1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain, menjadi sumber referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan pengembangan karir, dan kinerja.
2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang khususnya yang
berkaitan dengan kinerja karyawan melalui kepemimpinan dan pengembangan karir.
3. Bagi masyarakatpembaca, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan dalam bidang akademis.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Jasa Marga Persero Tbk Cabang Jagorawi dan yang menjadi subjek penelitian responden adalah karyawan PT Jasa Marga
Persero Tbk Cabang Jagorawi. Fokus permasalahan yang diteliti berkenaan dengan kinerja sebagai variabel terikat dependen yang dibatasi dua variabel
bebas independen, yaitu gaya kepemimpinan dan pengembangan karir. Analisis yang dilakukan dalam gaya kepemimpinan adalah pada posisi direct supervisor
atasan langsung terhadap enam bagiandivisi, yaitu bagian Program dan Administrasi Teknik, Keuangan, SDM dan Umum, Pelaksana Pemeliharaan,
Manajemen Pengumpulan Tol, dan Manajemen Lalu Lintas. Analisis Structural Equation Model SEM dengan metode PLS digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan dan pengembangan karir terhadap kinerja karyawan PT Jasa Marga Persero Tbk Cabang Jagorawi.
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Simamora 1997 menyatakan Manajemen Sumber Daya Manusia human resources management atau MSDM adalah pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. Manajemen sumber daya manusia juga
menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi
karyawan, dan hubungan perburuhan yang mulus. Hasibuan 2007 mendefinisikan MSDM adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Handoko 2008 menyatakan MSDM adalah “pengakuan” terhadap pentingnya satuan tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital
bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia untuk menjamin bahwa mereka digunakan secara efektif dan
bijak agar bermanfaat bagi individu, organisasi, dan masyarakat.
2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan 2007, fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian.
a. Perencanaan Perencanaan
human resources planning adalah merencanakan tenaga kerja
secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan
program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi,
pengintergrasian, pemeliharaan, kedisiplinanm dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian ajan membantu tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat.
b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan mengorganisasi semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi organisasi chart. Organisasi hanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan dan pengadaan Pengarahan directing adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar
mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian Pengendalian controlling adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan,
agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terjadi penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana. e. Pengadaan
Pengadaan procurement adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
f. Pengembangan Pengembangan development adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. g. Kompensasi
Kompensasi compensation adalah pemberian balas dan jasa langsung direct dan tidak langsung indirect, uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi. h. Pengintegrasian
Pengintegrasian integration adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat memenuhi
kebutuhan dari
hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
i. Pemeliharaan Pemeliharaan maintenance adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
j. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati
peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial. k. Pemberhentian
Pemberhentian separation adalah putusnya hubungan kerja sesorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.
2.1.2 Tujuan MSDM
Menurut Simamora 1997 terdapat empat tujuan MSDM, yaitu: 1 Tujuan KemasyarakatanSosial
Tujuan sosial societal objective Manajemen Sumber Daya Manusia adalah organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat seraya meminimalkan dampak negatif tuntunan itu
terhadap organisasi. Organisasi bisnis diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial.
2 Tujuan Organisasional Tujuan organisasional organizational objective adalah sasaran target formal
organisasi yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Departemen sumber daya manusia dibentuk untuk membantu para manajer
mencapai tujuan organisasi. 3 Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional
functional objective
merupakan tujuan
untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia pada tingkat
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pemborosan sumber daya akan terjadi apabila departemen sumber daya manusia terlalu canggih maupun
kurang canggih dibandingkan dengan kebutuhan organisasi. 4 Tujuan Pribadi
Tujuan individu individual management objective adalah tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak dicapai melalui aktivitasnya di dalam
organisasi. Jika tujuan pribadi dan tujuan organisasi tidak cocok atau harmonis, maka karyawan barangkali memilih untuk menarik diri dari perusahaan.
2.2. Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Hasibuan 2007 adalah gaya seseorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif
sesuai dengan perintahnya. Asas-asas kepemimpinan adalah bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.
Kepemimpinan menurut Siswanto 2008 adalah sikap dan perilaku untuk memengaruhi para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga dapat
bekerja secara lebih efektif dan efisien.
2.2.1 Teori Kepemimpinan
Hasibuan 2007, kepemimpinan leadership yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong
gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Kepemimpinan adalah kata benda dari pimpinan leader. Pemimpin leader = head adalah
seseorang yang mempergunakan wewenang dam kepemimpinannya, mengarahkan
bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Leader adalah
seorang pemimpin
yang mempunyai
sifat-sifat kepemimpinan dan kewibawaan personality authority. Falsafah kepemimpinnya
bahwa pemimpin adalah untuk bawahan dan milik bawahan. Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas,
dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh karena kecapakan, kemampuan, dan perilakunya. Head adalah seorang
pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya hanya atas kekuasaan power yang dimilikinya. Falsafah kepemimpinannya bahwa bawahan adalah
untuk pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya paling berkuasa, paling cakap, sedangkan bawahan hanya dianggap pelaksana kputusan-keputusan saja.
Pelaksanaan kepmimpinannya dengan memberikan instruksiperintah-perintah, ancaman hukuman, dan pengawasan yang ketat.
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat characteristic
yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud menigdentifikasikan perilaku-perilaku berhaviors pribadi yang berhubungan
dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-
perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada. Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada
pendekatan ketiga, yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektivitas
kepemimpinan bervariasi sesuai dengan situasi dan tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa
lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Dengan demikian ketiga faktor pendekatan tersebut yang merupakan faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
2.2.2 Gaya Kepemimpinan
Apabila diperhatikan
dan sebagai
bahan perbandingan,
maka gayakepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis manajemen disajikan
tidak persis sama, tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi, agar dapat
mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Style yang dikemukakan oleh para penulis manajemen adalah seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. GayaKepemimpinan Menurut Beberapa Ahli
Drs. Malayu S.P Hasibuan 1989
Haris White and Ronald Lipitt
1. Otoriter
2. Partisipatif
3. Delegatif
1. The Autocratic Leader
2. The Partisipative Leader
3. The Free Rein Leader
1. Autocratic
2. Democratic
3. Laissez Faire
Rensis Likert and Lewind Paul Hersey and Ken
Blanchard 1982 Sondang P. Siagian
M.P.A. Ph.D 1988 1.
Exploitative autocracy 2.
Benevolent autocracy style 3.
Consultative leadership style
4. Partisipative group
leadership style 1.
Telling 2.
Selling 3.
Participating 4.
Delegating 1.
Otokratis 2.
Militeris 3.
Paternalistis 4.
Kharismatis 5.
Demokratis
William J. Reddin G.R. Terry 1978
Robert Blake and Mouton
1. Deserter
2. Bureaucrat
3. Missionary
4. Developer
5. Autocrat
6. Benevolent autocrat
7. Compromiser
8. Executive
1. Personal leadership
2. Nonpersonous leadership nal
leadership 3.
Autocrat leadership 4.
Democraty leadership 5.
Paterbalistic leadership 6.
Indege 1.
Deserter 2.
Missionary 3.
Autocrat 4.
Compromiser 5.
Executive
Sumber : Hasibuan 2007 Gaya yang digunakan peneliti sebagai indikator atau variabel
kepemimpinan Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam Hasibuan, 2007 adalah kepemimpinan situasional yang mencakup Telling, Selling, Participating,
dan Delegating. Model kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard
di Pusat Studi Kepemimpinan pada akhir tahun 1960. Sampai tahun 1982, Hersey dan Blanchard bekerja sama secara kontinu menyempurnakan kepemimpinan
situasional. Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpian terletak pada perilaku yang diobservasi atau perilaku nyata yang terlihat, bukan pada
kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Penekanan pendekatan situasional adalah para perilaku pemimpin dan anggotapengikut
dalam kelompok dan situasi yang variatif. Menurut Hersey dan Blanchard pula, kepemimpinan situasional adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara: a. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin perilaku tugas
b. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin perilaku hubungan
c. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu kematangan bawahan.
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin tersebut, ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya yakni
perilaku mengarahkan dan mendukung. Seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya
kepemimpinan. Kematangan tersebut dibagi ke dalam empat tingkat, yaitu: 1 Telling atau Tingkat Kematangan M1
Tingkat kematangan M1 kemampuan dan kemauan bawahan rendah, maka gaya yang diterapkan pimpinan untuk memimpin bawahan seperti ini
adalah gaya Telling, yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, dan menginstruksikan secara spesifik.
Gaya ini dapat dikatakan pula gaya Telling-Directing, yaitu gaya menginstruksikan kepada pengikut yang rendah tingkat kematangannya.
Seseorang yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu merupakan seseorang yang tidak kompeten dan tidak
memiliki keyakinan. Biasanya ketidakmauan mereka merupakan akibat dari ketidakyakinan atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai tugas
yang diberikan. Gaya kepemimpinan yang tepat adalah memberikan instruksi karena peranan pemimpin yang membatasi peranan bawahan dan
menginstruksikan kepada mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana harus melakukan tugas tertentu. Komunikasi yang dilakukan hanya
satu arah, yaitu dari pimpinan ke bawahan. 2 Selling atau Tingkat Kematangan M2
Tingkat kematangan M2 kemampuan bawahan rendah tapi kemauannya tinggi, maka gaya yang diterapkan pimpinan untuk memimpin bawahan
seperti ini adalah gaya Selling, yaitu dengan menjual, menjelaskan, memperjelas, dan membujuk.
Gaya ini dapat dikatakan pula gaya Selling-Coaching, yaitu gaya konsultasi yang diterapkan untuk bawahan dengan tingkat kematangan rendah
sampai ke tingkat sedang. Seseorang yang tidak mampu namun berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, memiliki keyakinan tapi kurang memiliki
keterampilan atau keahlian. Oleh karena itu, gaya konsultasi merupakan gaya yang sesuai dipergunakan dalam situasi ini, yang dapat memberikan perilaku
mengarahkan karena bawahan kurang mampu juga memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusiasme bawahan. Dalam
gaya ini, komunikasi dua arah akan membantu mempertahankan motivasi bawahan yang tinggi dan pada saat yang sama, tanggung jawab untuk kontrol
atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. 3 Participating atau Tingkat Kematangan M3
Tingkat kematangan M3 kemampuan bawahan tinggi tapi kemauannya rendah, maka gaya yang diterapkan pimpinan untuk memimpin bawahan
seperti ini adalah gaya Participating, yaitu saling bertukar ide dan memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan.
Gaya ini dapat dikatakan pula gaya Participating-Supporting, yaitu gaya yang dipergunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan sedang merujuk
ke tinggi. Orang-orang pada tingkat pengembangan ini memiliki kemampuan tetapi kemauannya rendah untuk melakukan tugas yang diberikan. Dalam kasus
ini, pimpinan perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengar dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan
yang mereka miliki. Melalui gaya partisipasi, pimpinan dan bawahan bisa saling bertukar ide dalam pembuatan keputusan dengan peranan utama
pimpinan memberikan fasilitas dan berkomunikasi. 4 Delegating atau Tingkat Kematangan M4
Tingkat kematangan M4 kemampuan dan kemauan bawahan tinggi, maka gaya yang diterapkan pimpinan untuk memimpin bawahan seperti ini
adalah gaya Delegating, yaitu mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem pengawasan yang baik.
Gaya delegasi digunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk memikul sebuah tanggung jawab. Gaya kepemimpinan ini memberikan sedikit pengarahan, para
bawahan diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang bagaimana, kapan, dan dimana melakukan suatu tugas. Karena secara
psikologis bawahan sudah matang, maka tidak diperlukan banyak komunikasi dua arah atau perilaku mendukung.
2.2.3 Manajemen dan Kepemimpinan
Hasibuan 2007, pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung
jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuannya. Asas-asas kepemimpinan adalah bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan
berlaku adil dan jujur.
2.2.4 Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kinerja
Siagian 2008, gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk
bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai
keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama
terlihat dalam kinerja para pegawainya. Agar berbagai sasaran bagian kepegawaian tercapai, para manajer atau
pimpinan mutlak perlu memberikan dukungan kepada program yang diselenggarakan oleh bagian kepegawaian dan bagian pendidikan dan pelatihan.
Salah satu teknik pemberian dukungan tersebut ialah dengan menggunakan pendekatan “satu anak tangga ke bawah”. Dalam praktek, pendekatan seperti itu
berarti bahwa manajemen puncak memberi dukungan kepada bawahannya lagi. Demikian seterusnya. Tanpa dukungan dan komitmen demikian para bawahan
akan merasa bahwa para manajer atasan hanya “berbasa-basi” mengenai hal ini. Apabila para bawahan mempunyai persepsi demikian, dua kemungkinan
terjadi. Pertama, mereka tidak bergairah mengembangkan karirnya yang akan berakibat pada sikap minimalis, dalam arti bahwa kurang adanya usaha
meningkatkan produktivitas kerja. Kedua, atas prakarsa sendiri para pegawai
mengembangkan karir dan setelah memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan baru, mengajukan permohonan berhenti dan pindah ke organisasi
lain. Segi penting lainnya adalah sistem umpan balik, terutama bagi mereka yang setelah mengikuti program pengembangan karir tersebut ternyata tidak
dipromosikan. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.
2.3. Pengembangan Karir
Menurut Simamora 1997, pengembangan karir career development meliputi manajemen karir career management dan perencanaan karir career
planning. Memahami pengembangan karir di dalam sebuah organisasi membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses: bagaimana masing-masing
orang merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya perencanaan karir dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program-program
pengembangan karirnya. Pengembangan karir menurut Handoko 2008 merupakan upaya-upaya
pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. Kegiatan-kegiatan ini mungkin didukung departemen personalia atau tidak tergantung pada
departemen.
2.3.1 Definisi Karir
Kata “karir” dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Dari satu perspektif, karir adalah urut-urutan posisi yang dimiliki oleh seseorang
selama masa hidupnya. Ini merupakan karir yang objektif. Sedangkan dari perspektif subjektif, karir terdiri atas perubahan-perubahan nilai, sikap, dan
motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu.
Karir menurut Simamora 1997 adalah urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi
seseorang selama rentang hidup orang tersebut. Karir menurut Handoko 2008 adalah seluruh pekerjaan jabatan yang ditangani atau dipegang selama
kehidupan kerja seseorang.
2.3.2 Manajemen Karir
Manajemen karir menurut Simamora 1997 adalah proses melaluinya organisasi
memilih, menilai,
menugaskan, dan
mengembangkan para
karyawannya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.
2.3.3 Perencanaan Karir
Perencanaan karir menurut Simamora 1997 adalah proses melaluinya individu karyawan mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk
mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir menurut Handoko 2008 adalah proses melalui mana
seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran tersebut.
2.3.4 Pola Karir
Agar mengetahui pola karir yang terbuka baginya, menurut Siagian 2008, seorang pekerja perlu memahami tiga hal, yaitu:
1 Sasaran Karir Sasaran karir yang yang ingin dicapai dalam arti tingkat kedudukan atau
jabatan tertinggi apa yang mungkin dicapai apabila ia mampu bekerja secara produktif, loyal kepada organisasi, menunjukkan perilaku yang fungsional
serta mampu bertumbuh dan berkembang. 2 Perencanaan Karir
Perencanaan karir dalam arti keterlibatan seseorang dalam pemilihan jalur dan sasaran kinerjanya.
3 Langkah Karir Kesediaan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka
pengembangan karir sambil berkarya.
2.3.5 Teori Pengembangan Karir
Pengembangan karir meliputi manajemen karir dan dan perencanaan karir. Memahami pengembangan karir di dalam sebuah organisasi membutuhkan
sesuatu pemeriksaan atas dua proses: bagaimana masing-masing orang merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya perencanaan karir dan
bagaimana organisasi
merancang dan
menerapkan program-program
pengembangan karirnya. Proses-proses model pengembangan karir organisasional dipaparkan dalam Gambar 2.
Individual Institusional
Gambar 2
.
Model Pengembangan Karir Organisasional
Simamora, 1997
Gambar 2 menunjukkan bahwa karyawan menetukan sasaran dan tujuan karirnya melalui pengembangan karir, dan instansi serta karyawan dapat
mengembangkan diri secara optimal. Pengembangan karir adalah perbaikan atau pengembangan pribadi yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai rencana
karir pribadinya. Di lain pihak instansi membantu karyawannya dalam mencapai sasaran karirnya dengan melengkapi karyawan dengan keahlian dan pengetahuan
yang diperlukan untuk mencapai sasaran karirnya. Perencanaan karir tidak dapat dipisahkan dari pengembangan karir. Proses perencanaan karir ini menunjukkan
bahwa untuk mencapai sasaran karirnya, seorang karyawan harus menentukan terlebih dahulu jalur-jalur yang harus ditempuhnya. Hal ini dipaparkan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Perencanaan dan Pengembangan Karir
Handoko, 2008 Gambar 3 menjelaskan secara umum proses perencanaan dan
pengembangan karir. Proses perencanaan ini memungkinkan para karyawan untuk mengidentifikasi sasaran-sasaran karir dan jalur-jalur menuju ke sasaran-sasaran
tersebut. Kemudian melalui kegiatan-kegiatan atau pengembangan, para karyawan
Pengembangan karir organisasional
Perencanaan karir
Manajemen karir
Jalur-jalur Karir
Pengembangan Karir
Perencanaan Karir
Sasaran-sasaran Karir
mencari cara untuk meningkatkan potensi dirinya dan kemudian mengembangkan kembali sasaran-sasaran karir mereka.
2.3.6 Faktor yang Berperan dalam Pengembangan Karir
Faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan karir menurut Siagian 2008, yaitu:
a. Prestasi kerja yang memuaskan Pangkal tolak pengembangan karir seseorang adalah prestasi kerjanya
melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya sekarang. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sukar bagi seorang pekerja diusulkan oleh atasannya
agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan. Padahal tanpa usul atasan langsung, bagian
kepegawaian akan tidak memiliki bahan yang cukup untuk memproyeksikan suatu bentuk promosi bagi pekerja yang bersangkutan. Oleh karena itu agar
terbuka kemungkinan bagi seseorang untuk mewujudkan rencana dan tujuan karirnya, prestasi kerjanya haruslah sedemikian rupa sehingga bukan hanya
memenuhi berbagai standar yang telah ditentukan, akan tetapi sedapat mungkin dapat digunakan sebagai bukti bahwa seseorang sudah berusaha
semaksimal mungkin dan bahwa usaha tersebut sekaligus merupakan indikator bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki potensi yang dapat
dikembangkan dalam rangka mempersiapkannya memikul tugas dan tanggung jawab yang lebih besar di masa depan. Menurut Handoko 2008,
kegiatan yang paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karir
lainnya. Kemajuan karir sangat tergantung pada prestasi kerja performance. b. Pengenalan oleh pihak lain
Pengenalan disini maksudnya adalah bahwa berbagai pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya sesorang dipromosikan – seperti atasan langsung
dan pimpinan bagian kepegawaian – mengetahui kemampuan dan prestasi kerja pegawai yang ingin direalisasikan rencana karirnya. Bukan berarti
bahwa seorang pekerja harus menonjolkan diri. Bahkan kalau penonjolan diri yang terjadi, tidak mustahil berbagai pihak menjadi antipati terhadapnya.
Sikap yang lebih tepat adalah merendah tetapi dengan prestasi kerja yang
memuaskan. Handoko 2008 menjelaskan, hal ini yang disebut dengan exposure. Kemajuan karir juga ditentukan oleh exposure. Exposure berarti
menjadi dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer, dan kesempatan-kesempatan karir lainnya. Tanpa exposure, karyawan yang
berprestasi baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran-sasaran karirnya. Para manajer mendapatkan exposure terutama
melalui prestasi, laporan-laporan tertulis, presentasi lisan, kerja panitia, pelayanan masyarakat, dan bahkan lama jam kerja mereka.
c. Kesetiaan pada organisasi Per definisi pengembangan karir berarti bahwa seorang pegawai ingin terus
berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu yang lama sampai, misalnya, usia pensiun. Bagian kepegawaian dan para eksekutif
dalam organisasi sukar diharapkan memberikan dukungan kepada seorang pegawai yang mereka duga memiliki tingkat kesetiaan yang rendah kepada
organisasi. Artinya, apabila dikalangan bagian kepegawaian dan para pengambil keputusan terdapat kesan bahwa seorang pegawai hanya
menggunakan pekerjaan dan posisi sekarang sebagai batu loncatan dan akan mudah pindah ke organisasi lain apabila ada kesempatan berbuat demikian,
mereka tidak akan rela membantu pegawai tersebut untuk menentukan tujuan dan karir baginya. Kesempatan untuk mengembangkan karir pun tidak akan
begitu saja ditawarkan kepadanya. Dalam banyak organisasi menurut Handoko 2008, orang-orang meletakkan kemajuan karir tergantung pada
kesetiaan organisasional. Kesetiaan organisasional rendah pada umumnya ditemui pada diri sarjana baru yang mempunyai pengharapan tinggi,
sehingga sering kecewa dengan perusahaan pertama mereka, dan para profesional yang kesetiaan pertamanya adalah pada profesi mereka.
Dedikasi jangka panjang terhadap perusahaan yang sama akan menurunkan tingkat perputaran tenaga kerja.
d. Pemanfaatan mentor dan sponsor Pengalaman menunjukkan bahwa pengembangan karir seseorang sering
berlangsung dengan lebih mulus apabila ada orang lain dalam organisasi yang dengan berbagai cara dan jalur bersedia memberikan nasihat kepadanya
dalam usaha meniti karir. Nasihat tersebut dapat berupa informasi tentang berbagai kesempatan yang tersedia untuk dimanfaatkan seperti pendidikan
tambahan, pelatihan, seminar, loka karya, konferensi, simposium, dan lain sebagainya. Pemberi nasihat pun dapat beraneka ragam seperti atasan
langsung atau teman sekerja yang bertugas dalam satuan kerja lain dalam organisasi. Mereka itulah yang berperan sebagai mentor. Bukti terbaik
terpeliharanya hubungan seseorang dengan mentor ialah apabila mentor itu bersedia menjadi sponsor baginya. Handoko 2008 menjelaskan, seorang
mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karir informal. Karyawan dan mentor dalam banyak perusahaan menyadari bahwa hubungan diantara
mereka ada dan berguna bagi pengembangan karir. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan karir, seperti
program-program latihan, transfer, atau promosi, maka dia menjadi sponsor. Seorang sponsor adalah orang dalam organisasi yang dapat menciptakan
kesempatan-kesempatan pengembangan karir bagi orang-orang lain. Sering yang menjadi sponsor karyawan adalah atasan langsung.
e. Dukungan para bawahan Bagi mereka yang sudah menduduki posisi manajerial tertentu dan
mempunyai rencana karir yang ingin diwujudkannya, dukungan para bawahan pun sangat membantu. Dukungan para bawahan tersebut dapat
beraneka ragam bentuknya, akan tetapi kesemuanya berkisar pada usaha menyukseskan tugas manajer yang bersangkutan.
f. Pemanfaatan kesempatan untuk bertumbuh Telah
ditekankan bahwa
pada akhirnya
tanggung jawab
dalam mengembangkan karir terletak pada masing-masing pekerja. Semua pihak
lain, seperti pemimpin, atasan langsung, kenalan, dan para spesialis di bagian kepegawaian, hanya berperan memberikan bantuan. Berarti terserah pada
pegawai yang bersangkutan apakah akan memanfaatkan berbagai kesempatan mengembangkan diri sendiri atau tidak. Menurut Handoko 2008, bila
karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program latihan, pengambilan kursus-kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka
memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna baik bagi
departemen personalia dalam pengembangan sumberdaya manusia internal maupun bagi pencapaian rencana karir karyawan.
g. Berhenti atas permintaan dan kemauan sendiri Dalam banyak hal, berhenti atas kemauan dan permintaan sendiri mungkin
pula merupakan salah satu cara terbaik untuk mewujudkan rencana karir seseorang. Artinya, bukanlah hal yang mustahil bahwa dalam suatu organisasi
– seperti dalam organisasi kecil – jenjang karir yang mungkin dinaiki demikian terbatasnya sehingga jalan yang mungkin “dilalui” menjadi sangat
terbatas betapa pun besarnya keinginan organisasi untuk membantu para pegawainya mengembangkan karirnya dalam organisasi. Handoko 2008
menjelaskan, bila seorang karyawan melihat kesempatan karir yang lebih besar di tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara
untuk mencapai sasaran-sasaran karir. Banyak karyawan – terutama para manajer profesional – berpindah-pindah perusahaan sebagai bagian dari
strategi karir mereka. Bila hal itu dilakukan secara efektif, mereka biasanya mendapatkan promosi, kenaikan gaji, dan pengalaman baru. Permintaan
berhenti untuk melanjutkan karir di perusahaan lain sering disebut dengan leveraging. Bagaimanapun juga, bila teknik ini terlalu sering digunakan akan
merugikan karyawan sendiri.
2.3.7 Hubungan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan
Simamora 1997, pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi
mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola karir dan
mengembangkannya dengan baik supaya produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk serta melakukan hal yang terbaik dengan
menghindari frustasi kerja yang berakibat penuruanan kinerja perusahaan. Karyawan yang mempunyai kesempatan yang tinggi meningkatkan
karirnya akan merangsang motivasinya untuk bekerja lebih baik. Perusahaan yang mempunyai model yang sistematis dalam pengembangan karir karyawannya akan
mempunyai kinerja yang baik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik diraih karyawan maka kinerjanya akan meningkat
atau dengan kata lain pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
2.4. Kinerja
Kinerja menurut Kusriyanto dalam Mangkunegara 2005 adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu
lazimnya per jam. Mangkunegara 2005, kinerja karyawan prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Gomes dalam Mangkunegara, 2005 mengemukakan definisi kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan
dengan produktivitas. Kinerja menurut Nawawi 2006 dapat diartikan sebagai apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugas pokoknya.
2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis 2007, mengungkapkan bahwa banyak faktor yang memengaruhi pencapaian kinerja. Faktor-faktor tersebut
terdiri dari faktor intrinsik karyawan personal atau individu dan ekstrinsik, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan situasional. Berikut adalah uraian terinci dari
faktor-faktor tersebut: 1. Faktor personalindividual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan skill,
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada
karyawan. 3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja, dan infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.
5. Faktor kontekstual situasional, meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
2.4.2 Penilaian Kinerja
Megginson dalam Mangkunegara 2005, penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan atasan untuk menentukan apakah seorang pegawai
melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang dimaksudkan. Handoko 2008 mengemukakan penilaian prestasi kerja performance
appraisal adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-
keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
2.4.3 Manfaat Penilaian Kinerja
Handoko 2008, kegiatan penilaian prestasi kerja atau kinerja dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut:
a. Perbaikan prestasi kerja Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan
departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi.
b. Penyesuaian kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam membantu
kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya. c. Keputusan-keputusan penempatan
Promosi, transfer, dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan
terhadap prestasi kerja masa lalu. d. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan.
e. Perencanaan dan pengembangan karir Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang
jalur karir tertentu yang harus diteliti. f. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
g. Ketidak-akuratan informasional Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam
informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau komponen-komponen lain sistem manajemen personalia. Menggantungkan diri
pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
h. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
i. Kesempatan kerja yang adil Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi. j. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah
pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia mungkin dapat menawarkan bantuan.
2.4.4 Faktor yang Berperan dalam Kinerja
Faktor yang berperan dalam penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari PT Jasa Marga Persero Tbk, yaitu pencapaian
tugas, mutu pekerjaan, prakarsa, keterampilan kerja, kepatuhan kerja, dan kepemimpinan. Namun, karena tidak ada studi pustaka yang mencakup sekaligus
6 enam faktor tersebut, peneliti mengambilmenggunakan dari 2 dua sumber, yaitu Hasibuan 2007 dan Wayne 1990. Hasibuan 2007 mengemukakan
bahwa aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup sebagai berikut:
a. Kesetiaan Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang
yang tidak bertanggung jawab. b. Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
c. Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.
d. Kedisiplinan Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
e. Kreativitas Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.
f. Kerjasama Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan
karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
h. Kepribadian Penilai menilai karyawan dari sikap, perilaku, kesopanan, periang, disukai,
memberi kesan baik, menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
i. Prakarsa Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang
dihadapinya. j. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya telibat di dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen. k. Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Wayne 1990, mengatakan faktor-faktor yang berperan dalam kinerja, yaitu
:
a. Speed Activity Kecepatan dalam menyelesaikan masalah atau pun pekerjaan-pekerjaan yang
diberikan. b. Work Timeable
Tingkat kedisiplinan dan tepat waktu dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan.
c. Job Knowledge Pemahaman karyawan tentang pekerjaan yang diberikan atasan kepada mereka.
d. Personal Qualities Kualitas yang dimiliki seorang karyawan dalam bekerja.
e. Initiative Ide yang dimiliki karyawan dalam bekerja.
f. Quality of Work Kulitas pekerjaan yang dimiliki atau yang dihasilkan oleh karyawan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Mangopang 2010, Analisis Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Kerja Pegawai Kantor Distrik Abepura Jayapura. Hasil penelitian mengenai komitmen
telah diterapkan dengan baik. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan dan
mayoritas penerapan gaya kepemimpinan pada Distrik Abepura adalah gaya telling merujuk pada gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard, 1982,
gaya ini merupakan gaya yang memberikan banyak tugas kepada bawahan akan tetapi hubungan diantara pemimpin dan dengan pegawai rendah. Komunikasi
yang diterapkan satu arah, yaitu dari pimpinan ke bawahan. Kemudian karakteristik pegawai secara keseluruhan tidak memberikan pengaruh yang cukup
nyata bagi penerapan komitmen yang ada, kecuali karakteristik jenis kelamin yang memberikan pengaruh nyata bagi komitmen afektif.
Oktaviano 2010, Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Studi Kasus PT XYZ Bogor. Hasil penelitian tentang
pengembangan karir menyatakan bahwa sistem pengembangan karir kompetensi dan kualifikasi yang diterapkan di PT XYZ Bogor sudah dilaksanakan dengan
baik. Sistem peningkatan kinerja berdasarkan pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan peran yang diterapkan PT XYZ Bogor sudah dilaksanakan dengan
baik. Pengembangan karir yang telah diterapkan PT XYZ Bogor memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. Faktor kualifikasi yang
pengembangan karir mendominasi pengaruh terhadap peningkatan kinerja dan diikuti oleh faktor kompetensi.
Lusiani 2012, Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus Sekolah Madania Parung – Bogor. Hasil penelitian tentang
gaya kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang diterapkan di Sekolah Madania, karena
kepala sekolah berupaya mentransformasikan nilai-nilai yang dianut oleh bawahan untuk mendukung visi dan tujuan organisasi. Melalui transformasi nilai-
nilai tersebut, diharapkan hubungan baik antar pegawai dapat dibangun, sehingga muncul iklim saling percaya di lingkungan kerja. Sedangkan untuk kinerja
menyatakan bahwa baik di departemen Primary maupun Secondary di Sekolah Madania dapat dijelaskan oleh kinerja efektif dan efisien skor 3,55-4,35, kinerja
otoritas dan tanggung jawab skor 3,88-4,48, kinerja disiplin skor 4,13-4,55 dan kinerja inisiatif skor 4,02-4,47. Keseluruhan penilaian kinerja tersebut berada
pada nilai skor rataan setujubaik hingga sangat setujubaik. Gaya kepemimpinan
Kepala Sekolah Madania berpengaruh nyata dan positif terhadap kinerja pegawai guru.
Saragih 2012, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Modal Sosial Social Capital Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor. Hasil
penelitian tentang gaya kepemimpinan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor adalah gaya kepemimpinan yang
bersifat transformasional yang merupakan kepemimpinan yang paling baik diterapkan di KPP Pratama Bogor yang sedang mengalami reformasi perpajakan
yang membutuhkan pimpinan yang mengarahkan proses perubahan secara bertahap. Modal sosial yang terbentuk pada kantor KPP Pratama Bogor mayoritas
sangat dirasakan komponen-komponen kepercayaan dimana pegawai memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dirinya, rekan, kerja, atasan, dan organisasi.
Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap modal sosial KPP Pratama Bogor adalah positif dan signifikan sehingga apabila gaya kepemimpinan transformasional
diterapkan semakin efektif maka pembentukan modal sosial terutama kepercayaan juga akan semakin baik.
Hutajulu 2012, Pengaruh Penilaian Kinerja Pegawai Fungsional Terhadap Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi Pada Kantor Pelayanan
Pajak KPP Pratama Bogor. Hasil penelitian tentang penilaian kinerja pegawai fungsional pada KPP Pratama Bogor berdasarkan persepsi pegawai secara umum
tergolong baik. Pengembangan karir beradasarkan persepsi pegawai tergolong dalam kategori baik. Kompetensi dan kualifikasi dalam pengembangan karir
sudah dilaksanakan dengan baik di divisi fungsional KPP Pratama Bogor. Secara garis besar penilaian kinerja berpengaruh positif terhadap pengembangan karir.
Motivasi merupakan bagian dari penilaian kinerja yang paling berpengaruh. Faktor-faktor penghambat pengembangan karir adalah klasifikasi angka kredit,
prosedur, waktu dan kebijaksanaan. Faktor pemicupendorong yang paling kuat untuk pengembangan karir adalah saranaprasarana memadai yang disediakan
untuk mendukung pekerjaan di divisi fungsional. Faktor penghambat paling kuat untuk pengembangan karir adalah penyesuaian pangkatjabatan tidak sama di
tempat kerja baru dan tidak adanya pengakuan angka kredit yang dicapai di temapt kerja sebelumnya pada saat mutasirotasi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT Jasa Marga Persero Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penyelenggaraan jalan tol untuk publik. PT Jasa Marga Persero Tbk
memiliki visi dan misi yang jelas dalam rangka pelaksanaan kegiatan organisasinya dan pengembangan perusahaannya. Visi dan misi tersebut, yaitu
“Menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin leader dalam industri jalan tol dengan
mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia serta memiliki daya saing yang tinggi ditingkat nasional dan regional”, dan misi, yaitu “Menambah panjang
jalan tol secara berkelanjutan, sehingga perusahaan mengusai sedikitnya 50 panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya dengan memaksimalkan
pemanfaatan potensi keuangan perusahaan serta meningkatkan mutu dan efesiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal
dan penerapan kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik”.
PT. Jasa Marga Persero Tbk Cabang Jagorawi memiliki layanan produk antara lain layanan konstruksi, layanan transaksi, layanan informasi dan layanan
lalu lintas, agar sasaran produk layanan berjalan sesuai dengan tujuan, maka karyawan diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi dalam
bidang tugasnya. Perusahaan pun memiliki struktur organisasi dan strategi pokok di dalammnya. Strategi pokok ini perlu dikembangkan agar tujuan perusahaan
tercapai, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas SDM. Perencanaan sumber daya manusia merupakan faktor yang dapat mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan, selain dari kebijakan sumber daya manusia yang berlaku di perusahaan.
Peranan MSDM khususnya peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat penting dan dibutuhkan, terutama dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan tujuan organisasi. Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang
mempunyai kemampuan untuk memengaruhi, mengarahkan, membimbing, dan