjadi 9 kgekorperhari sebanyak 3 kali sehari. Dengan adanya perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kelayakan usaha ternak sapi perah CV CIF dengan menggunakan modal sendiri. Aspek finansial yang akan dianalisis adalah NPV Net Present Value, IRR Inernal Rate Return, Net BC Net Benefit Cost Ratio, PP Payback Period. Selain kajian terhadap aspek kelayakan, penelitian juga menganlisis switching value. Analisis ini berguna untuk mengetahui batasan- batasan sejauh mana perubahan-perubahan pada variabel-variabel agar mengetahui tingkat kelayakan usaha. Variabel yang sering digunakan adalah kenaikan harga-harga pada komponen masing-masing biaya variabel, penurunan volume produksi dan penurunan harga jual. Berikut adalah bagan kerangka pemikiran operasional yang akan dijalankan dalam melakukan penelitian. Gambar 1 . Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Finansial UsahaTernak Sapi Perah CV CIF Kriteria Kelayakan Finansial: NPV IRR Net BC PP Kriteria Kelayakan Finansial: NPV IRR Net BC PP Metode Lama: Pemberian pakan sebanyak 5 Kghari dengan frekuensi 2 kali sehari PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN Teknologi produksi pemberian pakan pada sapi perah yang masih belum optimal yang mengakibatkan rendahnya produksi susu yang dihasilkan oleh CV CIF. Metode Baru: Peningkatan pemberian pakan menjadi 9 Kghari, dengan frekuensi 3 kali sehari. Adanya penambahan investasi baru berupa mesin pembuat pakan. Analisis Sensitivitas Rekomendasi Bagi Perusahaan Dalam Meningkatkan Produksi Susu sapi perah Analisis Sensitivitas Umpan Balik 26 IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian