Proyeksi Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia hingga Tahun 2010

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyeksi Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia hingga Tahun 2010

4 1. Industri kelapa sawit sebagai usaha yang prospektif dan berkelanjutan sustainable. Kebutuhan dunia terhadap minyak nabati semakin meningkat baik untuk produk pangan maupun nonpangan seperti biofuel diperkirakan akan terus mendorong industi kelapa sawit di Indonesia di masa depan. Kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga berpijak pada tiga pilar utama, yaitu : 2. Pemanfaatan lahan yang didasarkan 3P Planet, People, Profit yaitu melestarikan lingkungan, mendayagunakan dan memajukan kesejahteraan masyarakat selain memperoleh keuntungan. 3. Karakteristik geografi, SDA, infrastruktur, dan sarana penunjang yang dimilki untuk menjadikan sub-sektor perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu sektor unggulan perekonomian daerah dan mampu memberikan multiplyer effect yang besar bagi perekonomian daerah secara keseluruhan. Kebijakan tersebut diimplementasikan oleh pemerintah dalam bentuk dukungan secara langsung terhadap pengembangan industri kelapa sawit yang melibatkan perusahaan swasta, perusahaan milik negara, maupun rakyat. Sebagai contoh, pada periode tahun 2006-2010, pemerintah memiliki program pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat melalui program “percepatan pembangunan perkebunan dalam mendukung revitalisasi pertanian” yang diusung oleh Departemen Pertanian. Pengembangan kelapa sawit tersebut memilki kegiatan peremajaan maupun pembukaan areal-areal baru yang mencapai ratusan ribu hektar yang diharapkan dapat diwujudkan pada periode 2006-2010. 4 LRPI : Potensi dan Peluang Industri Kelapa Sawit di Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006 11 Tabel 2. Proyeksi Luas Perkebunan Kelapa Sawit Milik Negara dan Swasta di Indonesia Pada Tingkat Pertumbuhan Konstan 2 Per Tahun Hingga 2010. Jenis Perkebunan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Perkebuanan Negara 677.041 690.582 704.393 718.481 732.851 747.508 Perkebunan Swasta 3.003.080 3.063.142 3.124.404 3.186.893 3.250.630 3.315.643 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Tahun 2007 2.2. Pembiayaan Agribisnis Pembiayaan merupakan salah satu aspek paling menentukan dalam pengembangan usaha. Pembiayaan agribisnis dapat diperoleh dari modal sendiri atau meminjam dari beberapa sumber keuangan, seperti pemodal perorangan, lembaga keuangan dan Bank. Modal selalu terbatas, sehingga penggunaanya harus diatur sedemikian rupa agar menghasilkan keuntungan terbesar atau gross margin tertinggi Krisnamurthi, 2001. Modal terdiri beberapa jenis, yaitu : 1. Modal Tanaman Modal ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menumbuhkan tanaman hingga berproduksi dan mati, artinya tanaman pun terdepresiasi seperti modal lainnya. 2. Modal Ternak Relatif sama dengan modal tanaman, hanya dalam bentuk ternak. Untuk memperoleh gross margin yang besar ternak tersebut harus berproduksi tertinggi artinya tingkat pertumbuhannya harus tinggi, terutama untuk hewan potong. 3. Modal Bangunan Modal ini dapat berupa modal yang digunakan untuk membangun, membeli, atau menyewa bangunan. Biaya ini meliputi biaya pemeliharaan, perbaikan, dan rehabilitasi bangunan. 12 Tabel 3. Kebutuhan Pembiayaan Sektor Agribisnis Subsektor Tipe Kredit Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Produksi Pembelian produksi kebutuhan konsumsi Pembelian mesin • Pembelian lahan • Investasi irigsi dan drainase • Perluasan lahan dan pengembangannya Pemasok Tagihan dagang Pembelian mesin • Penelitian dan pengembangan produk • Investasi pabrik Pemasaran dan Distribusi Tagihan dagang Modal kerja Pembelian mesin • Riset konsumen • Riset produk • Investasi pabrik Riset dan Pengembangan - - • Investasi Litbang • Investasi untuk pendidikan Sumber : Krisnamurthi Agribisnis, 2001 4. Modal Mesin dan Peralatan Modal ini meliputi biaya untuk pemilikan atau penyewaan serta biaya perawatan dan perbaikan selain biaya untuk bahan bakar. Penggunaan mesin bukan hanya dapat menghemat dari segi pengeluaran untuk upah tenaga kerja, tapi juga dapat meningkatkan prosuksi atau mempercepat proses pengolahan tanah, penanaman dan panen yang lebih efisien.

2.3. Pasar Modal