Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Hubungan Waktu

menentukan chunk indicators yang digunakan sebagai petunjuk dalam menganalisis teks berbahasa Indonesia yang akan ditampilkan dalam bentuk graf. Saleh 2009 merancang aturan dan menyusun word graph kata benda. Muslik 2009 merancang aturan dan menyusun word graph kata kerja. Rahmat 2009 merancang aturan dan menyusun word graph kata sifat. Anggraeni 2009 merancang aturan dan menyusun word graph preposisi. Samba 2010 merancang aturan dan menyusun word graph kata keterangan, dan Mahmuda 2010 merancang aturan dan menyusun graf frasa bahasa Indonesia. Aturan dan kamus word graph tersebut belum juga dapat digunakan untuk menganalisis suatu kalimat. Analisis suatu kalimat membutuhkan aturan pembentukan satuan sintaksis di bawah kalimat yaitu klausa. Konstruksi pola graf klausa bahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang relatif lama. Begitu juga dengan klausa bahasa Indonesia yang terlalu luas dan kompleks, karena klausa berpotensi menjadi sebuah kalimat, baik kalimat sederhana maupun kalimat majemuk. Kalimat majemuk terbagi lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat terbentuk oleh dua bagian klausa, yaitu klausa utama atau induk kalimat dan klausa subordinatif atau anak kalimat. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang KG dan membatasinya pada aturan pembentukan graf klausa bahasa Indonesia, khususnya untuk klausa subordinatif.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Tujuan penelitan ini adalah: a. membangun pola graf struktur klausa bahasa Indonesia. b. membuat aturan pembentukan graf struktur klausa bahasa Indonesia. c. menguji aturan pembentukan graf struktur klausa bahasa Indonesia. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah memberikan aturan pembentukan graf klausa bahasa Indonesia dan sebagai pelengkap penelitian yang panjang yaitu terciptanya metode yang menghasilkan informasi dalam bentuk graf dari suatu dokumen bahasa Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis teks berbahasa Indonesia yang sebagian besar berkaitan dengan pertanian dan mengidentifikasi klausa subordinatif anak kalimat dari teks tersebut sehingga dapat menemukan konsep dan relasi yang sesuai dengan aturan dari metode KG. 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

2.1 Klausa Subordinatif

2.1.1 Klausa

Satuan sintaksis dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi Alwi et al. 2003. Klausa mempunyai struktur internal, yaitu unsur predikat dengan atau tanpa subjek, objek, pelengkap, atau keterangan. Contoh klausa antara lain 1 dia cantik subjek + predikat, 2 anak itu makan kue subjek + predikat + objek. Pada umumnya, klausa tidak banyak berbeda dengan kalimat. Hal ini terlihat dari kesamaan struktur internalnya. Perbedaannya ada pada kelengkapan intonasi atau tanda baca akhir. Agar lebih mudah, konstruksi sintaksis tanpa intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai klausa, sedangkan konstruksi sintaksis dengan intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai kalimat. Agar beda dengan kalimat, dalam penelitian ini, perlu dibuat kesepakatan penulisan kalimat dan klausa. Berikut ini adalah contoh kalimat dan klausa. 1 Apakah sekarang ia harus mengulangi melamar Tantri? kalimat. 2 mereka berbicara tentang politik klausa.

2.1.2 Klausa Subordinatif

Kalimat Majemuk atau kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih Ramlan 2001. Salah satu cara untuk menghubungkan klausa dalam sebuah kalimat majemuk adalah dengan cara subordinasi. Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Dengan kata lain, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat Alwi et al. 2003. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya dalam kalimat majemuk bertingkat disebut klausa bawahan atau klausa subordinatif atau anak kalimat Ramlan 2001. Hubungan subordinasi dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1 Bagan subordinasi. Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen atau satuan-satuan yang membentuk konstruksi klausa 1. Klausa 2 disebut sebagai klausa subordinatif atau biasa kita kenal sebagai anak kalimat. Klausa 1, tempat dilekatkannya klausa 2, disebut klausa utama. Contoh penggabungan dua buah klausa dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat pada kalimat berikut. Dia pergi ketika saya sedang mandi. Klausa ketika saya mandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat, sedangkan klausa dia pergi disebut klausa utama atau induk kalimat.

2.1.3 Jenis Klausa Subordinatif

1 Klausa Adverbial Klausa adverbial merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat Alwi et al. 2003. Konjungsi atau subordinator yang digunakan untuk menggabungkan klausa adverbial dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis klausa adverbialnya.

a. Hubungan Waktu

Klausa adverbial ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu ini dibedakan menjadi : Kalimat Klausa 1 Klausa 2 i. Hubungan Waktu Batas Permulaan Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung konjungsi sejak dan sedari. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. 1 Sejak anak kami lahir, perangai suami saya berubah Nardiati et al. 1996. 2 Semua usulan akan dipertimbangkan oleh pemerintah sedari peraturan itu diberlakukan Nardiati et al. 1996. ii. Hubungan Waktu Bersamaan Klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung konjungsi sewaktu, ketika, seraya, serta, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama Alwi et al. 2003. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan terdapat dalam kalimat berikut. 3 Pesawat menunjukkan tidak ada kelainan ketika mesin pesawat dipanaskan Nardiati et al. 1996. 4 Wanita itu menyapu sambil menggendong anaknya Nardiati et al. 1996. 5 Dia memeluk kemurungannya sementara penghuni kota berpacu dengan kesibukannya Ramlan 2001. 6 Memang daun cemara ini tak akan habis selama pohon cemara masih berdiri di sini Ramlan 2001. iii. Hubungan Waktu Berurutan Klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung konjungsi sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis Alwi et al. 2003. Menurut Ramlan 2001, kata penghubung sebelum digunakan apabila apa yang dinyatakan pada klausa utama lebih dahulu terjadi daripada apa yang dinyatakan pada anak kalimat. Apabila yang tersebut pada klausa utama terjadi lebih kemudian daripada apa yang tersebut pada anak kalimat, maka digunakan kata penghubung setelah, sesudah, dan sehabis. Menurut Nardiati et al. 1996, konjungsi begitu menyatakan hubungan makna waktu dimana klausa anak menyatakan tindakan yang dilakukan setelah melaksanakan tindakan yang disebutkan oleh klausa induknya. Konjungsi setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis adalah semakna. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. 7 Sebelum ayahku meninggal, aku telah menanam tiga batang pohon kelapa Ramlan 2001. 8 Irlandia terlempar setelah tampil di babak delapan besar Nardiati et al. 1996. 9 Suatu suara terdengar dari pintu begitu nyanyian selesai Ramlan 2001. iv. Hubungan Waktu Batas Akhir Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung konjungsi sampai dan hingga Alwi et al. 2003. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. 10 Ia belajar sampai lonceng berdentang di pagi hari Nardiati et al. 1996.

b. Hubungan Syarat