Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan
pengetahuan. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori : Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.
Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. Sedangkan dimensi pengetahuan
berisi empat kategori: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang konkret
Faktual sampai yang abstrak metakognitif.
37
b. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Pakar teknologi pendidikan, Gagne, Briggs, Wager menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal
peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan
jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik dapat
menyerap materi secara berbeda. Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.
38
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap belajar dan hasil belajar siswa. Pertanda mengacu pada faktor-faktor yang sudah ada dalam
situasi sebelum keterlibatan belajar. Mereka adalah faktor personal dan situasional. Faktor pribadi terkait dengan siswa, yang meliputi pengetahuan,
kemampuan, nilai-nilai, karakteristik kepribadian yang mempengaruhi pendekatan siswa untuk belajar, dan sebagainya. Faktor situasional
37
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen
, Terjemahan dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung
Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 6.
38
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Universitas Negeri Jakarta, 2008, h. 24.
berhubungan dengan konteks pengajaran, yang meliputi isi kursus, struktur saja, metode pengajaran dan strategi, metode penilaian, dan sebagainya.
39
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar dan hasil belajar siswa yaitu dipengaruhi oleh faktor dalam internal dan luar eksternal diri
siswa. Faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Selain itu faktor internal atau faktor personal
terkait dengan dalam diri siswa itu sendiri, yang meliputi pengetahuan, kemampuan, nilai-nilai, karakteristik kepribadian yang mempengaruhi
pendekatan siswa untuk belajar dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal atau faktor situasional berhubungan dengan konteks
pengajaran seperti strategi dan metode pengajaran yang diterapkan oleh guru.
Kondisi-kondisi yang dianggap akan berpengaruh terhadap tujuan atau hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu kondisi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri kondisi internal dan kondisi yang datang dari luar diri siswa kondisi eksternal.
Kondisi internal meliputi 1 sikap siswa tehadap belajar, 2 motivasi belajar, 3 konsentrasi belajar siswa, 4 rasa percaya diri siswa, semakin
sering memperoleh hasil yang baik dalam belajar, maka semakin tinggi rasa percaya dirinya, 5 intelegensi. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu 1
guru sebagai pembimbing belajar, 2 sarana dan prasarana belajar, 3 lingkungan sosial siswa.
40
Dengan demikian tidak hanya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, tetapi juga terdapat kondisi yang
dianggap akan berpengaruh terhadap tujuan atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa yaitu faktor dalam atau dari diri siswa sendiri dimana sikap siswa
terhadap belajar pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, motivasi siswa
39
Poon Wai Cheong Alex, Factors Affecting Learning Attitudes and Learning Outcomes of Secondary Students, Dissertation presented a part fulfilment of the requirements of
the degree of Master of Education, the University of Hong Kong , 2007, p. 13-14, diakses dari
http:hub.hku.hkbitstream10722513113FullText.pdf , pada 4 April 2016.
40
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, h. 128-131.
dengan adanya suatu kebutuhan atau keinginan untuk mencapai tujuan dalam belajar, bagaimana konsentrasi siswa dalam belajar sehingga
memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya sendiri untuk belajar dan juga bagaimana siswa dalam mensiasati kelemahannya dengan cara yang
memudahkannya dalam belajar, dan rasa percaya diri siswa, semakin sering memperoleh hasil yang baik dalam belajar, maka semakin tinggi rasa
percaya dirinya. Sedangkan untuk faktor luar atau kondisi yang datang dari luar diri
siswa yaitu guru itu sendiri dalam mengajar dan membimbing siswa. Jika rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan memperoleh hasil yang baik
maka pengajaran guru dengan menerapkan suatu metode dalam proses pembejaran tersebut dapat dikatakan berhasil. Dan guru akan lebih kreatif
lagi dalam melakukan pengajaran menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tetapi bila hasil belajar siswa kurang atau rendah, maka guru dapat megkaji
dan memperbaiki kesalahan atau kelemahan yang dilkuakan saat proses pembelajaran menjadi lebih baik. Lalu, fasilitas belajar dan lingkungan
disekeliling siswa itu sendiri akan menjadi lebih bermakna karena dapat dimanfaatkan dengan baik dapam proses kegiatan pembelajaran.
7. Sistem Gerak
a. Sistem Rangka
Sistem rangka tersusun dari beragam jenis tulang yang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang
menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak sehingga otot dikenal sebagai alat gerak aktif. Fungsi sistem rangka antara lain sebagai penyokong dan
pemberi bentuk tubuh, melindungi organ vital dalam tubuh, sebagai alat gerak tempat melekatnya otot dll. Sistem rangka manusia tersusun dari
beberapa jaringan ikat, yaitu tulang keras osteon, tulang rawan kartilago,
dan jaringan ikat fibrosa.
Berdasarkan jenisnya tulang keras osteon dibedakan menjadi dua yaitu tulang kompak dan tulang spons. Tulang kompak terusun dari osteon atau
sistem havers. Sedangkan tulang spons strukturnya seperti spons hal tersebut dirancang untuk menahan tekanan dari berbagai arah. Beberapa tulang keras
memiliki rongga seperti spons disebut trabekula dan rongga-rongga diantara trabekula berisi sumsum tulang merah. Berdasarkan bentuknya tulang keras
osteon mempunyai beberapa bentuk yaitu tulang pipa tulang panjang yang berbentuk seperti pipa yang ujungnya membulat seperti bonggol.
Contohnya tulang lengan atas, tulang paha dll. Lalu, tulang pipih berbentuk seperti lempengan yang berfungsi melindungi organ-organ di bawahnya.
Contohnya tulang dada, tulang belikat dll. Tulang pendek berbentuk bulat atau kubus yang berukuran pendek terletak dipersendian untuk meredam
getaran akibat menahan goncangan. Contohnya tulang pergelangan telapak tangan dan kaki. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang berbentuk
biji terdapat di dalam tendon yang menghubungkan tulang dengan otot. Contohnya tulang patela. Tulang tidak beraturan mempunyai bentuk yang
tidak menentu. Contohnya tulang belakang, rahang, wajah dan panggul.
Tulang rawan kartilago tidak sekuat tulang keras, tetapi lebih fleksibel karena mengandung kolagen yang elastis. Selain itu, matriks tulang rawan
hanya mengandung sedikit kalsium dan fosfor. Tulang rawan berfungsi sebagai pendukung rangka tubuh pada lokasi tertentu di seluruh. Tulang
rawan terdiri atas sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit yang dikelilingi oelh matriks kondrin. Tulang rawan dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang rawan fibrosa.
Jaringan ikat fibrosa mengandung sel-sel fibroblast dan serat berkolagen. Jaringan tersebut merupakan penyusun ligamen penghubung
tulang dengan tulang dan tendon penghubung otot dengan tulang.
41
Sistem rangka, sistem organ yang termasuk ke dalamnya yaitu tulang dan jaringan konektif yang tersimpan bersama tulang. Rangka manusia
mempunyai 206 tulang, yang mana bisa dikategorikan sebagai bagian dari rangkan apendikular dan rangka aksial. Rangka apendikular adalah bagian
dari rangka yang diadaptasi untuk memungkinkan tubuh bergerak.
41
Arif Piadi, Biology 2, Jakarta: Yudhistira, 2009, h. 90-94.
Mencakup tulang anggota tubuh dari badan. Seperti kaki dan lengan. Selain itu ada juga rangka aksial yaitu yang membuat tulang sebagai pondasi di
badan dan kepala dari tubuh. Tulang dari rangka aksial menyokong berat badan dan melindungi jaringan internal. Tulang di rangka aksial menutupi
paling banyak pada organ vital tubuh. Vertebra memiliki banyak tulang yang mengelilingi tulang belakang. Tulang dari tengkorak melindungi otak,
tulang rusuk dan tulang dada melindungi jantung paru-paru.
42
1 Proses pembentukan tulang osifikasi
Proses osifikasi pada masa embrio berawal dari tulang rawan kartilago. Tulang rawan mengandung banyak osteoblas. Pembentukan
osteosit sel tulang oleh osteoblas ini berlangsung dari bagian dalam tulang hingga luar tulang. Tiap-tiap osteosit akan tersusun melingkar di dalam
tulang sehingga membentuk sistem Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Haversyang mengandung banyak pembuluh darah dan
saraf. Osteosit yang terbentuk, akan menyekresikan protein sehingga membentuk matriks tulang. Dengan penambahan kalsium dan fosfat,
matriks tulang yang terbentuk akan menbuat tulang lebih keras. 2
Macam-macam bentuk persendian Rangka kita tersusun atas banyak tulang. Tulang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan. Hubungan antartulang ada yang dapat digerakkan dan ada pula yang tidak dapat digerakkan. Hubungan
antartulang ini disebut persendian artikulasi. Berdasarkan besar kecilnya gerakan yang terjadi, tipe persendian dibedakan menjadi tiga macam, yakni
sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis. Adanya tipe persendian sinartrosis memungkinkan tulang tidak
mengalami gerakan. Ini terjadi karena, kedua ujung tulang dihubungkan oleh jaringan ikat. Amfiartrosis merupakan bentuk persendian yang
dihubungkan oleh jaringan kartilago tulang rawan, sehingga ada kemungkinan terjadi sedikit gerakan. Diartosis merupakan persendian yang
memungkinkan terjadinya gerakan yang sangat bebas. Sebab, hubungan
42
Stephen Nowicki, Biology, New Jersey: McDougal Littell, 2008, p. 1000-1001.
antara tulangnya tidak dihubungkan oleh jaringan. Diartrosis lazim disebut persendian yang seringkali kita dengar.
Sementara itu, sesuai arah pergerakan, persendian dikelompokkan menjadi beberapa sendi, meliputi sendi peluru, sendi putar, sendi luncur,
sendi pelana, sendi engsel, dan sendi kondiloid.
43
b. Sistem Otot Otot berfungsi sebagai alat gerak penyokong tubuh dan membantu
homeostatis. Sebagai alat gerak aktif, otot mempunyai tiga kemampuan, yaitu kontraktibilitas kemampuan untuk memendek dan berkontraksi,
ekstensibilitas kemampuan untuk memanjangrelaksasi, dan elastisitas kemampuan untuk kembali ke keadaan semula.
Struktur otot, unit dasar otot disebut serabut otot atau myofibril. Myofibril terdiri atas sejumlah besar protein miofilamen yang terdiri atas
filamen tebal myosin dan filament tipis aktin. Sesama filament tipis saling berhubungan membentuk pita terang pita I. Sesama filament tebal
saling berhubungan dengan membentuk pita berwarna gelap pita A. sebagian filamen tebal saling tumpang tindih sehingga terbentuk bagian
yang lebih padat dan bagian yang kurang padat pada pita A, disebut zona H. Tempat bertautnya filament tipis atau garis Z akan menyebrangi myofibril
pada pusat pita I. bagian myofibril yang terletak dianatar dua garis Z disebut sarkomer.
44
Terdapat tiga jenis jaringan otot: otot halus, otot jantung, dan otot rangka memiliki struktur yang berbeda. Otot polos berisi lembaran panjang,
sel berbentuk gelendong, masing-masing dengan satu inti. Sel-sel otot jantung berbentuk cabang rantai sel yang interkoneksi, membentuk pola
jaringan. Sel otot rangka, disebut serat otot, yang memanjang dan menjalankan panjangnya dari otot rangka. Serat otot rangka timbul selama
43
Siti Nur Rochmah, Sri Widayati, Meirina Arif P., Biologi-SMAMA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009, h. 103-106, diakses dari
http:ftp.unpad.ac.idbse11_SMAkelas11_biologi_siti_nur_rochmah.pdf , pada 23 Oktober 2015.
44
Arif Piadi, Op. Cit., h. 102.