Kondisi Pembelajaran Menulis Siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat

Ro c h mat Tr i S u d r ajat, 2015 MOD EL PEMBELAJARAN SISWA AKTIF STUD ENT ACTIVE LEARNING BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SMP DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan model pembelajaran siswa aktif lebih baik daripada yang menggunkan model konvensional. Skor kemampuan menukis yang berasal dari sekolah peringkat sedang berdasarkan jenis pendekatan pembelajaran SAL dan Konvensional adalah 0,58 dan 0,22; simpangan baku 0,18; 0,23dan jumlah siswa 38 dan 40. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa sekolah peringkat sedang yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran siswa aktif lebih baik daripada yang menggunakan model konvensional. Skor kemampuan menulis yang berasal dari sekolah peringkat rendah berdasarkan jenis pendekatan pembelajaran SAL dan Konvensional adalah 0,44 dan 0,16 simpangan baku 0,20; 0,21serta jumlah siswa 41 dan 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan menulis siswa sekolah peringkat rendah yang pembelajarannya menggunakan SAL lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan konvensional inkuiri, metode ceramah , dan teknik alfa.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kondisi Pembelajaran Menulis Siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat

Kondisi pembelajaran menulis siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat diperoleh melalui hasil observasi pembelajaran menulis karangan narasi di kelas yang sedang dilaksanakan. Kompetensi guru secara umum kompetensi guru aspek materi belum cukup baik. Kompetensi guru pada aspek kompetensi pedagogik termasuk kategori cukup. Kompetensi guru pada aspek media pembelajaran berada pada kategori cukup. Kompetensi guru pada aspek sumber bahan pembelajaran rata-rata berada pada kategori cukup. Pada aspek proses pembelajaran rata-rata berada pada kategori cukup. Pada aspek ruang pembelajaran rata-rata berada pada kategori cukup. Pada aspek kompetensi rata- rata evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru berada pada kategori cukup. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus- stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan siswa dan guru dalam mengikuti proses demi Ro c h mat Tr i S u d r ajat, 2015 MOD EL PEMBELAJARAN SISWA AKTIF STUD ENT ACTIVE LEARNING BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SMP DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang siswa dan guru terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga siswa dan guru akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory ingatan nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga siswa dan guru cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory siswa dan guru dalam waktu yang lama longterm memory, sehingga siswa dan guru mampu merecall apa yang siswa dan guru peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri otak sadar saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning belajar aktif pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike Bimo Wagito, 1997 mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu: 1 law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons. 2 law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar 3 law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang. Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran active learning belajar aktif dan pendekatan pembelajaran Ro c h mat Tr i S u d r ajat, 2015 MOD EL PEMBELAJARAN SISWA AKTIF STUD ENT ACTIVE LEARNING BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SMP DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konvensional, yaitu: pembelajaran konvensional pembelajaran active learning berpusat pada guru berpusat pada anak didik penekanan pada menerima pengetahuan penekanan pada menemukan kurang menyenangkan sangat menyenangkan kurang memberdayakan semua membemberdayakan semua indera danpotensi anak didik indera dan potensi anak didik menggunakan metode yang monoton menggunakan banyak metodekurang banyak media yang digunakan menggunakan banyak media tidak perlu disesuaikan dengan disesuaikan dengan Pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning belajar aktif dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Siswa dan guru perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata lain, menggunakan teknik active learning belajar aktif di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

2. Rancangan Model Pembelajaran Siswa Aktif