67 Tabel 17, memperlihatkan nilai koefisien masing-masing variabel penjelas
yang membangun model regresi logistik penelitian. Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen atau dengan taraf nyata
α sebesar 5 persen. Analisis logistik menghasilkan nilai Statistik G sebesar 97,953 -2loglikelihood.
Hasil ini menunjukkan bahwa minimal ada satu slope model yang tidak sama dengan nol. Dengan kata lain minimal ada salah satu variabel dari beberapa
variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Pengujian Goodness of fit uji akurasi model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari metode uji Pearson, Deviance dan
HosmesLemeshow . Nilai ‘p’ pada uji tersebut menunjukkan angka yang lebih
besar dibandingkan nilai α 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa model sudah
cukup baik dalam mempresentasikan data yang ada dan cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Selanjutnya dalam analisis regresi logistik, dilakukan
pengujian satu persatu pada masing-masing variabel independent. Analisis ini ditunjukkan untuk mengetahui apakah suatu variabel berpengaruh positif atau
negatif terhadap keinginan berkunjung kembali dan apakah variabel tersebut signifikan atau tidak.
7.1 Uji Signifikansi Model dan Variabel Bebas
Pada tabel hasil estimasi regresi logistik dapat dilihat bahwa secara satu persatu, tidak semua variabel independent mempengaruhi secara signifikan
peluang kunjungan ulang pada taraf nyata lima persen. Variabel independent yang pengaruhnya tidak signifikan pada taraf nyata lima persen adalah variabel
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, waktu tempuh, persepsi terhadap harga tiket, persepsi terhadap pelayanan
karyawan, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap kealamiahan kawasan dan persepsi terhadap nilai edukatif. Variabel-variabel tersebut
dikatakan tidak signifikan pada taraf nyata lima persen. Masing-masing variabel independent
memberikan peluang yang berbeda terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Besarnya peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai
odds ratio pada masing-masing variabel independent.
68 Pada tabel hasil estimasi, juga diketahui bahwa terdapat tujuh variabel
independent memiliki nilai koefisien positif yaitu variabel jenis kelamin,
pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, persepsi terhadap harga tiket masuk, persepsi terhadap ketersediaan fasilitas, persepsi terhadap pelayanan karyawan,
persepsi terhadap kenyamanan kawasan. Nilai koefisien positif pada variabel tersebut menandakan bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap
kunjungan ulang ke PKT-KRB. Enam variabel lainnya yaitu variabel usia, pendidikan terakhir, waktu tempuh, persepsi terhadap koleksi tumbuhan dan
persepsi terhadap nilai edukatif mempunyai koefisien negatif. Hal ini berarti keenam variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap keinginan untuk
berkunjung kembali ke PKT-KRB.
7.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kunjungan Ulang Ke Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Hasil analisis logit menunjukkan dua variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf lima persen yaitu variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas dan
persepsi terhadap kenyamanan kawasan. Sebelas variabel lainnya tidak signifikan dalam mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB
sebagai kawasan wisata alam.
1 Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat berhubungan dengan selera dan kebiasaan, sehingga diduga jenis kelamin perempuan cenderung konsumtif dibanding laki-laki, oleh
sebab itu peluang perempuan untuk berkunjung kembali diduga lebih besar dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan hasil regresi logistik, diketahui bahwa koefisien variabel jenis kelamin bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu
pengunjung perempuan memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki dalam keinginan melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Akan tetapi, p-value variabel jenis kelamin lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,100. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel jenis kelamin
69 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB,
Tabel 18 menyajikan informasi yang mendukung hal tersebut. Tabel 18. Sebaran Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Minat
Kunjungan Ulang
Tabel 18 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali ataupun tidak ingin berkunjung kembali didominasi oleh pengunjung
dengan jenis kelamin perempuan. Dengan kata lain jenis kelamin laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan
ulang ke PKT-KRB. Adanya sebaran seperti ini menjadikan variabel jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung
kembali ke PKT-KRB. Berdasarkan observasi lapang, dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke PKT-KRB, karena
PKT-KRB merupakan kawasan konservasi dan wisata alam yang ditujukan bagi perempuan dan laki-laki serta untuk semua segmen pasar, selain itu daya tarik
wisata yang ditawarkan juga disukai oleh seluruh kalangan, sehingga pengunjung perempuan maupun laki-laki dapat mengunjungi PKT-KRB.
Data pada tabel tersebut juga memberikan informasi bahwa masih terdapat 16 orang pengunjung perempuan dan 3 orang pengunjung laki-laki yang tidak
berminat untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini menjadi dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk kembali menarik pengunjung perempuan
dan laki-laki tersebut agar mau berkunjung kembali ke PKT-KRB. Upaya yang dapat dilakukan oleh PKT-KRB untuk menarik pengunjung
perempuan adalah dengan membuat beberapa daya tarik baru yang identik dengan kegemaran perempuan, tetapi tetap mengandung unsur konservasi misalnya
memperbanyak spesies bunga yang ditanam berbentuk pola yang unik. Sedangkan untuk laki-laki adalah membuat program outbond. Selain itu,
sebaiknya pihak PKT-KRB lebih memperhatikan kebersihan kawasan serta memperbanyak toilet, rekomendasi ini dibuat sesuai dengan banyaknya keluhan
Jenis Kelamin Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Laki-Laki 35
3 38
Perempuan 46
16 62
Total 81
19 100
70 perempuan mengenai kebersihan. Besarnya minat pengunjung, baik perempuan
maupun laki-laki yang ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB menjadi dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk mempertahankan pengunjung tersebut.
Pihak PKT-KRB juga perlu mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas pelayanan dan jasa yang ditawarkan agar minat pengunjung untuk berkunjung
kembali menjadi suatu kebiasaan dan berlanjut hingga tercipta loyalitas dari pengunjung tersebut.
2 Usia
Pengunjung yang berbeda usia diduga akan berbeda dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap suatu produk atau jasa. Pengunjung yang lebih muda cenderung lebih konsumtif dibanding usia tua, oleh karena itu diduga usia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. Dari hasil regresi logistik, koefisien variabel usia pengunjung adalah
negatif, artinya semakin bertambahnya usia maka semakin kecil peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hasil ini tidak sesuai dengan
hipotesis penelitian, dimana peningkatan usia diduga akan memperbesar peluang melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Variabel usia juga tidak signifikan,
karena p-value variabel ini lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,250. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel usia tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB, sehingga usia bukanlah pemicu atau penghambat bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia pengunjung menyebar dengan persentase terbesar adalah usia muda yaitu 15 hingga 23 tahun. Sehingga
semakin muda pengunjung, maka semakin ingin berkunjung kembali, namun karena usia muda tidak ingin berkunjung ulang maka variabel ini tidak signifikan.
Tabel 19, menyajikan data yang mendukung tidak signifikannya variabel usia.
71 Tabel 19. Sebaran Persentase Responden Menurut Usia dan Minat Kunjungan
Ulang ke Kebun Raya Bogor
Usia Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
15-23 42
13 55
24-30 25
2 27
30 14
4 18
Total 81
19 100
Tabel 19 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang atau tidak ingin berkunjung ulang didominasi oleh pengunjung
dengan usia muda yaitu 15 hingga 23 tahun. Dengan kata lain, pengunjung pada klasifikasi masing-masing usia memiliki keinginan untuk berkunjung kembali ke
PKT-KRB. Hal ini menjadi penjelas tidak signifikannya pengaruh usia terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan hasil
observasi lapang, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB adalah pengunjung dengan beragam usia remaja hingga lanjut usia yang ingin menikmati panorama
alam dan merasakan ketenangan berada di dalam PKT-KRB, namun umumnya pengunjung berusia muda. Hal ini juga sesuai dengan segmen pasar yang dituju
oleh PKT-KRB yaitu seluruh kalangan dan semua tingkatan usia namun lebih ditekankan pada usia muda.
Mengacu pada hasil studi lapang yang telah dilakukan, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB biasanya adalah pelajar yang datang untuk kegiatan
wisata sambil belajar dalam rangka study tour. Selain itu, banyak usia muda yang berkunjung dengan tujuan untuk kencan, perayaan ulang tahun atau sekedar
mengambil gambar yang umumnya keinginan tersebut identik dengan usia muda. Berbeda dengan pengunjung usia muda, motivasi pengunjung usia lanjut
berkunjung ke PKT-KRB biasanya hanya sekedar refreshing dalam rangka melepas penat, berolahraga serta beberapa dipengaruhi oleh pengunjung usia
muda yang merupakan anak atau keluarganya. Berdasarkan tabulasi antara variabel usia dengan keinginan untuk
berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak ingin berkunjung kembali berada pada rentang usia 15 hingga 23 tahun. Hal ini menjadi masukan
bagi pihak PKT-KRB agar dapat menarik lebih banyak lagi pengunjung rentang
72 usia tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak PKT-KRB dalam rangka
menarik pengunjung usia tersebut adalah dengan cara membuat paket-paket wisata yang menarik tetapi masih mengandung unsur konservasi, misalnya paket
wisata fotoflora, paket wisata jejak petualang atau save our plants paket wisata yang ingin menyelamatkan tumbuhan. Rekomendasi ini dibuat sesuai dengan
keluhan pengunjung usia muda terhadap daya tarik wisata yang ditawarkan PKT- KRB dirasa monoton.
Selain paket wisata, pihak PKT-KRB juga sebaiknya melakukan pemasaran dan promosi secara intensif untuk memperkenalkan kembali PKT-
KRB. Promosi yang dilakukan lebih ditekankan pada untuk memberitahukan pengunjung maupun calon pengunjung terkait dengan fungsi dan manfaat yang
disediakan di PKT-KRB, bahwa yang terdapat di PKT-KRB tidak hanya berupa pemandangan tumbuhan dan pohon saja, tetapi juga terdapat informasi tentang
sejarah dan ilmu pengetahuan flora lainnya. Sebaran data juga menunjukkan bahwa terdapat 12 orang pengunjung
dengan usia lebih dari 30 tahun, hal ini tidak memberikan dampak serius bagi PKT-KRB karena target utama PKT-KRB adalah usia muda, khususnya pelajar.
Namun demikian, jika pihak PKT-KRB tetap menginginkan pengunjung dengan usia tersebut melakukan kunjungan ulang, maka pihak PKT-KRB juga dituntut
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung usia tersebut. PKT-KRB dapat melakukan riset terlebih dahulu untuk mengetahui fasilitas yang diinginkan
pengunjung.
3 Pendidikan terakhir
Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan maka akan semakin besar pula daya beli seseorang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Begitu juga
dengan kunjungan ulang ke kawasan wisata, semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka diduga semakin besar juga keinginan untuk melakukan
kunjungan ulang ke kawasan wisata. Pendidikan terakhir diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali.
Variabel pendidikan terakhir dari hasil regresi logistik memiliki koefisien yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka
73 semakin kecil peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka akan semakin ingin melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi yang tidak ingin berkunjung kembali karena lebih memilih
untuk mencoba tempat wisata lain dengan daya tarik dan fasilitas yang lebih menarik. Hubungan tersebut ternyata tidak signifikan karena p-value variabel
pendidikan terakhir lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,840 sehingga pendidikan terakhir bukanlah pemicu atau penghambat bagi pengunjung untuk
melakukan kunjungan ulang. Hasil regresi tersebut sesuai dengan data pada Tabel 20 berikut.
Tabel 20. Sebaran Persentase Responden Menurut Pendidikan Terakhir dan Minat Kunjungan Ulang
Pendidikan Terakhir Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Perguruan Tinggi 31
6 37
Sekolah 50
13 63
Total 81
19 100
Tabel 20 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang ataupun tidak ingin berkunjung ulang didominasi oleh
pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah. Dengan kata lain pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah ataupun perguruan tinggi, keduanya ingin
melakukan kunjungan ulang. Hal ini menjadi pendukung tidak signfikannya pengaruh pendidikan terakhir terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan
kunjungan ulang. Berdasarkan tabulasi antara variabel pendidikan terakhir dengan keinginan
untuk berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak berminat untuk berkunjung kembali berada pada pendidikan terakhir sekolah. Hal ini
menjadi masukan bagi pihak PKT-KRB agar dapat menarik lebih banyak lagi pengunjung dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah. Karena dari hasil
observasi lapang, ditemui bahwa pengunjung yang ditargetkan PKT-KRB berasal dari semua kalangan khususnya pelajar. Hal yang dapat dilakukan oleh pihak
PKT-KRB adalah meningkatkan pelayanannya dalam rangka menarik pengunjung
74 dengan pendidikan terakhir sekolah yaitu dengan membuat paket-paket wisata
menarik dengan tetap mengandung unsur konservasi, selain itu memberikan potongan harga tiket masuk atau bonus tiket untuk sepuluh kali tiket masuk yang
sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu, rekomendasi ini sesuai dengan keluhan pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah yang mengatakan bahwa
harga tiket masuk PKT-KRB mahal. Sedangkan untuk menarik pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi adalah memperbaiki dan
memperbanyak fasilitas yang ada di PKT-KRB.
4 Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.
Diduga pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Pengunjung yang bekerja baik sebagai pegawai maupun swasta memiliki kecenderungan waktu luang yang sama dan berpola, yaitu setiap akhir pekan.
Sedangkan pengunjung yang berprofesi sebagai wirausaha tidak memiliki waktu luang yang ditetapkan, seperti halnya seorang pegawai. Wirausaha yang
dimaksud adalah pengunjung yang memiliki usaha sendiri. Sehingga pengunjung yang berprofesi sebagai wirausaha diduga mempunyai waktu luang yang lebih
banyak dibandingkan pengunjung bukan wirausaha. Dengan demikian, profesi wirausaha diduga berpengaruh nyata dengan keputusan pengunjung untuk
melakukan kunjungan ulang. Dengan kata lain, diduga seorang wirausaha mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali dibandingkan
bukan wirausaha. Berdasarkah hasil regresi logistik, variabel pekerjaan memiliki koefisien
positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa profesi wirausaha mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali dibandingkan
bukan wirausaha. Walaupun memiliki hubungan positif p-value variabel ini lebih besar pada taraf nyata lima persen yaitu 0,683. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ternyata variabel pekerjaan pengunjung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Hasil analisis
75 regresi ini sesuai dengan data sebaran responden menurut pekerjaan dan keinginan
untuk berkunjung kembali, Tabel 21. Tabel
21. Sebaran Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Minat Kunjungan Ulang
Pekerjaan Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Wirausaha 17
2 19
Bukan Wirausaha 64
17 81
Total 81
19 100
Berdasarkan hasil observasi lapang sebagian besar responden yang berkunjung ke PKT-KRB merupakan pengunjung yang pekerjaannya bukan
sebagai wirausaha. Mengacu pada Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin berkunjung kembali didominasi
oleh pengunjung yang berprofesi bukan sebagai wirausaha. Dengan kata lain pengunjung yang pekerjaannya wirausaha dan bukan wirausaha, keduanya ingin
melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Sebaran seperti ini mendukung variabel pekerjaan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen karena
pengunjung PKT-KRB yang berprofesi baik sebagai wirausaha maupun bukan wirausaha, cenderung memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan ulang.
Dari hasil wawancara, pengunjung bukan wirausaha umumnya adalah pelajar, hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya yang menyatakan
bahwa pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB didominasi oleh pelajar. Dapat dijelaskan bahwa pekerjaan tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke
PKT-KRB karena waktu buka PKT- KRB telah ditentukan, yaitu setiap hari senin sampai jumat pukul 7 pagi hingga pukul 5 sore, sedangkan hari sabtu dan minggu
pukul 6 pagi hingga pukul 5 sore, sehingga pengunjung dengan berbagai profesi dapat berkunjung ke PKT-KRB tanpa dipengaruhi oleh hari. Pengunjung yang
berprofesi bukan sebagai wirausaha dapat mengunjungi PKT-KRB pada akhir pekan atau sabtu dan minggu, sedangkan pengunjung yang berprofesi sebagai
wirausaha dapat mengunjungi PKT-KRB kapan saja. Data pada tabel juga memperlihatkan masih terdapat pengunjung dengan
pekerjaan bukan wirausaha yang tidak ingin melakukan kunjungan ulang, hal ini disebabkan pengunjung dengan pekerjaan bukan wirausaha tersebut yang
76 umumnya adalah pelajar menilai bahwa PKT-KRB sebagai kawasan wisata
mempunyai daya tarik yang monoton, sehingga sebanyak 17 orang pengunjung tidak ingin melakukan kunjungan ulang.
Besarmya minat pengunjung yang bukan wirausaha untuk melakukan kunjungan ulang menjadi dorongan bagi perusahaan untuk mempertahankan
pengunjung tersebut. Perusahaan juga perlu untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan agar minat pengunjung untuk
berkunjung kembali menjadi suatu kebiasaan dan berlanjut hingga tercipta loyalitas dari pengunjung.
5 Pendapatan
Pendapatan berkaitan erat dengan sumberdaya yang dimiliki pengunjung. Jika sumberdaya yang dimiliki pengunjung meningkat, maka pengunjung tersebut
juga akan meningkatkan konsumsinya terhadap suatu jasa atau produk. Dengan demikian pendapatan diduga berhubungan positif dan signifikan dengan keinginan
berkunjung kembali. Berdasarkan analisis regresi logistik, variabel pendapatan memiliki
koefisien positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke
PKT-KRB. Akan tetapi variabel ini memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,394 sehingga pendapatan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kunjungan ulang. Tabel 22 menunjukkan data yang mendukung tidak signifikannya variabel pendapatan terhadap keinginan
berkunjung ulang, sebaran responden berdasarkan pendapatan per bulan dan keinginan untuk berkunjung kembali.
Tabel 22. Sebaran Persentase Responden Menurut Pendapatan rata-rata Per bulan dan Minat Kunjungan Ulang
Pendapatan Perbulan Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Rp 1.000.000 27
7 34
Rp 1.000.000-Rp 4.000.000 44
8 52
Rp 4.000.000 10
4 14
Total 81
19 100
77 Tabel 22 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung
kembali atau tidak ingin berkunjung kembali umumnya didominasi oleh pengunjung dengan pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp 4.000.000. Dengan kata
lain, pengunjung pada masing-masing klasifikasi pendapatan ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini menjadi penjelas tidak signifikannya
pengaruh pendapatan terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali. Berdasarkan tabulasi antara variabel pendapatan dengan keinginan untuk
berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak berminat untuk melakukan kunjungan ulang berada pada rentang pendapatan rata-rata per bulan
kurang dari Rp.1.000.000 hingga Rp.4.000.000. Mengacu pada hasil wawancara, hal ini disebabkan karena pengunjung dengan pendapatan tersebut, umumnya
dimiliki oleh pengunjung dengan profesi pelajar dan bukan wirausaha pegawai atau karyawan yang menganggap bahwa daya tarik wisata di PKT-KRB dirasa
monoton. Selain itu, jika dibandingkan dengan kawasan wisata alam lain yang ada di sekitar Kota Bogor fasilitas yang ditawarkan PKT-KRB masih dirasa
kurang baik toilet kotor, tempat duduk banyak coretan, jalan gicok yang hancur. Hal tersebut menjadi masukan bagi pihak pengelola PKT-KRB agar dapat lebih
banyak lagi menarik pengunjung dengan pendapatan tersebut. Karena dari hasil observasi lapang, diketahui bahwa pengunjung yang ditargetkan PKT-KRB adalah
dari pengunjung dengan semua kalangan, baik kalangan dengan pendapatan kurang dari Rp 1.000.000 maupun kalangan dengan pendapatan di atas Rp
4.000.000 per bulan kalangan bawah hingga kalangan atas. Dapat dijelaskan juga bahwa harga yang ditawarkan oleh PKT-KRB jika
dibandingkan dengan objek wisata alam lain di sekitar Kota Bogor seperti Taman Wisata Mekarsari dan Taman Safari, harga tiket masuk ke PKT-KRB jauh lebih
murah, selain itu lokasi PKT-KRB yang berada di tengah kota, sehingga membuat adanya keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB menjadi lebih besar.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menarik pengunjung dengan pendapatan kurang dari Rp.1.000.000 hingga Rp 4.000.000 yaitu menambah
fasilitas yang dirasa masih kurang serta melakukan perbaikan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Selain itu, bagi pengunjung yang mempunyai 5 tiket
masuk dalam 6 bulan, mendapatkan 1 tiket gratis masuk ke PKT-KRB.
78 Sedangkan untuk menarik pengunjung dengan pendapatan lebih dari Rp.
4.000.000, meningkatkan sarana dan prasarana yang ada dan menambah frekuensi pengadaan pameran tumbuhan dengan spesies unik dan langka hal ini terkait
dengan prestise yang diperoleh.
6 Waktu Tempuh
Waktu tempuh berkaitan erat dengan aksesibilitas, dimana waktu yang relatif singkat yang dibutuhkan dalam menempuh jarak jauh menunjukkan
aksesibilitas yang baik, misalnya tidak terjadi kemacetan, sarana yang rusak dan ketidaksempurnaan penunjuk arah. Hal tersebut membuat waktu tempuh diduga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel waktu tempuh memberikan nilai koefisien yang negatif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis
penelitian, yaitu semakin besar waktu tempuh pengunjung mencapai PKT-KRB, maka akan semakin kecil peluang pengunjung tersebut untuk melakukan
kunjungan ulang ke PKT-KRB. Walaupun koefisien variabel ini berkorelasi negatif sesuai dengan hipotesis, namun p-value waktu tempuh lebih besar dari
taraf nyata lima persen yaitu 0,087 sehingga waktu tempuh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Dengan demikian,
waktu tempuh tidak menjadi bahan pertimbangan bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang.
Dapat dijelaskan berdasarkan hasil observasi lapang menunjukkan bahwa bagi sebagian pengunjung, waktu tempuh tidak menjadi bahan pertimbangan
untuk mengunjungi suatu objek wisata. Artinya, pengunjung bersedia menempuh jarak jauh dengan waktu yang relatif lama sekalipun jika memiliki keinginan
untuk rekreasi untuk mendapatkan hiburan. Begitupun halnya jika harus melalui kemacetan dalam mencapai lokasi, pengunjung akan tetap pergi ke tempat yang
dianggap mampu memberikan kesenangan, yaitu suatu objek dimana kebutuhan pengunjung dapat terpenuhi. Keinginan untuk berkunjung ke objek wisata akan
menjadi semakin kuat apabila objek yang dikunjungi dapat memberikan keunggulan dan kesenangan tersendiri bagi pengunjung. Tabel 23 menyajikan
79 informasi yang mendukung tidak signifikannya waktu tempuh terhadap kunjungan
ulang ke PKT-KRB. Tabel 23. Sebaran Persentase Responden Menurut Waktu Tempuh dan Minat
Kunjungan Ulang
Waktu Tempuh Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
1 22
7 29
≥ 1 Jam 59
12 71
Total 81
19 100
Tabel 23, menyajikan informasi mengenai kaitan antara waktu tempuh dengan keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. Diketahui bahwa
pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang atau tidak ingin berkunjung ulang, didominasi oleh pengunjung dengan waktu tempuh lebih dari satu jam.
Dengan kata lain, pengunjung yang memiliki waktu tempuh kurang dari 1 jam untuk mencapai lokasi PKT-KRB maupun pengunjung dengan waktu tempuh
lebih dari satu jam keduanya ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Adanya sebaran ini mendukung variabel waktu tempuh tidak signifikan dalam
memberikan pengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Data pada tabel juga memperlihatkan bahwa proporsi terbesar yang tidak memiliki keinginan untuk berkunjung kembali adalah pengunjung yang
membutuhkan waktu tempuh lebih dari satu jam 1 dalam mencapai lokasi PKT- KRB. Mengacu pada hasil observasi lapang, pengunjung dengan waktu kurang
daru satu jam umumnya berasal dari dalam Kota Bogor, sedangkan pengunjung dengan waktu lebih dari satu jam berasal dari Jabodetabek, sebagian pengunjung
ada yang berasal dari luar Jawa. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Bogor menyatakan bahwa tidak ingin berkunjung kembali disebabkan aksesibilitas yang
kurang baik macet, karena aksesibilitas merujuk pada kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan, salah satu unsurnya adalah penunjuk arah.
Dengan demikian, hasil ini memberikan implikasi bagi pihak PKT-KRB, dimana perusahaan sebaiknya meningkatkan jumlah petunjuk jalan sebagai pemberi arah
bagi pengunjung untuk menuju PKT-KRB, selain itu membuat peta lokasi dengan
80 jalur khusus atau jalur cepat menuju PKT-KRB yang disebar melalui promosi
pada website kebun raya.
7 Persepsi Terhadap Harga Tiket Masuk
Persepsi terhadap tiket masuk adalah penilaian pengunjung mengenai harga tiket masuk di PKT-KRB. Apabila pengunjung menganggap harga tiket
masuk PKT-KRB relatif lebih tinggi dari objek wisata alam sejenis atau harga yang berlaku tidak sesuai dengan kualitas yang ditawarkan, maka pengunjung
memberikan penilaian “mahal” dan sebaliknya. Diduga harga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan pengunjung untuk melakukan
kunjungan ulang. Semakin mahal harga tiket masuk ke suatu kawasan wisata, maka keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali semakin kecil.
Berdasarkan hasil regresi logistik, diketahui bahwa koefisien variabel persepsi terhadap harga tiket masuk bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis penelitian, yaitu semakin mahal harga tiket masuk maka semakin kecil keinginan berkunjung kembali. Akan tetapi, variabel ini memiliki p-value yang
lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,942 sehingga persepsi terhadap harga tiket masuk tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keinginan
untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Dapat dijelaskan bahwa harga tiket tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke PKT-KRB karena jika dibandingkan dengan kawasan wisata
sejenis lainnya PKT-KRB lebih murah. Tabel 24, menunjukkan informasi yang mendukung hal tidak signifikannya variabel persepsi terhadap harga tiket masuk.
Tabel 24. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Harga Tiket Masuk dan Minat Kunjungan Ulang
Harga Tiket Masuk Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Mahal 25
5 30
Murah 56
14 70
Total 81
19 100
Tabel 24 memperlihatkan kecenderungan pengunjung untuk berkunjung kembali atau tidak berkunjung kembali berdasarkan persepsi terhadap harga tiket
masuk ke PKT-KRB. Data pada tabel menunjukkan bahwa pengunjung yang
81 ingin berkunjung kembali atau tidak ingin berkunjung kembali, didominasi oleh
pengunjung dengan persepsi murah terhadap harga tiket masuk ke PKT-KRB. Dengan kata lain, baik pengunjung yang menilai harga tiket murah maupun
pengunjung yang berpresepsi bahwa harga tiket masuk ke PKT-KRB mahal sama- sama memiliki keinginan untuk berkunjung kembali. Adanya sebaran seperti ini
mendukung hasil logit yang menyatakan variabel persepsi terhadap harga tiket masuk di PKT-KRB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kunjungan
ulang ke PKT-KRB. Data pada tabel juga memperlihatkan terdapat 14 orang pengunjung yang
menganggap harga tiket masuk ke PKT-KRB murah tetapi tidak berminat untuk berkunjung kembali. Mengacu pada hasil wawancara mendalam dengan
responden yang memiliki persepsi murah mengenai harga tiket masuk ke PKT- KRB, diperoleh informasi bahwa sebenarnya pengunjung tersebut mengakui harga
tiket masuk PKT-KRB lebih murah dibandingkan dengan objek wisata sejenis lainnya, namun kualitas sarana prasarana yang ditawarkan masih lebih rendah
dibandingkan dengan objek wisata sejenis. Kualitas sarana prasarana tersebut seperti toilet, musholah dan rumah makan. Selain itu daya tarik wisata di PKT-
KRB kurang menarik, sehingga memutuskan untuk tidak berkunjung kembali. Dengan demikian perusahaan perlu melakukan evaluasi kembali terkait
penetapan harga yang berlaku. Jika perusahaan tetap melakukan harga kini, maka sebaiknya perusahaan juga mengkaji ulang mengenai kualitas sarana prasarana
yang ditawarkan. Peningkatan kualitas sarana prasarana dapat dilakukan dengan perawatan, perbaikan dan perbanyakan.
8 Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas
Persepsi terhadap ketersediaan fasilitas adalah penilaian pengunjung mengenai ketersediaan fasilitas di PKT-KRB. Apabila pengunjung menganggap
ketersediaan fasilitas di PKT-KRB tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, maka penilain “tidak lengkap” diberikan dan sebaliknya. Fasilitas yang terdapat di
PKT-KRB antara lain musholah, toilet, saung, tempat sampah, tempat berteduh, tempat duduk, kereta wisata dan restoran kafe dedaunan. . Pengunjung yang
datang ke suatu kawasan wisata akan merasa puas apabila kebutuhan secara
82 umum dapat terpenuhi dengan baik. Diduga ketersediaan fasilitas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. Semakin lengkap fasilitas, maka akan semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali.
Kegiatan yang dilakukan oleh PKT-KRB baik dalam konservasi maupun pariwisata harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. PKT-KRB sebagai kawasan wisata alam harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya
kegiatan konservasi dan pariwisata. Dalam hal ini PKT-KRB sudah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan konservasi dan wisata bagi
para wisatawan. Akan tetapi beberapa sarana di PKT-KRB kurang baik, ini terlihat dari jalan gicok jalan berbatu yang rusak dan tidak rata, untuk toilet ada
yang tidak terpakai dan tidak terawat, untuk Laboratorium Treub kondisinya usang dan tidak terawat serta tempat duduknya masih sedikit dan ada beberapa
tempat duduk yang kotor dengan coretan-coretan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, Odds ratio untuk variabel
persepsi terhadap ketersediaan fasilitas adalah 4,438. Hal ini berarti pengunjung yang mempunyai persepsi lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB
memiliki peluang untuk kembali lagi sebesar 4,438 kali lipat dibandingkan dengan pengunjung yang mempunyai persesi tidak lengkap terhadap ketersediaan
fasilitas di PKT-KRB, cateris paribus. Dengan kata lain, pengunjung yang menganggap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB lengkap mempunyai peluang
lebih besar untuk melakukan kunjungan ulang dibandingkan pengunjung yang menganggap fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap.
Koefisien variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin lengkap ketersediaan
fasilitas di PKT-KRB maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel ini mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Hal tersebut dibuktikan dari nilai p-value yang lebih kecil dari taraf nyata lima
persen yaitu 0,027. Signifikansi variabel ini didukung oleh adanya sebaran data seperti diperlihatkan pada Tabel 25.
83 Tabel
25. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas dan Minat Kunjungan Ulang
Ketersediaan Fasilitas Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Lengkap 53
6 59
Tidak Lengkap 28
13 41
Total 81
19 100
Berdasarkan Tabel 25, dapat dijelaskan bahwa pengunjung dengan persepsi lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB cenderung memiliki
keinginan untuk berkunjung kembali dibandingkan pengunjung yang mempunyai persepsi tidak lengkap terhadap ketersediaan fasilitas yang ada di PKT-KRB.
Dimana sebanyak 13 orang pengunjung menganggap bahwa fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap sehingga tidak ingin berkunjung kembali. Adanya sebaran data
seperti ini mendukung hasil logit yang menyatakan variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB signifikan, sehingga mempengaruhi keinginan
pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB . Mengacu pada hasil wawancara mendalam dengan responden yang
memiliki persepsi tidak lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB, diperoleh informasi sebagian pengunjung yang mengeluh mengenai kurangnya
fasilitas seperti toilet, tempat berteduh, tempat duduk, rumah makan serta mushola terkadang membuat pengunjung harus membawa bekal dan kursi duduk sendiri,
membuat pengunjung tidak ingin melakukan kunjungan ulang. Selain itu, kawasan PKT-KRB yang luasnya mencapai 87 hektar hanya memiliki dua kereta
wisata, sedikit papan petunjuk arah yang itupun tidak lengkap, peta lokasi dan tidak terlalu jelas dan tidak lebih dari 10 buah sehingga banyak pengunjung yang
ketika melakukan kunjungan ke PKT-KRB tidak mengetahui arah mana yang harus dilalui terlebih dahulu. Pengunjung juga tidak mengetahui secara pasti
lokasi daya tarik wisata unggulan di PKT-KRB misalnya lokasi Bunga Bangkai, Teratai Raksasa, Jembatan Merah dan lainnya, sehingga kebanyakan pengunjung
berjalan sesuai dengan arah jalan yang ditemui saja. Hasil analisis tersebut menjadi informasi penting bagi pihak PKT-KRB
terkait cukup besarnya proporsi pengunjung yang menilai ketersediaan fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap. Hal ini dapat berakibat fatal jika perusahaan tidak
mengakomodasi keluhan tersebut. Keluhan yang tidak ditanggapi dapat membuat
84 pengunjung beralih ke objek wisata alam lain yang berimplikasi pada
berkurangnya penerimaan yang akan diperoleh perusahaan. Selain itu, pengunjung tersebut juga dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif kepada
calon pengunjung sehingga calon pengunjung memutuskan untuk tidak memilih PKT-KRB sebagai tempat dalam memanfaatkan waktu luang.
Untuk mencegah hal tersebut, PKT-KRB sebaiknya menambah fasilitas yang dirasa kurang rumah makan dengan segmentasi kalangan menengah ke
bawah khususnya pelajar, toilet, musholah, tempat berteduh, papan petunjuk arah, peta lokasi dan kereta wisata, melakukan perbaikan serta perawatan terhadap
fasilitas yang telah ada. Selain itu, sebaiknya pengunjung pada saat membeli tiket diberikan brosur peta lokasi sekaligus diberitahu mengenai lokasi daya tarik
wisata unggulan di PKT-KRB. Rekomendasi ini sesuai dengan keluhan pengunjung.
9 Persepsi Terhadap Pelayanan Karyawan
Persepsi terhadap pelayanan karyawan adalah penilaian pengunjung terhadap pelayanan karyawan di PKT-KRB. Pelayanan yang dimaksud adalah
cara karyawan memberikan service bagi pengunjung jika dilihat dari kecepatan, ketanggapan, kesopanan dan keramahan karyawan seperti pelayanan pada
karyawan penjualan tiket, pemanduan, perpustakaan, dekorasi dan penjualan tanaman. Persepsi baik diberikan pengunjung jika pelayanan pengunjung sesuai
dengan harapan dan kebutuhan pengunjung dan sebaliknya. Maksud dari persepsi baik disini adalah pengunjung menganggap bahwa pelayanan karyawan di PKT-
KRB telah sesuai dengan kebutuhan pengunjung, seperti kecepatan dan ketanggapan karyawan. Pelayanan terhadap pengunjung mempunyai dampak
pada keberhasilan jangka panjang dari suatu usaha. Semakin baik pelayanan karyawan maka akan semakin tinggi keinginan pengunjung untuk berkunjung
kembali. Diduga pelayanan berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan berkunjung kembali.
Berdasarkan hasil regresi logistik, koefisien variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian
yaitu semakin baik pelayanan karyawan, maka peluang untuk melakukan
85 kunjungan ulang ke PKT-KRB semakin besar. Akan tetapi variabel ini tidak
signifikan karena memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,582. Besarnya jumlah pengunjung yang tidak ingin melakukan kunjungan
ulang ke PKT-KRB tidak berpengaruh signifikan terhadap kujungan yang dilakukan pengunjung. Hal tersebut didukung sebaran data berikut, Tabel 26.
Tabel 26. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Pelayanan Karyawan dan Minat Kunjungan Ulang
Pelayanan Karyawan Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Baik 69
14 83
Tidak Baik 12
5 17
Total 81
19 100
Tabel 26 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung ulang ataupun tidak ingin berkunjung kembali, didominasi oleh pengunjung yang
menganggap bahwa pelayanan karyawan di PKT-KRB baik. Dengan kata lain, pengunjung yang berpersepsi baik terhadap pelayanan karyawan di PKT-KRB
maupun pengunjung yang berpersepsi tidak baik terhadap pelayanan karyawan, keduanya menyatakan ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini
menjadi pendukung tidak signifikannya pengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali.
Walaupun variabel persepsi terhadap pelayanan karyawan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung
kembali, masih terdapat 14 orang pengunjung yang menilai pelayanan karyawan di PKT-KRB baik namun tidak ingin berkunjung kembali. Dapat dijelaskan
bahwa hubungan yang terjadi antara pengunjung dengan karyawan memiliki frekuensi yang relatif kecil. Artinya, pengunjung tidak secara intensif dalam
berhubungan dengan karyawan. Hubungan hanya terjadi jika pengunjung memesan dan membeli tiket, pengunjung PKT-KRB pada saat masuk tidak
diberikan informasi mengenai objek wisata yang ada di PKT-KRB, brosur objek wisata dan peta PKT-KRB serta tidak ditawarkannya pemandu wisata. Hal ini
menyebabkan pengunjung yang ingin mengetahui objek wisata yang akan dituju lebih banyak bertanya kepada petugas kebersihan, satuan pengaman dan
pengunjung lain yang berada di dekat pengunjung. Pengunjung tidak mengetahui
86 bahwa dengan satu tiket dapat menikmati seluruh objek wisata di PKT-KRB salah
satunya Museum Zoology dan Rumah Anggrek. Berdasarkan paparan di atas, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan
terhadap pelayanan karyawan dalam rangka mempertahankan pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan terhadap pelayanan karyawan dapat dilakukan
dengan melakukan kerjasama pendidikan dengan institusi atau penyelenggara formal bidang kepariwisataan. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia dalam hal kepariwisataan, sehingga pelayanan terhadap pengunjung menjadi optimal dan pengunjung merasa puas dalam
menggunakan jasa di PKT-KRB. Selain itu, PKT-KRB mengundang Dinas Pariwisata atau Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata untuk mengadakan lokakarya dan
pelatihan mengenai pembagian tugas yang jelas dalam bidang wisata dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas karyawan PKT-KRB dalam
kepariwisataan.
10 Persepsi Terhadap Kenyamanan Kawasan
Persepsi terhadap kenyamanan kawasan adalah penilaian pengunjung mengenai kenyamanan kawasan di PKT-KRB. Kenyamanan kawasan yang
dimaksud adalah persepsi pengunjung mengenai keadaan lingkungan meliputi penilaian terhadap kebersihan, ketersediaan dan kelayakan fasilitas penunjang,
serta seluruh atribut berwisata ke PKT-KRB yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, baik kenyamanan dalam wisata maupun kenyamanan berada di
kawasan, seperti suasana dan ketenangan yang diciptakan di PKT-KRB. Kenyamanan akan membawa pengunjung merasa tenang dan aman berada di
suatu kawasan. Diduga kenyamanan kawasan berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan untuk berkunjung kembali. Semakin nyaman pengunjung maka
keinginan untuk kembali berkunjung semakin tinggi. Berdasarkan hasil regresi logistik, Odds ratio untuk variabel persepsi
terhadap kenyamanan kawasan adalah 4,376. Hal ini berarti pengunjung yang memiliki persepsi nyaman terhadap kawasan PKT-KRB memiliki peluang untuk
kembali lagi sebesar 4,376 kali lipat dibanding pengunjung yang berpresepsi tidak nyaman terhadap kawasan di PKT-KRB. Dengan kata lain, pengunjung yang
87 menganggap kawasan di PKT-KRB nyaman mempunyai peluang lebih besar
untuk melakukan kunjungan ulang dibandingkan pengunjung yang menganggap kawasan di PKT-KRB tidak nyaman.
Koefisien variabel persepsi terhadap kenyamanan kawasan bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu semakin nyaman, pengunjung
akan semakin ingin untuk berkunjung kembali. P-value sebesar 0,048 menjadikan variabel ini berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali.
Dengan demikian persepsi terhadap kenyamanan kawasan memiliki pengaruh secara langsung terhadap keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke
PKT-KRB. Hal tersebut didukung dengan adanya sebaran data seperti ditunjukkan pada Tabel 27.
Tabel 27.
Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Kenyamanan Kawasan dan Minat Kunjungan Ulang
Kenyamanan Lokasi Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Nyaman 64
10 74
Tidak Nyaman 17
9 26
Total 81
19 100
Dapat dijelaskan bahwa signifikansi variabel persepsi terhadap kenyaman kawasan juga didukung oleh adanya sebaran data seperti diperlihatkan pada Tabel
27. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengunjung dengan persepsi nyaman terhadap kawasan akan cenderung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dari
tabel juga diperoleh informasi bahwa terdapat 9 orang pengunjung yang memiliki persepsi tidak nyaman terhadap kawasan sehingga tidak ingin melakukan
kunjungan ulang ke PKT-KRB. Mengacu pada hasil wawancara terhadap pengunjung dengan persepsi tersebut, salah satu atribut kenyamanan kawasan
yang dianggap kurang adalah kebersihan. Sebagian pengunjung merasakan ketidaknyamanan berkunjung di PKT-KRB karena banyaknya sampah yang
berserakan berupa plastik, botol minuman dan bungkus makanan. Selain itu, beberapa pengunjung yang berkunjung bersama keluarga merasa terganggu
dengan pengunjung lain yang sedang berpacaran. Berdasarkan paparan di atas, pihak PKT-KRB sebaiknya melakukan
perbaikan terhadap kenyamanan kawasan dalam rangka mempertahankan
88 pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan kenyamanan kawasan dalam
hal ini terkait dengan kebersihan, dapat dilakukan dengan mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu menambah penghasilan
pemulung, sehingga PKT-KRB dapat terlihat bersih setiap harinya. Dalam hal ini PKT-KRB mengijinkan pemulung untuk masuk ke PKT-KRB pada hari-hari
tertentu. Selain itu, sebaiknya petugas keamanan juga ditambah jumlahnya, mengingat luas PKT-KRB mencapai 87 hektar dengan jumlah pohon yang
mencapai 14000, sehingga beberapa pengunjung merasa takut tersesat apabila berkeliling kawasan. Penambahan papan informasi yang berisi larangan
mengganggu pengunjung lain, seperti “dilarang berbuat mesum” juga penting, mengingat banyak keluhan pengunjung yang terganggu dengan aktivitas
pengunjung yang sedang berpacaran.
11 Persepsi Terhadap Koleksi Tumbuhan
Persepsi terhadap koleksi tumbuhan adalah penilaian pengunjung mengenai koleksi tumbuhan di PKT-KRB. Koleksi tumbuhan menjadi penting
mengingat pengunjung PKT-KRB adalah sebagian besar pelajar atau mahasiswa dan biasanya merupakan pengunjung rombongan dengan tujuan study tour.
Beragamnya koleksi tumbuhan akan menambah keinginan pengunjung untuk mengetahui berbagai jenis tumbuhan, khususnya tanaman tropis sehingga
penilaian “lengkap” terhadap koleksi tumbuhan diberikan ketika pengunjung dapat melihat dan mengenal beragam tumbuhan tropis. Semakin lengkap koleksi
tumbuhan, semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali. Maksud dari koleksi tumbuhan lengkap adalah tumbuhan yang ada di PKT-KRB dapat
mewakili seluruh tanaman tropis dan jenis flora di Indonesia maupun mancanegara. Diduga koleksi tumbuhan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Berdasarkan hasil logit, variabel persepsi terhadap koleksi tumbuhan
mempunyai koefisien yang negatif, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. Dapat dijelaskan bahwa kelengkapan koleksi tumbuhan tidak
menjadi halangan bagi pengunjung untuk berkunjung ke PKT-KRB karena pengunjung yang datang ke PKT-KRB sebagian besar memiliki tujuan untuk
89 melakukan rekreasi sekaligus sebagai tambahan pengetahuan tentang tumbuhan.
Tabel 28 menyajikan informasi yang mendukung hal tersebut. Tabel 28. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Koleksi
Tumbuhan dan Minat Kunjungan Ulang
Koleksi Tumbuhan Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Lengkap 57
16 73
Tidak Lengkap 24
3 27
Total 81
19 100
Berdasarkan wawancara dengan responden, sebagian besar responden menilai bahwa koleksi tumbuhan di PKT-KRB lengkap dan telah mewakili ragam
tumbuhan tropis di Indonesia. Mengacu pada Tabel 28, pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB,
didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa koleksi tumbuhan di PKT- KRB lengkap. Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi
lengkap terhadap koleksi tumbuhan maupun pengunjung dengan persepsi tidak lengkap terhadap koleksi tumbuhan, keduanya mempunyai keinginan untuk
berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel koleksi tumbuhan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen.
Data pada tabel juga memperlihatkan bahwa sebanyak 16 orang pengunjung yang memiliki persepsi lengkap terhadap koleksi tumbuhan, tidak
ingin berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dari hasil wawancara mendalam, pengunjung sebagian besar adalah pelajar mengatakan bahwa sebaiknya koleksi
tumbuhan yang ada di PKT-KRB ditanam dengan pola yang lebih menarik atau unik, serta tambahan koleksi bunga seperti bunga mawar, bunga melati dan
lainnya yang menurut pengunjung masih belum beragam. Saat ini PKT-KRB memiliki keanekaragaman tumbuhan koleksi yang tertanam dengan jumlahnya
terakhir tercatat sekitar 14.000 jenis. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah polong-polongan, pinang-pinangan,
talas-talasan dan getah-getahan. Berdasarkan paparan di atas, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan
terhadap koleksi tumbuhan di PKT-KRB dalam rangka mempertahankan pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan terhadap koleksi tumbuhan
90 dapat dilakukan dengan cara menata tanaman-tanaman bunga dengan pola atau
bentuk yang unik, misalnya bunga anggrek ditanam dengan berbentuk pola love, pohon-pohon tua lebih dirawat lagi dan memberikan brosur yang isinya tentang
lokasi serta jenis tumbuhan-tumbuhan unik yang ada di PKT-KRB ketika pengunjung akan memasuki kawasan PKT-KRB.
12 Persepsi Terhadap Kealamiahan Kawasan
Persepsi terhadap
kealamiahan kawasan adalah penilaian pengunjung
mengenai kealamiahan kawasan PKT-KRB. Maksud dari persepsi baik terhadap kealamiahan kawasan disini adalah penilaian pengunjung terhadap nuansa
kealamiahan yang ditimbulkan oleh kawasan, seperti kicauan burung dan kesegaran berada di dalam kawasan, mengingat PKT-KRB yang terletak di pusat
kota yaitu dekat dengan keramaian dan kebisingan. Diduga persepsi terhadap kealamiahan kawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan
berkunjung kembali ke PKT-KRB. Semakin alami kawasan, semakin besar keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali.
Berdasarkan analisis logit, diperoleh nilai koefisien bertanda negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. P-value sebesar
0,976 menjadikan variabel persepsi terhadap kealamiahan tidak signifikan dalam memberikan pengaruh kepada pengunjung untuk berkunjung kembali karena lebih
besar dari taraf nyata lima persen, artinya kealamiahan kawasan PKT-KRB bukan menjadi halangan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dapat dijelaskan
bahwa kealamiahan PKT-KRB tidak menjadi hambatan bagi pengunjung untuk berkunjung. Tabel 29 menyajikan data yang mendukung hal tersebut.
Tabel 29. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap
Kealamiahan dan Minat Kunjungan Ulang
Kealamiahan Kawasan Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Alami 64
17 81
Tidak Alami 17
2 19
Total 81
19 100
Mengacu pada Tabel 29, diketahui bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB,
91 didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa kealamiahan kawasan di
PKT-KRB baik. Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi baik terhadap kealamiahan kawasan PKT-KRB maupun pengunjung dengan persepsi
tidak baik terhadap kealamiahan kawasan, keduanya mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel persepsi terhadap
kealamiahan kawasan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Perbaikan terhadap faktor kealamiahan juga perlu untuk dilakukan karena
terdapat 17 orang pengunjung memberikan persepsi baik terhadap kealamiahan KRB namun tidak ingin melakukan kunjungan ulang. Perbaikan dapat
diimplementasikan dengan melengkapi fasilitas penunjang seperti kendaraan bebas polusi kereta kuda wisata untuk mengangkut para pengunjung yang ingin
berkunjung mengelilingi PKT-KRB dan berhenti di lokasi-lokasi favorit dan menarik di PKT-KRB. Rekomendasi ini sesuai dengan keluhan pengunjung
terhadap kendaraan roda empat yang diperbolehkan masuk kawasan sehingga mengeluarkan asap dan mengakibatkan polusi udara, hal ini membuat pengunjung
merasa terganggu dan menganggap bahwa PKT-KRB tidak alami. Sebagai informasi pendukung, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB
sebagian besar merupakan pengunjung yang berasal dari Jabodetabek, oleh sebab itu letak PKT-KRB yang berada di pusat kota Bogor menjadi pilihan untuk
dijadikan sebagai target kawasan wisata alam oleh pengunjung karena pengunjung dapat menikmati langsung kealamiahan dan keindahan PKT-KRB sekaligus
menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa kealamiahan dinilai penting dalam mempengaruhi keputusan
pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Data pada Tabel 29 juga memperlihatkan sebesar 79 persen pengunjung
yang dijadikan responden merasakan kealamiahan saat berada di PKT-KRB. Banyaknya pengunjung yang memiliki persepsi alami mengenai kealamiahan
kawasan PKT-KRB menjadi signal bagi perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan kealamiahan di PKT-KRB sebagai satu-satunya objek wisata alam
terbesar di pusat kota Bogor.
92
13 Persepsi Terhadap Nilai Edukatif
Persepsi terhadap nilai edukatif adalah penilaian pengunjung mengenai unsur pendidikan yang ada di PKT-KRB. Maksud dari penilaian baik terhadap
nilai edukatif adalah pengunjung menilai bahwa dengan berkunjung ke PKT-KRB akan menambah pengetahuan dan di dalam kawasan mengandung unsur
pendidikan seperti adanya papan interpretasi pada setiap tumbuhan. Diduga persepsi terhadap nilai edukatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keinginan berkunjung kembali ke kawasan wisata. Pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB akan memperoleh pengetahuan dengan adanya nilai edukatif di
kawasan wisata, sehingga semakin tinggi atau baik nilai edukatif yang terdapat di PKT-KRB maka semakin besar keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali.
Berdasarkan hasil regresi logistik, koefisen variabel ini bernilai negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. P-value sebesar
0,269 membuat variabel persepsi terhadap nilai edukatif tidak berpengaruh secara signifikan dalam mempengaruhi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang.
Tidak signifikannya variabel ini dalam mempengaruhi kunjungan ulang didukung oleh adanya sebaran data seperti disajikan sebagai berikut, Tabel 30.
Tabel 30. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Nilai Edukatif dan Minat Kunjungan Ulang
Nilai Edukatif Kunjungan Ulang
Total Ya Tidak
Baik 78
18 96
Tidak Baik 3
1 4
Total 81
19 100
Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB, didominasi
oleh pengunjung yang menganggap bahwa nilai edukatif kawasan di PKT-KRB baik. Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi baik terhadap
nilai edukatif kawasan PKT-KRB maupun pengunjung dengan persepsi tidak baik terhadap nilai edukatif kawasan, keduanya mempunyai keinginan untuk
berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel persepsi terhadap nilai edukatif tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen.
93 Banyaknya pengunjung yang memiliki persepsi baik mengenai nilai
edukatif bagi PKT-KRB menjadi dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan unsur pendidikan khususnya pendidikan
lingkungan yang ada di PKT-KRB dan telah terbentuk selain sebagai kawasan konservasi juga sebagai kawasan wisata alam. Pihak PKT-KRB sebaiknya tetap
melakukan evaluasi karena terdapat 18 orang pengunjung yang memberikan persepsi baik tapi tidak ingin berkunjung kembali ke PKT-KRB. Pihak pengelola
dapat mengembangkan kekhasan produk wisata alam di PKT-KRB. Dalam hal ini, pengelola dapat menyusun paket wisata baru seperti paket wisata petualang
bagi pelajar, paket wisata pendidikan dan paket-paket wisata yang didalamnya mengandung nilai edukatif, sehingga salah satu misi PKT-KRB sebagai pusat
konservasi tumbuhan yaitu mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan
lingkungan dapat terpenuhi. Selain itu, membuat papan interpretasi yang lebih menarik dan unik untuk diletakkan di sekitar tumbuhan-tumbuhan langka juga
akan membuat pengunjung lebih tertarik untuk mengenal tumbuhan.
94
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengunjung PKT-KRB didominasi oleh perempuan, memiliki rentang usia 15
hingga 23 tahun, pendidikan terakhir sekolah, berprofesi sebagai pelajar, memiliki pendapatan rata-rata di bawah Rp 1.000.000 per bulan, belum
menikah, berasal dari Jakarta, membutuhkan waktu tempuh selama 1 sampai 3 jam, telah mengunjungi PKT-KRB tiga kali, memperoleh informasi tentang
PKT-KRB dari teman dan memiliki keinginan untuk berkunjung kembali. Besarnya jumlah pengunjung yang sebagian besar pelajar menjadikan PKT-
KRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam yang cocok untuk pelajar, jika dilihat segmentasi dan target pasar, pengunjung PKT-KRB adalah
masyarakat dengan semua kalangan, namun lebih ditekankan bagi pelajar dalam rangka peningkatan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap
tumbuhan dan lingkungan. 2.
Terdapat dua faktor yang signifikan pada taraf nyata lima persen dalam mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-
KRB, yaitu persepsi terhadap ketersediaan fasilitas dan persepsi terhadap kenyamanan kawasan di PKT-KRB. Untuk sebelas faktor lainnya yang tidak
signifikan dalam mempengaruhi keputusan pengunjung berkunjung kembali ke PKT-KRB, yaitu jenis kelamin, usia, waktu tempuh, pendidikan terakhir,
pekerjaan, pendapatan, persepsi terhadap harga tiket, persepsi terhadap pelayanan karyawan, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap
kealamiahan kawasan dan persepsi terhadap nilai edukatif.
8.2 Saran