Uji Reliabilitas Uji Normalitas Analisis Structural Equation Model SEM dengan uji PLS

pertama merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas responden, bagian kedua merupakan pertanyaan tertutup berjumlah 51 permyataan, dan bagian yang ketiga merupakan pertanyaan terbuka berjumlah tiga pertanyaan. Hasil pengujian validitas kuesioner yang melibatkan 30 responden tersebut memperlihatkan tidak semua valid r hitung r tabel, dimana r tabel = 0,215 dengan tingkat signifikan 5, yaitu indikator dengan kode B16 0,139 dan B20 0,114 pada variabel pengembangan karir. Maka indikator yang tidak valid tersebut, dikeluarkan dan tidak digunakan di dalam kuesioner untuk disebar kepada responden selanjutnya. Hasil validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.6.5 Uji Reliabilitas

Menurut Umar 2005, reliabilitas merupakan suatu nilai menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama. Instrument itu harus reliable, artinya “konstan” didalam pengambilan data. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut: =                  2 2 1 1 t b k k   Keterangan: = Reliabilitas instrument = Banyaknya pertanyaan ∑ = Jumlah variasi butir = Variasi total Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha α dengan asumsi bila nilai α-Cronbach hitung lebih besar dari 0,60 α-Cronbach theory, maka kuesioner dapat dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.6.6 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik Normal P-P Plot, dimana terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti arah garis linier dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik mengikuti ............................................................... 5 arah garis linier berarti terjadi adanya gejala normalitas. Hasil uji normlitas dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 . Hasil Uji Normalitas Dari uji normalitas pada Gambar 5, gambar normal probability plots diatas memerlihatkan titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal.

3.6.7 Analisis Structural Equation Model SEM dengan uji PLS

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square PLS. Menurut Ghozali 2008, PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM bebasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kualitasteori, sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkorfirmasi teori, PLS dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Metode PLS dibentuk dari 2 dua evaluasi model persamaan linier, yaitu model dalam inner model dan model luar outer model. Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten structural model. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan Uji-T untuk menentukan nyatanya koefisien jalur struktural didapat lewat prosedur bootsrapping. Nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substansi Ghozali, 2008. Sedangkan outer model adalah model pengukuran hubungan antara indikator dengan konstruk. Pada model reflektif outer model dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator diukur dengan convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability. Indikator dikatakan valid, jika memiliki nilai loading di atas 0,70. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup. Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal itu menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Sementara reliabilitas konstruk diukur dengan composite reliability dan Cronbach Alpha. Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability dan Cronbach Alpha di atas 0,70 Ghozali, 2008. Model penelitian dengan PLS dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Model PLS Pengaruh Gaya kepemimpinan dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan Gambar 6, diketahui peubah-peubah yang mencerminkan gaya kepemimpinan terdiri dari empat ukuran, yaitu Telling, Selling, Participating, dan Delegating kemudian peubah-peubah yang mencerminkan pengembangan karir terdiri dari tujuh ukuran, yaitu prestasi kerja, pengenalan oleh pihak lain, kesetiaan pada organisasi, pemanfataan mentor dan sponsor, dukungan staffkolega, kesempatan untuk tumbuh, dan berhenti atas permintaan dan keinginan sendiri. Peubah-peubah konstruk ini bersifat reflektif. Artinya, penilaian terhadap Telling, Selling, Participating, dan Delegating serta prestasi Gaya Kepemimpinan Pengembangan Karir Kinerja kerja, pengenalan oleh pihak lain, kesetiaan pada organisasi, pemanfataan mentor dan sponsor, dukungan staffkolega, kesempatan untuk tumbuh, dan berhenti atas permintaan dan keinginan sendiri mencerminkan gaya kepemimpinan dan pengembangan karir. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan gaya kepemimpinan dan pengembangan karir dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Indikator-indikator Reflektif untuk Konstruk-konstruk yang Mencerminkan Variabel Gaya Kepemimpinan dan Pengembangan Karir Konstruk Indikator Keterangan Telling X 1 A1 Pemberian instruksi mengenai tugas secara spesifik A2 Pembatasan pernanan bawahan dalam melakukan tugas A3 Komunikasi pimpinan dengan karyawan Selling X 2 A4 Pemberian konsultasi mengenai masalah pekerjaan A5 Pemberian motivasi A6 Pemberian arahan Participating X 3 A7 Pemberian kesempatan bertukar ide A8 Pemberian kesempatan pengambilan keputusan A9 Pemberian dukungan Delegating X 4 A10 Pemberian wewenang A11 Penerapan sistem pengawasan A12 Pimpinan berkoordinasi dengan karyawan Prestasi Kerja X 5 B1 Karyawan mendapat penghargaan atas prestasi kerja B2 Karyawan memiliki kualifikasi jabatan dalam bekerja B3 Karyawan memiliki prestasi kerja yang baik Pengenalan Oleh Pihak Lain X 6 B4 Pimpinan mengetahui potensi karyawan B5 Pimpinan mempromosikan karyawan berpretasi B6 Pimpinan membantu merealisasi rencana karir Kesetiaan pada Organisasi X 7 B7 Perasaan nyaman dengan lingkungan kerja B8 Perusahaan memperhatikan kebutuhan karyawan B9 Dedikasi kerja jangka panjang Pemanfaatan Mentor dan Sponsor X 8 B10 Pemberian dukungan mengembangkan karir B11 Pemberian informasi kesempatan berkarir B12 Penciptaan kesempatan berkarir Dukungan StaffKolega X 9 B13 Rekan kerja memberikan dukungan B14 Rekan kerja membantu peningkatan jenjang karir B15 Rekan kerja perduli terhadap pengembangan karir Kesempatan untuk Tumbuh X 10 B16 Keinginan untuk meningkatkan kemampuan secara formal B17 Keinginan untuk meningkatkan kemampuan secara informal B18 Perusahaan mendukung usaha mengembangkan karir Berhenti atas Permintaan dan Keinginan Sendiri X 11 B19 Perasaan mempunyai sasaran karir mandiri B20 Keinginan memiliki karir yang lebih baik B21 Jalur karir diperusahaan sesuai dengan harapan Peubah-peubah yang mencerminkan tingkat kinerja karyawan setelah dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan pengembangan karir terdiri daripencapaian hasil, mutu pekerjaan, prakarsa, keterampilan kerja, kepatuhan kerja, dan jiwa kepemimpinan. Peubah-peubah ini bersifat reflektif. Artinya, penilaian terhadap pencapaian hasil, mutu pekerjaan, prakarsa, keterampilan kerja, kepatuhan kerja, dan jiwa kepemimpinan mencerminkan tingkat kinerja setelah mengetahui gaya kepemimpinan dan pengembangan karir yang efektif. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Indikator-indikator Refletktif untuk Konstruk-konstruk yang Mencerminkan Variabel Kinerja Karyawan Konstruk Indikator Keterangan Prestasi Kerja X 1 C1 Selalu menyelesaian tugas sesuai target C2 Selalu menyelesaian tugas lebih cepat dari target C3 Tidak pernah menunda tugas Mutu Pekerjaan X 2 C4 Selalu tertib menajlankan pekerjaan C5 Selalu mengerjakan tugas dengan sempurna berkulitas C6 Selalu mengerjakan tugas sesuai ekspetasi Prakarsa X 3 C7 Selalu mampu menganalisis masalah yang berkaitan dengan pekerjaan C8 Selalu mampu mencari alternatif pemecahan masalah C9 Selalu mampu mengambil keputusan penyelesaian masalah Keterampilan Kerja X 4 C10 Selalu mengembangkan keterampilan kerja C11 Memiliki kemampuan praktik kerja yang baik C12 Perasaan keterampilan dibutuhkan oleh perusahaan Kepatuhan Kerja X 5 C13 Selalu hadir tepat waktu C14 Selalu mengerjakan semua instruksi dengan sangat baik C15 Tidak pernah melanggar peraturan Jiwa Kepemimpinan X 6 C16 Selalu mampu memotivasi rekan kerja C17 Selalu mampu memberikan contoh bekerja yang efektif C18 Perasaan memiliki kepribadian yang sangat kuat, berwibawa, dan dihormati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.

Sejarah PT Jasa Marga Persero PT Jasa Marga Persero Tbk didirikan tahun 1978 ketika jalan bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor selesai dibangun. Atas pertimbangan agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan secara mandiri tanpa membebani anggaran pemerintah, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir. Sutami mengusulkan pendirian sebuah persero untuk mengelola jalan tersebut. Terbitlah Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian persero. PT Jasa Marga Persero Tbk dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 dengan tujuan menyelenggarakan jalan tol di Indonesia. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan jalan tol tersebut sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang diberi nama Jagorawi dengan karyawan 200 orang. Sejak saat itu Jasa Marga bersama pemerintah terus membangun jalan- jalan tol baru di wilayah Jabotabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan. Sampai dengan akhir tahun 80-an, Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia, hingga kemudian pemerintah mengundang pula investor swasta. yang berfungsi sebagai regulator menjadi investor jalan tol dari pemerintah. Jasa Marga siap bersaing dengan investor jalan tol swasta dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol. Tahun 2003, Jasa Marga bekerja sama dengan investor dari Malaysia, melalui Net One Solution Ltd. telah memberikan jasa manajemen pengoperasian Jembatan Tol Jamuna di Bangladesh selama lima tahun. Pada tanggal 12 November 2007, status Jasa Marga berubah menjadi Perusahaan Terbuka dengan melepas 30 sahamnya kepada publik melalui Bursa Efek Indonesia. Sampai saat ini Jasa Marga telah membangun dan mengoperasikan tiga belas ruas jalan tol yang dikelola oleh sembilan kantor Cabang dan satu Anak Perusahaan yaitu PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta JLJ yang seluruhnya mencapai hampir 500 km dengan karyawan lebih dari 5.000 orang.